Raina Grittella

Raina Grittella

Bab 1

Seorang gadis tengah berlari menyusuri gang sempit yang sepi. Hanya bisa muat untuk dua orang saja. Tidak ada rumah di sekitar. Hanya gedung kosong yang sudah di penuhi oleh lumut dan tanaman liar. Gadis itu berlari tanpa arah, dia tidak tahu lagi harus kemana. Sejauh mata memandang, tidak ada siapapun di sekitar sana.

Samar-samar terdengar langkah kaki mendekat, gadis dengan penampilan tomboy itu bersembunyi di balik dinding gedung yang sudah berlumut. Menghela napas yang sudah terengah-engah dengan keringat bercucuran.

"Kemana dia pergi!" ujar seorang lelaki berbadan kekar.

Dua lelaki lainnya menggeleng. Mereka masing-masing memiliki tato di lengan. Tubuh mereka sangat berisi dan berotot. Tentu saja melawan seorang gadis sangatlah mudah baginya.

"Kita berpencar dan cari dia lalu serahkan pada bos!" ucap lelaki tadi.

Tiga lelaki berpenampilan seperti preman itu pun berpencar mencari gadis tomboy yang sedang bersembunyi.

"Rupanya kau disini, Lea!" Lelaki berbadan kekar itu pun telah menemukannya.

Lea mengumpati kebodohannya yang malah bersembunyi dibalik tembok gedung itu. Sekarang dia tidak bisa lagi lari. Dua teman lelaki itu sudah mengepungnya.

"Lo beraninya sama cewek! Cemen Lo pada!" ucap Lea mengejek.

"Nggak usah banyak bicara lebih baik ikut kami!" Lelaki berambut ikal itu menarik tangan Lea.

Sementara Lea menghempaskan tangan lelaki itu. Perkelahian pun dimulai. Tiga lawan satu bagi Lea sangat mudah karena dia telah menguasai ilmu bela diri yang handal. Namun, meski begitu Lea tetaplah perempuan yang akan kalah tenaganya dengan lelaki.

Salah satu preman itu mengeluarkan sebuah pisau dari sakunya. Lalu menusuk tepat di perut dan dada Lea.

"Bodoh! Kenapa lu malah tusuk dia!" umpat lelaki berambut gondrong yang sudah babak belur akibat serangan Lea.

Tubuh Lea ambruk tapi dia masih sadarkan diri.

"Lo akan terima akibatnya. Gue bakal bunuh bos Lo!" ucap Lea sebelum kehilangan kesadarannya.

"Lea!" teriak seseorang. Membuat ketiga preman itu kalang kabut untuk bersembunyi.

"Lea!" teriakan itu masih bisa Lea dengar. Namun, tubuhnya sudah lemah dan sulit untuk membuka suara.

Aldi, lelaki yang sejak tadi mencari Lea kini mematung menatap nanar tubuh Lea yang sudah bersimbah darah. Kedua kaki Aldi lemas dan tubuhnya gemetar. Dia terlambat menolong Lea.

"Lea," bisiknya yang langsung memeluk tubuh lemah Lea.

"Lea, bangun! Maafin gue karena terlambat nolongin elo!"

***

Lea membuka kedua matanya saat merasakan sesak dalam hatinya. Dia menatap kedua orangtuanya dan juga Aldi yang menangis di samping sebuah makam. Lea merasa bingung dimana dirinya berada?

Ada beberapa tanaman bunga yang menciptakan aroma yang wangi khas bunga. Dia terus berjalan tanpa arah sambil menatap takjub pemandangan indah yang di sajikan. Lea tidak pernah melihat bukit yang indah seperti ini.

"Lea," panggil seseorang.

Lea menoleh, menatap seorang gadis cantik yang lebih muda darinya.

Dia tersenyum padanya, sementara Lea mengernyit. Dia tidak mengenal gadis yang kini ada dihadapannya. Lea memindai wajah gadis itu dan mengingat siapa gerangan. Namun, dia sama sekali tidak mengenalnya.

Gadis dengan dress putih itu mendekat.

"Terima kasih, Lea," ucapnya.

"Lo siapa? Ngapain makasih sama gue? Kita nggak kenal dan gue nggak ngerasa pernah nolongin Lo!" jawab Lea.

"Lihat itu!" Gadis itu menunjuk ke depan. Dimana ada pemandangan yang ada di mimpi Lea.

Dia melihat kedua orangtuanya juga Aldi sedang menangis di atas gundukan tanah yang bertabur bunga. Hati Lea terasa sakit mendengar tangisan yang memilukan itu. Siapa yang telah tiada?

"Mulai saat ini kamu hidup di dalam tubuhku. Pergunakanlah tubuhku dengan baik." Ucapan dari gadis cantik itu membuat Lea menoleh.

"Heh, Lo mabok? Mana bisa gue hidup pakai tubuh elo!" Lea masih tidak mengerti dengan ucapan gadis yang ada disampingnya.

Dia masih bingung sebenarnya apa yang telah terjadi? Siapa yang meninggal? Kenapa ada Aldi juga bersama kedua orangtuanya?

"Aku Raina Grittella, mulai saat ini aku adalah kamu. Jagalah tubuhku sebaik mungkin. Aku percaya jika kamu bisa mengubah hidupku lebih baik. Nanti kepingan ingatan tentang aku dimasa lalu perlahan akan muncul. Terima kasih, Lea karena kamu, aku bisa pergi menemui ibuku."

Gelap, semua mendadak gelap dan gadis itu telah menghilang juga pemandangan bukit itu pun ikut menghilang. Lea merasakan sesak di dadanya hingga peluh bercucuran dikening.

"Tidaaaak!" teriaknya.

Membuat seorang lelaki yang duduk di samping ranjang pesakitan itu terlonjak kaget.

"Rain?" panggil lelaki itu.

Lea menoleh menatap lelaki tampan bahkan lebih tampan dari Aldi. Siapa dia? Mengapa dia berada di sini?

"Lo siapa?" tanya Lea.

Lelaki itu mengernyit, merasa aneh dengan ucapan gadis yang tidak sadarkan diri selama dua hari.

"Lo lupa sama gue?" tanya lelaki itu.

"Heh lupa gimana? Kenal juga enggak!" ujar Lea. Dia menatap sekeliling, tapi tidak menemukan keberadaan Aldi.

Lea meraba perutnya yang terkena tusukan pisau, tapi tidak ada luka disana.

"Kenapa?" tanya lelaki itu yang merasa heran dengan sikap Lea.

"Lo siapa sih?"

"Gue Rean Kakak Lo, masa Lo lupa?" jelas lelaki bermata elang itu.

Kakak? Jelas-jelas Lea tidak punya kakak. Dia adalah anak tunggal. Bagaimana bisa tiba-tiba ada orang yang mengaku sebagai kakaknya. Lea benar-benar bingung dibuatnya.

"Lo waras? Gue nggak punya kakak! Lagian muka Lo nggak ada mirip-miripnya sama gue apalagi nyokap sama bokap!"

Rean terkejut dengan cara bicara gadis yang tidak lain adiknya itu. Lea tidak tahu saja jika sekarang dia hidup kembali menjadi Rain. Jiwanya telah tertukar. Entah apa yang terjadi saat Lea sadar jika dia kini hidup menjadi Rain.

Rean memilih memanggil dokter untuk memeriksa adik kesayangannya itu.

Tidak lama kemudian seorang lelaki berjas putih datang dan memberikan senyum pada Lea.

"Selamat pagi, Rain? Apa kepalamu pusing? Lalu bagaimana pergelangan tanganmu?" tanya dokter yang kemudian memeriksa pergelangan tangan Lea yang diperban.

Lea mengernyit, dia baru sadar jika pergelangan tangannya telah diperban. Bukankah lukanya berada di perut? Kepalanya juga baru terasa pusing.

"Ini juga dokter ikutan manggil Rain! Saya bukan Rain!" protes Lea.

Dokter dengan name tag dokter Doni itu mengernyit lalu menatap ke arah Rean.

"Bisa kita bicara di luar?" ucapnya.

Rean mengangguk dan mengikuti langkah dokter. Sementara Lea hanya duduk diatas brankar, menatap punggung dua lelaki itu yang telah menghilang di balik pintu.

"Rain? Kayak pernah dengar nama itu!" Lea sedang mengingat-ingat nama yang tidak asing baginya. Dia juga penasaran dengan obrolan Rean dan dokter.

Lea berjalan ke arah pintu dan berdiri di balik pintu itu untuk mendengar obrolan mereka.

"Amnesia?" ucap Rean terkejut.

"Iya, sepertinya ini akibat benturan yang sangat keras di kepalanya. Kamu bisa bantu memulihkan ingatan dia perlahan. Jangan dipaksakan ya. Sementara ini kita pantau apakah amnesianya permanen atau tidak," jelas dokter.

Lea bergegas menuju ranjang pesakitan dan merebahkan diri. Menatap langit-langit rumah sakit. Dia sebenarnya masih bingung dengan ucapan dokter dan siapa Rean. Mana mungkin dia amnesia, sementara dia ingat siapa dirinya saat ini.

"Mereka itu yang amnesia. Mana ada gue lupa siapa gue!" gumam Lea.

Kemudian dia ingat dengan mimpi yang baru saja dialaminya. Melihat kedua orangtuanya menangis disamping gundukan tanah dan dia bertemu dengan seorang gadis bernama ...

"Rain!?" pekik Lea.

Lea buru-buru turun dari ranjang dan bergegas menuju toilet. Namun, saat hendak menuju toilet Rean sudah berada di ambang pintu.

"Lo mau kemana?" tanya Rean.

"Toilet, mau ikut?" ucap Lea ketus.

Rean hanya menggeleng saja. Dia memilih menyiapkan makan siang untuk adiknya. Sementara di kamar mandi Lea menatap pantulan dirinya di cermin. Dia membasuh wajahnya di wastafel. Berharap apa yang dia lihat ini adalah mimpi.

"Ini asli, woi! Dia gadis yang ada di mimpi gue!" kata Lea sambil terus menatap pantulan dirinya.

Lagi dan lagi Lea membasuh wajahnya meski kesulitan karena satu tangannya sedang di infus.

"Heh, gue jadi bocah, anjir! Jadi sekarang gue Rain?"

Lea tidak menyangka jika mimpi itu adalah nyata. Dia sudah meninggal tapi hidup kembali pada tubuh orang lain. Pertukaran jiwa yang selalu Lea percayai di dunia fiksi sebuah novel, kini dia mengalaminya sendiri. Lea tidak tahu harus bagaimana. Dia ingin pergi dan kembali pada tubuhnya, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya. Juga tubuh miliknya telah dikubur.

"Mah, Pah, Lea masih hidup tapi jadi orang lain!" gumam Lea meratapi nasibnya.

Apa yang harus dia lakukan? Lea benar-benar dibuat bingung. Lea juga tidak kenal siapa Rain dan bagaimana kehidupannya. Dia pasrah dengan takdir yang telah terjadi, toh mau kembali pun tidak tahu caranya. Ini seperti mimpi.

"Lama banget, berak Lo ya?" tanya Rean yang melihat Lea baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kepo!" jawab Lea dengan wajah sinisnya.

Jawaban yang berhasil membuat Kenan melongo, adiknya telah berubah.

"Apa amnesia itu bisa membuat orang jadi berubah ya?" batin Rean.

"Rain, makan dulu ya, gue suapin." Rean yang hendak menyuapi Lea pun segera di tolak olehnya.

"Gue bukan anak kecil, gue bisa makan sendiri!" Lea pun menyantap makanan itu dengan lahap.

Rean hanya menggeleng saja, heran dengan cara makan adiknya yang berbeda. Seperti orang kelaparan saja, mungkin karena dua hari tidak sadarkan diri membuatnya sangat lapar. Namun, Kenan bersyukur karena adiknya bisa selamat, dia sangat khawatir saat menemukan Rain tidak sadarkan diri di rumah sakit. Mengingat luka di pergelangan tangannya juga kecelakaan yang menimpa dirinya, membuat Rean berjanji akan selalu melindungi adiknya.

"Lo ngapa liatin gue kayak gitu? Gue tahu kalau gue itu cantik, jadi nggak usah segitunya lihatin gue!"

Rean menoyor kepala Rain dan mencubit pipi chubbynya dengan gemas.

"Pede banget sih kalau ngomong!"

Lea hanya mendengus kesal. Dia telah selesai makan dan meminum obatnya. Lalu kedua matanya terus menatap Rean yang dengan telaten membereskan bekas makanannya.

"Bang, gue pengen pulang!"

Rean menoleh, ini kali pertamanya dia mendengar Rain memanggilnya dengan sebutan 'bang' tapi Rean segera menutupi rasa bahagia dan harunya itu dengan raut biasa.

"Kalau infus kamu sudah habis, baru boleh pulang," ujar Rean.

Lea mencebik, menunggu infus habis itu seperti menunggu durian jatuh dari pohonnya. Akan sangat lama dan membosankan.

Dua jam kemudian Lea terbangun dari tidurnya dan merasakan tangannya yang tidak lagi dipasang infus. Rean dengan setia menunggu di sampingnya dan terus memandangi wajah adiknya. Lea yang merasa risih ditatap seperti itu segera memukul Rean dengan bantal.

"Lo kenapa sih lihatin gue begitu?"

Rean tersenyum adiknya sekarang benar-benar berbeda dan lebih asyik.

"Nggak apa-apa. Pulang, yuk. Katanya pengen pulang," ajak Rean.

Lea mengangguk dan beranjak dari ranjang. Mengikat rambut panjangnya asal. Sementara Rean menggendong tas ransel milik Lea.

Disini Lea sudah menjadi Rain, dia pasrah dengan takdir yang telah digariskan. Mau kembali pun Lea tidak tahu caranya. Saat diparkiran Lea terkejut melihat motor gede milik Rean.

Motor sport keluaran terbaru dan hanya beberapa orang saja yang bisa memilikinya. Motor impian Lea selama ini.

"Woah, keren nih motornya, Bang. Punya Lo?" tanya Lea.

Rean memasangkan helm pada Lea. Gadis itu hanya diam saja mendapatkan perlakuan seperti itu, karena sudah terbiasa saat bersama Aldi, sahabatnya.

"Iyalah, masa punya Abang ojek."

"Bang, gue yang bawa!" Lea menyingkirkan tubuh Rean.

Namun, lelaki itu justru terkejut dan langsung mengambil alih kuncinya.

"Lo nggak bisa bawa motor jangan macem-macem deh, Dek!"

"Ck, Lo nyepelein keahlian gue?" Lea merebut kunci motor dari tangan Rean.

Mau tidak mau lelaki itu pun pasrah dan duduk dibelakang Lea. Tidak tahu saja si Rean itu bahwa adiknya kini telah berganti jiwa dengan Lea si gadis tangguh. Meski usia Lea lebih tua dari Rain asli.

"Awas aja kala terjadi sesuatu, Abang nggak mau tanggung jawab." Aura dingin dirasakan oleh Lea, tapi gadis itu tidak perduli.

Lea terus mengendarai motor sport milik Rean. Dia merasa bangga karena impiannya selama ini tercapai. Lea bisa menebak bahwa Rean adalah orang kaya melebihi dirinya. Bisa dibilang sultan.

Rean heran dengan keahlian adiknya yang pandai mengendarai motor, bahkan dia seperti pembalap yang handal saja. Rean benar-benar dibuat tercengang oleh perubahan Rain setelah koma.

"Rain Lo kesambet apa sih saat koma?"

Bersambung ....

Mohon koreksi bila ada typo ya. Aku juga butuh kritik kalian.

Terpopuler

Comments

Puput Regina Putri

Puput Regina Putri

awal yng menarik..,..ijin mampir thor

2024-08-06

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-07-25

0

Ida. Rusmawati.

Ida. Rusmawati.

/Smile/

2024-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!