Tujuh hari bukan waktu yang mudah bagi Xin Fai bertahan hidup di hutan rimba, banyak marabahaya yang menunggunya. Anak kecil berumur 9 tahun itu menyingkirkan daun-daun yang menghalangi pandangannya dengan memasang tatapan awas.
Bunyi keroncongan di perut tak lagi dapat ditahan Xin Fai, dia menggigit bibir mencoba menahan lapar ketika melihat seekor kelinci gemuk lewat di hadapannya, mengingat sudah hampir dua hari dia tidak makan melainkan hanya meminum air saja membuat perut Xin Fai semakin menjerit meminta diisi.
"Aku harus mendapatkannya."
Xin Fai duduk bersila kemudian mengeluarkan pisau dengan permata hijau yang diberikan oleh Zhishu Yan. Dia mengikis ujung batang pohon sampai runcing berkali-kali. Setelah membuat tombak, Xin Fai berjalan mengendap-endap mencoba menjangkau kelinci.
Sayangnya kelinci itu memiliki kepekaan yang luar biasa, ia melompat tinggi lalu memasuki semak-semak dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat. Lagi, Xin Fai mengembuskan napas berat setelah puluhan kali gagal mendapatkan makanan.
Sisa persediaan makanannya hampir habis, dengan terpaksa Xin Fai berburu. Langit mulai gelap disertai angin sore yang berembus pelan di pepohonan tinggi. Dia sadar kalau saat malam, bukan waktu yang tepat bagi Xin Fai berburu. Melainkan dirinya yang akan diburu binatang buas.
Sebelum sempat mencari tempat singgah Xin Fai dikejutkan oleh seekor serigala dengan beberapa helai bulu berwarna emas mendatanginya. Ukuran serigala itu dua kali lebih besar dari yang pernah Xin Fai lihat di gunung membuatnya mulai memasang sikap waspada.
"Grrrhh..." Serigala itu menggeram.
"Ah maafkan aku, mungkin aku mengusik wilayahmu." Xin Fai sadar diri tidak bisa menghadapi mahkluk buas itu, dia berusaha mencari celah untuk melarikan diri.
Serigala berbulu emas tak peduli, geramannya terdengar bercampur dengan air liurnya.
"Kau pasti lapar, kan?" Xin Fai berusaha tenang, entah mengapa dia merasa serigala itu seperti mengerti apa yang dikatakannya.
"Aku punya sisa makanan, kupikir kau lebih lapar daripada aku," ujar Xin Fai menaruh hati-hati roti kering di depannya. Itu adalah sisa makanan terakhirnya untuk besok.
"Untuk apa aku memakan roti kotor itu sedangkan tubuhmu lebih mengenyangkan?"
Jika saja Xin Fai tidak takut serigala di depannya berbahaya mungkin dia sudah pingsan daritadi. Xin Fai baru pertama kali ini mendengar seekor binatang berbicara bahasa manusia.
"Kau...?"
"Grrhhh... Jangan katakan kau tidak mengenal siluman."
Xin Fai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, dia tersenyum canggung sambil meraih rotinya. "Kalau begitu, aku akan mencari makanan yang lain."
"Mengapa tidak mengorbankan nyawamu saja, anak kecil?"
"Karena aku harus hidup demi membalas kematian keluargaku, dan juga menepati janjiku pada seseorang."
Serigala itu duduk dengan pupil matanya yang berwarna keemasan, di bawah penerangan bulan sabit itu Xin Fai terpana melihat keindahan binatang buas itu.
"Ada seseorang di tubuhmu, apa kau tau siapa itu? Dia sepertinya membenciku karena ingin memakanmu."
Xin Fai tak menjawab melainkan memeriksa tubuhnya, dia sendiri tak tahu siapa yang dimaksud serigala itu.
"Hawa pembunuhnya... Mungkinkah kau?"
"Ada apa denganku?"
Serigala itu menyipitkan matanya, lalu bangun hendak pergi meninggalkan Xin Fai di hutan rimba itu.
"Hei bisa kau jelaskan sesuatu yang terjadi padaku?"
Serigala itu berhenti kemudian mendekat, di saat itulah Xin Fai baru menyadari betapa besarnya tubuh binatang itu.
"Apa kau tidak takut aku memakanmu sewaktu menjelaskan?"
"Kau tidak mungkin memakanku, kan?"
"Grhh... Terserah kau saja, dasar bocah aneh."
Serigala berbulu emas itu mengistirahatkan tubuhnya dengan bersender di pohon besar.
"Aku ingin dengar penjelasanmu," kata Xin Fai mendekatkan tubuhnya ke serigala itu. "Jangan dekat denganku, atau aku akan memakanmu."
"Ah, maaf."
Serigala berbulu emas memejamkan matanya, hendak tertidur.
"Ada seorang Iblis di dalam tubuhmu."
Xin Fai menaikkan sebelah alisnya. "Mengapa bisa?"
"Aku tidak tahu, dia sepertinya begitu ingin kau hidup. Jika binatang sepertiku saja diancamnya dengan aura pembunuh sekuat itu, bagaimana dengan manusia? Berharap saja mereka tidak pingsan jika berhadapan denganmu. Grrhhhh."
"Maksudmu ada seorang Iblis yang diam-diam menjagaku?"
"Apa kau pernah hampir mati sebelumya?"
"Iya."
Serigala itu bergeram, "Iblis itu ingin kau tetap hidup agar bisa mengambil alih tubuhmu--grrrrhh!" Serigala itu mundur tiga langkah dari Xin Fai.
"Suruh Iblismu itu agar tidak sesukanya mengeluarkan aura pembunuh!"
Sedikit senyum canggung menghiasi wajah Xin Fai sambil menggaruk lehernya. Dia tak tahu apa yang dimaksud serigala itu, namun dengan jelas bisa dirasakannya hawa seketika dingin dan penuh ancaman.
"Seseorang bilang tubuhku ini membawa malapetaka, apa kau tahu sesuatu tentang hal itu?"
Sang serigala mendengus kasar sambil membaringkan tubuhnya di atas rumput. "Tidak tahu."
"Eh... Baiklah."
Setelah memastikan serigala itu tidak akan memakannya Xin Fai bernapas lega. Dia tidak tahu Iblis seperti apa yang mampu membuat serigala itu ketakutan. Walaupun masih terkejut melihat serigala bisa berbicara bahasa manusia namun Xin Fai sadar, memang ini yang disebut sebagai siluman.
"Serigala, apa aku boleh tahu siapa namamu?"
"Apa serigala sepertiku membutuhkan nama?"
"Aih... maksudku...," ucap Xin Fai serba salah, dia memilih memotong pepohonan yang memiliki ranting lumayan besar lalu membuat tombak.
"Bagaimana kalau namamu Lang saja?"
Serigala berbulu emas itu mengangkat wajahnya tak minat. "Terserah kau saja bocah. Aku akan segera pergi dari sini setelah matahari terbit."
"Aku tidak tahu di mana desa terdekat untuk membeli makanan di sekitar sini."
"Menurutmu itu urusanku?"
Mendengar jawaban itu membuat Xin Fai tersedak ludahnya, ia tak pernah mengetahui siluman seperti serigala ini memiliki sifat seperti manusia juga.
"Aku punya uang untuk membeli makanan, jika kita bisa pergi ke sana aku janji akan memberimu sebagian."
Serigala itu tak menjawab namun akhirnya tetap berbicara. "Jika aku ingin memakan penduduk di sana, bagaimana?"
"Kalau begitu aku akan membelikanmu makanan sampai kau kenyang."
"Anak pintar, ayo jalan sekarang."
Serigala itu tampak puas, dia bisa melihat Xin Fai memasang raut kebingungan.
"Apa alasanmu menerima permintaanku karena makanan di sini sudah habis kau makan semua?"
Serigala itu tak menyangka perkataan itu akan keluar dari mulut bocah di hadapannya. "Kau cukup pintar, seperti dugaanku."
"Naiklah." Serigala itu menunduk, Xin Fai duduk di atas punggung serigala itu dengan senang. Namun sedetik kemudian dia sadar telah membahayakan nyawanya.
Lang–serigala berbulu emas itu berlari dengan kecepatan tinggi tanpa lupa mencakar beberapa pohon sebagai penanda untuk mengancam binatang buas lain yang akan datang ke daerahnya. Xin Fai yang duduk di atasnya memegang bulu serigala itu erat, jika dari awal dia tidak pasang ancang-ancang maka Xin Fai yakin dia sudah jauh terpental puluhan meter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
DK.Tzu
klo serigala hrusny nmanya gala tor kok lang? ! lang mah burung yak/Chuckle//Chuckle/
2024-08-14
0
DK.Tzu
geogle tranlate ( dasar otor aneh)
2024-08-14
0
DK.Tzu
mngkin maksud anda ngos - ngosan( geogle translate) /Grin//Grin//Grin/
2024-08-14
0