Bab 8

Bab 8

"Ella Clarensia!" Rain membaca nama Ella saat bisa mereta profil miliknya.

Dia pun meretas semua akun sosial medianya. Bahkan berhasil membobol isi ponsel milik Ella. Ada banyak video saat Rain asli di lecehkan secara sadar dan tidak sadar. Rain memakai headset, mendengar semua percakapan Rain yang memohon pada Ella dan Jeny untuk dilepaskan.

"Rupanya gara-gara si Kenan! Cih, cowok belagu begitu bisa-bisanya kalian perebutkan!" gerutu Rain. Gadis itu sangat emosi melihat Rain asli yang lemah.

Lalu dalam video itu ada seorang lelaki entah siapa sedang menikmati tubuh Rain dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Gila nih cowok! Udah ngambil ciuman pertama gue!"

Rain terus memutar dan memindahkan semua video itu pada laptopnya. Dia pun menghapus semua sisa video yang ada di ponsel milik Ella.

"Berhasil! Setidaknya gue bisa tenang!"

Lalu pandangannya terhenti saat melihat file bernama 'sugar Daddy'. Rain membuka file itu, ada file di dalamnya dan beberapa foto juga video ada di sana.

Foto Ella bersama seorang lelaki yang usianya jauh darinya. Bahkan lebih pantas jika menjadi ayahnya. Lalu foto mesra mereka sedang berciuman. Video Ella dan lelaki itu sedang melakukan adegan ranjang. Mereka sama-sama melihat ke arah kamera. Benar-benar gila!

"Bentar deh, gue kayak nggak asing lihat tuh bapak mesum."

Rain membuka ponselnya, dia melihat ke akun sosial media milik Kenan. Tadi Rain iseng untuk melihat sosial media Kenan. Rain penasaran apa saja yang di unggah oleh lelaki itu. Rupanya foto motor, markas dan dirinya bersama keluarga. Ada juga foto Kenan saat bersama Ella. Tatapan Rain berhenti pada sebuah foto Kenan yang bersama keluarganya. Rain menatap ke layar laptop dan ponsel bergantian.

"Gila! Bokap Kenan? Dia selingkuh sama Ella? Anjir, bangsat! Bisa-bisanya ketipu sama wajah sok polos! Hah, main-main Lo sama gue, mampus Lo sekarang rahasia Lo kebongkar!"

Rain mengutak-atik semua file itu dan memindahkannya pada laptop. Rain juga terus menelusuri isi ponsel Ella yang berhasil dia bobol. Bukan Rain namanya jika tidak bisa membobol ponsel orang lain.

"Jijik banget lihatnya. Padahal nyokap Kenan cakep. Sekarang gue bakal telusuri penyebab kematian nyokap dan hal-hal janggal lainnya. Kita tunggu aja ya tanggal mainnya."

Rain tersenyum miring, pekerjaannya tidak sia-sia. Semua sedikit demi sedikit terkuak. Jadi penyebab Rain asli tidak kuat dengan kehidupannya karena kasus video pelecehan yang ada pada Ella, perundungan yang Ella lakukan dan kekerasan dari papanya. Membuat Rain asli depresi dan memilih mengakhiri hidupnya. Sungguh malang nasib Rain asli.

Meski Lea sekarang sudah pasrah dengan jalan takdirnya, dia juga masih berharap bisa menemukan keberadaan Aldi. Ada hal yang ingin dia sampaikan padanya. Bahkan mengurus beberapa hal yang penting.

"Gaji gue gimana ya? Lumayan buat beli motor! Ah, gue jadi kangen si hijau pembawa berkah itu!" ucap Rain sambil bertopang dagu.

Dia pun menutup aplikasi yang sejak tadi dilihatnya. Lalu beralih pada akun yang pernah dia miliki saat menjadi Lea. Email dan sandi masih sangat dia ingat. Lalu jemarinya menari di atas keyboard. Mengirim sebuah email pada aplikasi yang selalu memberikan gaji saat menjadi Lea.

Lea adalah seorang penulis, setiap bulannya dia mendapatkan gaji yang lumayan dari novel-novelnya yang diposting pada aplikasi novel online. Satu aplikasi saja dia bisa menghasilkan lima juta.

"Semoga bisa ganti nama pemilik. Biar gaji gue bisa diambil. Gue bakal balas dendam secara elegan!"

Sambil menunggu balasan email, Rain mencari akun milik Aldi. Hasilnya masih sama, pesan yang dia kirimkan beberapa hari yang lalu tidak dibaca. Bahkan Aldi jarang membuat status. Terakhir kali dia membuat saat berada dimakam saja.

"Gue kangen Lo, Aldi!" Rain menghela napas pasrah.

Kedua matanya sudah tidak kuat lagi bertahan. Rain menutup semua aplikasinya dan mematikan laptopnya. Dia memilih untuk tidur kembali. Padahal hari sudah hampir pagi. Dua jam setelah memakan mie instan Rain terus berkutat pada laya laptopnya.

***

"Rain, bangun! Sarapan yuk!" Rean menepuk pelan pipi Rain.

Gadis itu mengerjap, kedua matanya masih ingin terpejam.

"Bang, masih ngantuk ih!" gerutu Rain. Dia kembali menarik selimutnya.

"Lo bangun dulu sarapan. Nanti tidur lagi. Ayolah, gue udah buatin nasi goreng kesukaan Lo."

Rain tetap tidak perduli memilih kembali terpejam karena baru saja dia tertidur kembali.

"Mumpung hangat, Rain. Gue bangun pagi biar Lo bisa makan nasi goreng buatan gue. Biar nggak melulu mie instan apa roti." Rean menundukkan kepalanya. Merasa perjuangannya pagi ini sia-sia.

Rean duduk memunggungi Rain, gadis itu bisa melihat wajah murung Rean dari samping. Tidak mau mengecewakan Rean, dia pun akhirnya memilih bangun.

"Gue mandi dulu ya. Habis itu gimana kalau kita belanja?" ujar Rain.

Rean menoleh dengan seulas senyum. "Sekalian makan siang di luar ya!" katanya.

"Ogah, kalau berdua doang gue mau! Kalau sama temen-temen Lo mending enggak deh!" sahut Rain.

"Iya berdua aja!"

Rain hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Rean. Juga dia memiliki rencana lain. Gadis itu pun bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri. Lalu menuju tempat Rean yang sudah menunggunya.

Dimeja sudah tersedia nasi goreng dengan toping yang Rain yakini benar-benar seadanya.

"Bang, kalau Lo nggak punya duit, bilang sama gue!" ujar Rain.

Rean mengernyit, "Lo emang punya? Duit darimana coba? Lo aja gue kasih nggak pernah mau!" kata Rean.

Sebenarnya Rean bukannya tidak punya uang, tapi semalam dia lupa belanja saking buru-buru memastikan siapa Queen yang sebenarnya. Uang peninggalan Kimberley tidak akan pernah habis. Kimberley sudah menyiapkan semuanya.

"Nanti kita beli motor ya biar Lo bisa kemana-mana sendiri pas gue pergi!" Rean mengelus rambut panjang Rain.

"Lo punya duit?" Lagi-lagi Rain meragukan Rean.

Rean membuka ponselnya. Dia menyodorkan pada Rain, memperlihatkan isi saldonya yang fantastis.

"Gila! Belanja hari ini sama beli motor sih masih sisa ini! Lo ternyata orang kaya ya, Bang! Bahkan bisa beli rumah lagi ini mah. Duit darimana coba?" Rain takjub melihat nominal yang ada di rekening Rean.

Dia beralih membuka rekening Rain. Rean selalu mengeceknya dan mengisi saldo milik Rain. Namun, dulu Rain tidak pernah menggunakannya.

"Ini punya Lo masih utuh lima ratus juta. Lo mau pake beli motor apa simpen aja?"

Rain tersedak makanannya. Selama ini saat menjadi Lea dia tidak pernah memegang uang sebanyak itu. Paling banyak lima puluh juta. Itu saja hasil dari dia bekerja dan balapan.

"Gue mau perawatan ah, mau beli skincare juga. Pokonya Lo temenin gue ya!" Rain sangat semangat hari ini.

"Tahu Lo orang kaya ngapain gue capek-capek lihat gajian gue semalam!" batin Rain.

"Bang, jujur deh duit segitu darimana kita?" Rain penasaran, karena Damian tidak perduli tapi tabungan kedua anaknya sangat banyak.

"Mama, perusahaannya masih berjalan tapi papa nggak tahu itu. Soalnya mama sudah menyiapkan semuanya jauh hari sebelum kita lahir. Bahkan saudara mama pun selalu mengirimkan uang ke gue. Mereka sebenarnya mau mengurus tentang Lo, nyuruh kita ke sana. Gue minta buat nggak diperpanjang demi kesehatan mental Lo. Gue pengen Lo sembuh dan hidup layaknya anak remaja lain. Menikmati masa remaja dengan indah. Lalu kita pindah setelah Lo sembuh. Lo mau nggak? Gue lihat Lo sekarang baik-baik aja, meski terkadang Lo selalu mimpi buruk dan bikin gue khawatir," jelas Rean

"Gue pengen di sini. Gue pengen nempatin rumah peninggalan mama. Itupun kalau Lo mau, gue pengen hidup bebas di sebuah rumah, Bang. Apartemen bikin sumpek, meski pemandangan indah tapi nggak seenak hidup di rumah." Rain telah menghabiskan sepiring nasi goreng dan segelas susu.

"Habis ini kita ke rumah mama. Lo mau ke makam mama nggak?"

"Boleh! Mama marah nggak ya kalau gue lupa sama mama!" celetuk Rain.

Tentu saja tidak akan marah, Kimberley sudah bertemu Rain asli di sana.

"Enggak, ya udah berangkat sekarang ya!"

"Lo siap-siap. Biar gue yang beresin. " Rain mengambil alih piring yang ada ditangan Rean. Dia tidak mau membuat Rean terbebani.

Dia ingin hidup saling melengkapi antara adik dan kakak. Dia tidak mau membalas dendam Rain asli pada Rean. Seperti yang ada di buku diary milik Rain asli. Bahwa sikapnya saat itu adalah balas dendamnya kepada Rean yang telah menyakiti hatinya.

Mereka akhirnya pergi ke sebuah mall. Berbelanja kebutuhan dapur, tenaganya mereka minggu ini akan pindah ke rumah peninggalan Kimberly jika kondisi memungkinkan. Papanya tidak akan pernah perduli lagi, jadi tidak ada hal yang perlu ditakutkan. Mereka juga sebenarnya ada bodyguard suruhan keluarga besar Kimberly. Namun, Rean tidak mau jika terlalu mencolok. Sebisa mungkin mereka harus terlihat seperti remaja lain yang kemanapun sendiri. Rean juga tidak terlalu mencolokkan diri jika dirinya memiliki harta yang banyak.

Takut, jika Damian memata-matai mereka. Itu sebabnya Rean selalu berbelanja irit. Teman-teman Rean pun tidak tahu tentang harta peninggalan mamanya. Mereka hanya tahu jika Rean hidup seadanya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk Rain. Rean bekerja sama dengan Kenan itu hanya semata-mata untuk teman-temannya percaya.

"Bang, udah penuh tapi gue pengen buah, camilan, banyakin mie sama kopi. Gimana dong!" Rain selalu banyak cemilan jika sedang menulis.

Rain juga rencananya akan kembali menulis. Banyak penggemar yang kecewa dengan karyanya yang belum selesai. Mereka juga sedih dengan kabar meninggalnya sang penulis asli. Lea Anandita.

"Hah? Lo yakin mau ngopi?"

"Ck, tar gue jelasin!"

Rain berjalan ke rak cemilan, setelah berbelanja sayuran, macam Frozen food, daging dan buah. Rean dibelakang Rain mendorong troli.

Rain mengambil camilan sebanyak mungkin. Troli mereka sudah penuh. Selesai mengantri di kasir, Rean membawa belanjaan dibantu petugas toko tersebut. Memasukkannya ke dalam bagasi mobil Rean.

"Kita makan yok!" Rain kembali menarik Rean, masuk ke dalam mall dan mencari food court.

Dia melihat sekeliling, lalu tersenyum sinis saat melihat seorang gadis duduk dengan gelisah. Sesekali melihat ponselnya dan mengedarkan pandangan. Meski gadis itu duduk memunggungi keberadaan Rean dan Rain, tapi Rain sudah hafal postur tubuh orang yang Rain cari.

"Bang, tuh kosong!" Rain menunjuk kursi yang kosong.

Terletak tidak jauh dari tempat gadis berambut panjang itu duduk.

Rean duduk memunggungi keberadaan gadis itu, sehingga dia tidak melihat Ella. Ya, gadis yang duduk gelisah itu adalah Ella.

Rean dan Rain sudah pesan makanan, mereka tinggal menunggu saja. Namun, Rain tersenyum puas saat melihat seorang lelaki memakai kaos berwarna putih dan celana pendek. Lelaki itu juga memakai topi. Lelaki itu mencium kening Ella.

Namun, Rain melihat lelaki itu bukan ayah Kenan. Mungkin Ella menjadi simpanan banyak om-om. Ella menjual dirinya. Itu baru dugaan Rain saja. Tidak mau menyia-nyiakan momen ini, Rain diam-diam mengambil foto mereka untuk dijadikan ancaman balik ke Ella.

"Bang, lihat deh di seberang sana!" Rain menunjuk ke arah Ella dengan lirikan matanya.

Rean menoleh, mengikuti gerakan mata Rain. Dimana ada sosok Ella dengan pakaian ketat bersama seorang lelaki lebih tua. Mereka berpegang tangan dan saling menyuapi. Rean memicingkan kedua matanya untuk memastikan dia tidak salah lihat.

"Ella?" gumam Rean.

"Lo masih percaya cewek itu baik?" tanya Rain.

Rean menoleh, menatap Rain yang terlihat biasa saja seolah sudah tahu semuanya. Rean curiga jika Rain merahasiakan sesuatu darinya. Terlihat dari cara dia menatap Ella.

"Gue lebih percaya Lo, Rain!" Rean menggenggam tangan Rain.

Mereka tidak menyadari jika beberapa anak remaja yang kebetulan sedang makan juga menatap ke arah Rain dan Rean. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Membuat para remaja itu iri.

"Makasih, Bang!" Rain tersenyum. Dia lega akhirnya ada yang memihak padanya.

Rain tidak akan menceritakan penemuannya semalam. Dia akan mengumpulkan bukti-bukti lebih kuat. Di ponsel Ella hanya ada foto ayah Kenan saja. Entah apa tujuan Ella menyimpan adegan panasnya dengan ayah Kenan.

Rean mengacak rambut Rain, kemudian menyuapi spaghetti miliknya. Lagi dan lagi beberapa kumpulan remaja itu mengikuti gerakan Rean.

Mereka yang tidak memiliki pasangan mengelus kepala mereka sendiri dan menyuap makanan sendiri. Sementara yang memiliki pasangan meminta diperlakukan seperti Rain.

"Gue berasa lihat Drakor!" ucap salah satu remaja yang duduk di kursi sebelah Rain.

Mereka juga ada yang mengabadikan momen itu. Ella yang tidak sengaja melihat Rain dan Rean sangat panik. Ella segera menutup wajahnya dengan rambut. Ella kira Rain tidak melihatnya, dia sudah melihat Ella meski tempat yang mereka tempati berbatas sebuah kaca besar.

"Kenapa kamu panik, sayang?" tanya lelaki itu mencolek hidung Ella.

"Ada ... Anak Damian. Kita harus pergi dari sini!"

"Dimana?" tanya lelaki itu mengedarkan pandangan.

Lelaki itu terdiam saat melihat Rain dan Rean, ekspresinya sulit diartikan. Entah menyimpan benci, terkejut, atau hal lainnya.

"Bagaimana jika kita bersenang-senang, sayang?" Lelaki itu mengedipkan matanya.

Ella yang paham tersenyum malu dan mengangguk. Dia segera pergi dari tempat itu agar anak kembar itu tidak melihatnya.

Rain tersenyum miring saat melihat kepergian Ella.

"Lelaki itu ... Siapa? Sepertinya dia suami orang," tanya Rain sambil menikmati secangkir cappucino hangat.

"Kayaknya dia teman bisnis papa. Aku pernah lihat tapi dimana ya?" Rean nampak berpikir sejenak.

Namun, Rean tidak tahu siapa lelaki yang bersama Ella. Sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah.

"Bentar deh, Rain! Kayaknya tadi bukan Ella. Lo lihat sendiri penampilannya beda dan dewasa banget. Ella yang gue kenal itu polos dan kalau pakai baju selalu tertutup. Dia aja nggak pernah mau di sentuh Kenan!" Rean masih tidak percaya jika itu Ella yang selalu Kenan lindungi.

"Rean ... Rean ... Lo tolol apa pura-pura tolol!" Rain menoyor kepala Rean. Dia benar-benar heran dengan jalan pikiran Rean.

Jelas-jelas tadi itu adalah Ella, dia bisa lihat dengan jelas. Hanya saja Rean tidak begitu jelas melihatnya karena dari samping. Penampilan Ella memang berbeda. Dari segi rambut dan cara berpakaiannya berbeda saat di sekolah ataupun bertemu dengan Kenan. Tentu saja Rean masih tidak percaya jika itu Ella.

"Udah ah Lo apaan sih ngurusin begituan. Biarin aja itu cewek jadi selingkuhan om-om. Nggak usah ngurusin hidup orang lain!" gerutu Rean.

Rean pun sudah tidak mempermasalahkan itu, meski sebenarnya dia juga curiga dan ingin menyampaikan apa yang dia lihat kepada Kenan, tapi Rean enggan membuat keributan. Tentu saja Kenan lebih percaya dengan Ella. Dia adalah gadis yang berhasil merebut hati Kenan. Gadis polos yang berbeda dari gadis lainnya. Ya, polos dimata Rean dan keempat temannya.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Kartika Lina

Kartika Lina

si ella mah P5

2024-06-05

2

Eka Uderayana

Eka Uderayana

heran deh... kalau rain Ado bodyguard... kenapa waktu rain di lecehkan... nggak ada yang nolong 🤔

2024-03-17

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussukses

2024-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!