Xin Fai memutuskan untuk meninggalkan lokasi air terjun itu setelah berhasil menguasai ilmu meringankan tubuh. Mengingat perjalanannya menuju Kuil Teratai masih sangat jauh, dia memerhatikan peta yang diberikan oleh Zhishu Yan dengan seksama.
Namun Xin Fai memasukkan peta tersebut kembali, mengingat dirinya bahkan tidak tahu di mana letak mereka berada saat ini.
Sepanjang perjalanan mereka berusaha menghindari pertarungan atas kemauan Xin Fai sendiri. Dia belum siap membunuh, Lang sudah beberapa kali menasehatinya agar merubah pola pikirnya itu namun Xin Fai bersikeras. Dia mengatakan jika dirinya membunuh orang maka dia sama saja seperti orang-orang yang telah membunuh Ayahnya.
Saat itu hujan turun dengan deras, air mengalir di tanah yang becek membuat jalan licin, Lang berlari agak pelan sambil mengendus udara.
"Bau darah..."
Xin Fai tidak menanggapinya karena belum bisa mencium apapun, samar-samar amis darah bercampur air hujan tercium dan semakin lama semakin kuat.
Xin Fai menepis pikirannya cepat-cepat ketika diaa teringat dengan bau yang sama–saat desanya dibantai oleh pasukan Manusia Darah Iblis.
Ternyata dugaan Xin Fai benar, saat tiba di suatu desa betapa terkejutnya mereka melihat banyaknya tumpukan mayat di sana.
Suara tapak kuda menghampiri mereka, seketika seseorang membekap mulut Xin Fai membuat anak itu memberontak.
"Ssst! Diam, nanti mereka bisa melihat kita!" Lelaki itu berbisik namun suaranya masih terdengar saat hujan.
"Baiklah."
"Sebaiknya kau tidak datang ke sini, kau harus pergi jika ingin nyawamu selamat."
"Apa yang terjadi di sini? Kenapa ada begitu banyak mayat?"
"Desa kami telah dibantai..." Lelaki berusia 24 tahun itu mencengkram pedang di tangannya erat. "Kami para Pejuang sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa, saat ini Pejuang yang tersisa hanyalah aku sedangkan temanku sudah pergi meminta bantuan ke desa lain. Tapi sampai hari ini aku tidak mendengar kabar apapun lagi darinya," lanjut pria itu dengan mata berkaca-kaca.
"Dibantai oleh siapa?"
"Manusia Darah Iblis."
Xin Fai mengepalkan tangannya begitu erat, ia mencoba menahan rasa benci yang menjalar ganas dalam tubuhnya.
"Aku akan membunuh mereka..." Gumam Xin Fai menarik pedangnya. Lang sama sekali tidak mengerti jalan pikiran anak itu, sebelumnya ketika mereka berhadapan dengan perampok Xin Fai berusaha mencari jalan aman bahkan memberikan seratus keping emas kepada perampok tersebut agar melepaskannya.
Namun jika lawannya Manusia Darah Iblis Xin Fai sama sekali tidak ragu untuk membunuh, bola matanya berkilat dikuasai emosi.
Lelaki itu mundur beberapa langkah ketika merasakan hawa pembunuh yang begitu mengancam. Meskipun agak canggung ia berusaha memperkenalkan dirinya.
"Aku Mu Liong, boleh kutahu namamu?"
"Xin Fai, tuan."
"Jangan panggil aku begitu, panggil saja Pejuang Liong atau 043."
"Hah? Namamu 043?"
"Kau sama sekali tidak tahu? Aih... Begini, dalam sistem kami memiliki nama berdasarkan peringkat di tempat masing-masing. Bagaimana ya cara menjelaskannya?" Mu Liong menggaruk tengkuknya kehabisan akal. Ia memaklumi bahwa anak kecil seperti Xin Fai belum begitu paham, Mu Liong menjelaskan secara jelas tentang Pejuang berhubung kondisinya sangat tak memungkinkan.
Menurut penjelasan Mu Liong, Pejuang sendiri adalah orang yang rela mati demi tempatnya. Mereka memiliki ciri-ciri dengan pergelangan tangan yang memiliki tato hitam berbentuk angka sesuai peringkat sendiri. Di pergelangan tangan Mu Liong terlihat angka 043.
Selain itu Mu Liong mengeluarkan topeng putih berbentuk kucing dengan mata merah dan tiga garis merah di pipi. Singkat cerita, yang pertama kali mengenalkan istilah Pejuang ini adalah seekor siluman kucing yang kehilangan majikannya karena suatu pertempuran. Siluman kucing putih tersebut akhirnya membuat organisasi yang bertugas mengabdi untuk Kekaisaran.
Mu Liong mengenakan topeng tersebut, Xin Fai mengarahkan pandangannya ke arah mata lelaki itu. Ia mendapati beberapa pria kekar tengah mengerubungi puluhan penduduk yang memohon ampunan.
Dalam sekejap mata tiga orang kehilangan nyawa karena pedang pendekar hitam itu. Xin Fai mengeratkan pegangannya pada pedangnya, ia hendak maju namun Mu Liong menahannya.
"Percuma kau maju sekarang, mereka sudah menguasai desa kami sepenuhnya."
"Dan Anda hanya diam saja di sini? Aku akan mencoba menyelamatkan orang-orang yang tersisa itu."
Belum sempat mencegahnya, Xin Fai sudah maju duluan dan Lang langsung berubah wujud menjadi cahaya emas dan menyatu di tubuh Xin Fai.
Xin Fai berjalan mengendap-endap memasuki desa, tiga ratus meter ke depan ada tiga orang pendekar aliran hitam yang sedang membunuh beberapa penduduk desa.
Xin Fai mengutuk keras saat kakinya menginjak kayu yang rapuh membuat tiga orang pendekar itu berhenti membunuh.
Salah satu di antara mereka memalingkan muka dan menatap ke depan dengan curiga. "Apa ada seseorang di situ?!"
Xin Fai mulai panik sembari menahan napas sebisa mungkin.
"Aku akan memeriksanya." Salah seorang pendekar mengangkat pedang menuju ke arah Xin Fai bersembunyi, Xin Fai menahan nafasnya ketakutan di balik gerobak sayur tersebut. Jantungnya terasa berhenti, beberapa meter tersisa Xin Fai bisa merasakan hawa pembunuh mendekatinya.
Pria kekar bertato makin dekat, dua temannya memasang wajah waspada dengan pedang yang siap menyerang kapan saja.
Dalam detik-detik terakhir Xin Fai melihat seekor tikus berlari di hadapannya, ia menahan jijik untuk memegang tikus tersebut dan mengarahkan tikus tersebut ke samping gerobak. Tikus itu berlari menjauh dengan suara keras.
"Ah, hanya seekor tikus.." gumam pria itu memasukkan pedangnya ke tempat semula, ia berbalik badan dan langkah kakinya terdengar menjauh.
Dengan hati-hati Xin Fai mengembuskan napas yang sempat ditahannya, di sekitar tempat itu terdapat banyak tikus yang berkembang biak, tikus tersebut bisa tumbuh dengan cepat karena ada banyak mayat yang terkapar membusuk selama berhari-hari di desa ini.
Xin Fai menebak pembantaian desa ini sudah berlangsung lama, aroma busuk tercium begitu menusuk membuatnya hampir muntah. Xin Fai memikirkan langkah selanjutnya, dia mengeluarkan tiga kaki kelabang yang tersisa di dalam kantongnya.
Dari balik celah yang lebar di gerobak tersebut Xin Fai membidik sasarannya, satu kaki kelabang dilepaskan, membuat sasaran pertamanya terdiam.
Pria di sampingnya juga terkena serangan itu dan segera mencabut kaki kelabang dari dadanya. Pendekar hitam ketiga memasang wajah aneh, setelah melepaskan serangan ketiga dengan sekuat tenaga Xin Fai yakin ketiga kaki kelabang itu mengenai mereka.
Setelah melihat ketiga pendekar itu mulai menunjukkan efek racun Xin Fai keluar dari persembunyiannya. Dia mengambil pisau dan melemparnya ke kepala pendekar paling terdekat. Hasilnya pria itu menggelinjang dan mengembuskan napas terakhirnya dan terlihat sebuah asap hitam keluar dari mulutnya akibat racun tersebut.
Dengan mudah Xin Fai berlari menghampiri pria kedua, dia melepaskan serangan bertubi-tubi saat pria tersebut meronta-ronta kesetanan. Racun itu merobek isi jantungnya, Xin Fai sengaja mengarahkan kaki kelabang itu di jantung pria tersebut agar kematiannya lebih cepat.
Musuh terakhir, Xin Fai mendekati pria ketiga yang sedang mengerang itu. Saat hendak memotong kepalanya mendadak Xin Fai mundur beberapa langkah ketika pria tersebut balik menyerangnya.
"Apa racunnya tak mempan padamu?"
"Heh? Kau pikir aku bodoh? Setelah melihat temanku bertingkah aneh kau pikir aku akan diam saja?" Pria itu menunjuk ke tembok di sampingnya, terdapat kaki kelabang menancap di sana.
Xin Fai mengerti, kaki kelabang itu kemungkinan besar meleset karena pria tersebut menepisnya dengan pedang sebelumnya. "Kau masih bocah dan sudah terlihat masa depanmu hanya akan menjadi seorang pecundang!"
"Bukannya kau pecundang itu? Membunuh orang tak berdosa begini, kalau kau merasa hebat lawan sesama pendekar juga!"
Xin Fai menahan laju serangan dengan pedangnya, dia mundur beberapa langkah namun pria itu tak memberi jarak bahkan terus menempel padanya.
Pria itu menyerang dengan teknik pedang yang begitu liar namun mematikan, jurus tersebut biasanya hanya dimiliki anggota Manusia Darah Iblis.
Xin Fai bisa mengimbangi pertarungan beberapa saat namun ketika salah satu serangan mengenai tubuhnya, Xin Fai mundur cukup jauh.
Luka yang diberikan pria itu mengeluarkan darah yang banyak, Xin Fai masih dikejar-kejar olehnya. Serangan Xin Fai sama sekali tak berarti, dia hanya bisa menyerang udara kosong dan bertahan.
Saat keadaan Xin Fai semakin terpojok, pria tersebut mengangkat pedangnya tinggi-tinggi hendak memotong tubuh anak kecil itu.
"Tarian Dewa Iblis!"
***
**Maaf sebelumnya mengganggu, tapi otor ayam ini ingin mengingatkan saja.
sebelumnya udh dikatakan bahwa cerita ini hanya karya seorang pemula jadi jika tidak sesuai dgn ekpektasi pembacanya, maaf...aku pun gak akan merubah alurnya karena sudah terlanjur dibuat. untuk MC sndiri emg sengaja dibuat lemah di awal apalagi umurnya masih 9 tahun(sekedar info) dan di arc 2 dia bakal jd kuat. tapi kalo masih gak suka, daripada kecewa plus kesel (lagi2 karena gak sesuai ekspektasi) saranku sih jangan baca lagi cerita ini karena takut kalian kecewa ke depannya.
tapi kalau sekiranya suka apa adanya dgn cerita ini tanpa bnyk mengeluh ini itu kakpit sangat berterimakasih😆, silakan baca karya yang gak seberapa ini dan semoga bisa menghibur yah😊
bubayyyy**~`
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Henyu Kluwuk
ok
....menarik
2023-12-21
1
Imam Sutoto Suro
mantap gan lanjutkan
2023-10-04
0
LOLLYPOP
💪🏽💪🏽💪🏽💪🏽
2023-03-28
1