Bab 3

"Dia adik Lo?" bisik Kenan ditelinga Rean.

Rean yang sedang bersandar di tembok pun mengangguk pelan.

"Apa ini pengaruh amnesianya?"

Rean mengangkat kedua bahu sebagai jawaban. Meski begitu Kenan sudah paham. Lando, Reno dan Sandy saling pandang karena melihat interaksi kedua bosnya itu yang benar-benar aneh. Meskipun sering melihat, tetap saja mereka tidak mengerti cara mereka berinteraksi. Kedua lelaki itu memiliki watak yang hampir sama. Dingin dan cuek.

Rain keluar dari kamar mandi. Sudah memakai seragam lengkap dengan almamaternya. Dia terkejut karena ada banyak lelaki yang bersama Rean. Rain dan Kenan saling pandang, tapi Rain tidak tahu jika itu Kenan. Rain mengernyit bingung tapi Kenan malah kagum sama penampilan Rain yang sekarang meskipun tetap bersikap dingin.

"Bang!" Rain memukul lengan Rean.

Lelaki itu mengaduh sakit, "Bisa nggak sih jangan main pukul?" keluh Rean yang memegangi lengannya.

Rain memutar kedua bola matanya, "Drama! Udah anterin gue ke kelas!" ucapnya ketus.

Ketiga sahabat Rean dibuat melongo oleh perbincangan Rain, mereka juga terkejut karena Kenan hanya dilewati saja oleh Rain. Benar-benar perubahan yang luar biasa, bukan? Biasanya Rain akan gugup jika ada Kenan dan wajahnya merona. Bahkan mau bicara pun seperti orang gagu.

"Sini Abang genggam." Rean menyelipkan jemarinya di sela-sela jemari Rain.

Biasanya gadis itu akan menolak, kali ini dia diam saja. Rain juga cuek dengan tatapan para murid lain di sepanjang koridor sekolah. Mereka saling berbisik-bisik membicarakan Rain.

"Dia anak baru ya? Cantik banget!"

"Aaah, Rean langsung dapet gebetan anak baru."

"Bisa jadi saudara Rean!"

"Gue kalah saing nih!"

"Mereka mirip ya, kayaknya itu cewek anak baru deh!"

"Galau berjamaah ini!"

"So sweet banget!"

Rain yang mendengar bisikan mereka sengaja melepas genggaman tangan Rean. Kini Rain melingkarkan tangannya di lengan Rean. Lelaki itu diam saja, tapi dalam hatinya dia merasa senang karena perubahan yang Rain tunjukkan. Rean juga berniat untuk memanas-manasi Kenan. Rean yakin jika Rain lupa wajah Kenan. Rean juga bahagia karena bisa dekat dengan Rain tanpa perlu sandiwara lagi. Dulu Rain asli tidak mau mengenal Rean. Jika Rain mengalami kesulitan dan Rean ingin membantu pasti Rain langsung menghindar. Rain malas berurusan dengan fans fanatik Rean.

"Ini kelas Lo, Rain. Lo duduk di sini dan gue di belakang Lo!" jelas Rean saat sampai di kelas mereka.

Rean, Rain, Lando dan Reno memang satu kelas. Sementara Kenan dan Sandy berbeda kelas. Kenan tidak ikut masuk ke dalam kelas Rain. Dia memilih langsung masuk ke kelas bersama Sandy. Sandy mengikuti Kenan karena dia melihat perubahan mimik wajah Kenan. Aura berbeda itu bisa Sandy rasakan, entah karena perubahan sikap Rain pada Kenan atau kedekatan Rean dengan Rain. Mereka ini kan kembar, jadi untuk apa Kenan cemburu?

Cemburu? Ah, seorang Kenan cemburu dengan Rean? Selama ini Rain selalu perhatian pada Kenan. Lelaki itu bersikap dingin, meski Rean tahu itu tapi dia diam saja.

"Lo baik-baik aja, Ken?" tanya Sandy yang duduk dihadapan Kenan.

"Kenapa?" tanya Kenan.

Sandy malah dibuat bingung. Dia bertanya malah Kenan balik bertanya.

"Lo dari tadi diem aja." Ah, Sandy lupa kalau memang Kenan ini kan irit bicara.

"Maksud gue, Lo kenapa sejak ketemu Rain sikap Lo berubah!" Mendapat lirikan Kenan Sandy langsung pergi dari tempat duduknya. Dia kembali ke kursi miliknya yang berada di belakang Kenan.

"Salah ngomong gue!" gumam Sandy.

Sementara di kelas Rean, semua murid heboh dengan perubahan Rain yang benar-benar mengejutkan.

"Lo Rain bukan sih?" tanya Mia, teman sebangku Rain.

"Lo siapa?" Rain balik bertanya.

Mia menepuk jidatnya, bisa-bisanya Rain lupa dengannya. Mia tidak tahu saja kalau yang dihadapannya ini bukan Rain asli. Dia adalah Lea yang menggantikan jiwa Rain asli. Mia juga tidak tahu jika Rain baru keluar dari rumah sakit dan dinyatakan amnesia.

Rean terus memperhatikan interaksi Rain dan Mia. Membuat Mia salah tingkah. Di dalam kelas tidak ada yang tahu jika Rain dan Rean ini kembar.

"Gue Mia, temen sebangku sekaligus sahabat Lo. Masa Lo lupa sih? Seminggu nggak masuk sekolah sekarang Lo beda! Jangan-jangan Lo amnesia ya?"

"Ekhm ... Ekhm ...!" Rean berdehem, membuat Mia menoleh.

"Hay, ganteng. Dari tadi lihatin Rain terus, jangan-jangan naksir ya?" ucap Mia.

Rean hanya melirik saja dan memilih bermain ponselnya.

"Cie dicuekin!" ledek Rain, membuat Mia jengkel.

Saat hendak membalas ledekan Rain, tiba-tiba guru datang. Seketika kelas menjadi hening. Mata pelajaran pertama adalah bahasa Indonesia dan guru bernama Bu Santi yang terkenal killer. Bu Santi menurunkan kacamata tebal yang dia kenakan. Lalu memasangkan kembali, untuk memastikan siapa yang duduk di sebelah Mia.

"Kamu yang duduk di sebelah Mia, kamu anak baru?" tanya Bu Santi.

Rain menggeleng, "Saya Rain, Bu."

Bu Santi mengernyit, lalu duduk di kursinya. Membuka buku paket dan menatap ke seluruh murid-murid.

"Kerjakan halaman 78, jika sudah selesai kumpulkan kepada ketua kelas seperti biasa!" titah Bu Santi tegas.

Bu Santi bangkit dari duduknya dan kembali menatap tajam Rain.

"Rain, ikut saya!" Tegas sekali Bu Santi berbicara.

Rain beranjak dari duduknya, mengikuti langkah Bu Santi dengan santai. Dia tidak pernah takut dengan guru model apapun. Rain atau Lea itu dulunya selalu menghadapi guru dengan santai.

Di kantor guru sangat sepi, hanya ada Rain dan Bu Santi. Wanita dengan rambut pendek itu pun duduk di kursinya. Sementara Rain berdiri dihadapannya. Mereka hanya terhalang meja saja.

"Jadi benar kamu mengalami kecelakaan?" tanya Bu Santi.

"Ya. Satu minggu yang lalu."

"Kenapa penampilan kamu berubah? Di sini bukan ajang pencarian bakat! Melainkan ajang mencari ilmu, nilai kamu saja selalu jelek jadi jangan pernah cari masalah lagi di sekolah ini, Rain!"

Nilai Rain selalu jelek? Lea terus menerka-nerka, sebenarnya bagaimana sosok Rain asli dulunya. Dia pikir otak Rain asli benar-benar pintar.

"Oke," jawab Rain santai.

Bu Santi hanya menggeleng saja, dia cukup terkejut dengan sikap Rain yang dirasa berubah. Biasanya dia tidak pernah berani menatapnya. Kini Rain yang ada dihadapannya itu berani menjawab dan menatapnya dengan santai tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Beberapa kali kamu membolos di saat pelajaran Ibu, lihat nilai kamu selalu kosong! Sekarang kerjakan tugas kamu yang tertinggal. Ibu beri waktu sampai pelajaran Ibu selesai! Kerjakan di perpustakaan!" Bu Santi menunjukkan daftar nilai milik Rain. Di sana memang benar, nilai Rain banyak yang kosong.

Bu Santi memberikan selembar kertas catatan tugas yang harus Rain kerjakan.

"Kerjakan sekarang juga!"

Rain menerima catatan itu dan bergegas pergi tanpa sepatah katapun. Dia kembali ke kelas dan mengambil buku-bukunya tanpa ada ucapan apapun pada Mia, teman sebangkunya. Seluruh murid yang melihat itu heran begitu juga dengan Mia dan Rean.

Di perpustakaan Rain dengan tenang menyalin tugas dibuku paket dan mengerjakannya.Walaupun sempat bingung letak perpustakaan tapi beruntung ada murid yang mau menunjukkan dimana letak perpustakaannya.

"Lo dihukum?"

Rain baru saja duduk dan hendak membuka bukunya, tapi sudah ada orang yang bertanya. membuat moodnya buruk saja.

Rain mendongak, untuk melihat siapa yang sedang mengajaknya bicara.

"Hmmm," jawab Rain, kembali melanjutkan tugasnya.

"Boleh duduk sini?" tanya lelaki itu, tapi dia sudah duduk dihadapan Rain. Padahal Rain belum jawab.

Gadis itu tidak perduli dengan lelaki yang duduk dihadapannya. Dia fokus mengerjakan tugasnya. Sementara lelaki itu terus menatap Rain. Lelaki itu adalah Kenan.

Selama mengerjakan tugas, keduanya tidak saling bicara. Hingga Rain telah selesai dan membereskan alat tulis dan juga buku-bukunya.

"Udah kelar?"

"Hmmm." Lagi-lagi Rain hanya menjawab dengan gumaman.

Kenan merasakan bahwa Rain sedang menghindarinya. Dia juga merasa kehilangan sosok Rain yang dulu selalu mencari perhatian padanya, selalu membawakan bekal untuknya dan cerewet meski kalau bicara gugup dan menjengkelkan. Sekarang Kenan justru menyadari jika Rain lebih menyenangkan seperti dulu.

Gadis itu segera menuju ke ruang guru, rupanya tidak ada Bu Santi di sana. Rain memilih masuk ke kelas. Rupanya Bu Santi sedang berada di kelasnya. Rain memberikan buku tugasnya kepada Bu Santi.

"Kamu yakin udah selesai?"

"Tentu!" jawab Rain santai.

Tentu saja Rain selesai, karena Rain yang sekarang ini berbeda. Dia adalah Lea yang selalu mendapatkan juara, kepintarannya tidak perlu diragukan lagi.

Rain memilih duduk, membiarkan Bu Santi mengecek tugasnya. Sampai bel telah berbunyi tanda pelajaran telah selesai.

"Rain, ada apa tadi?" tanya Mia yang memasukkan buku paket ke dalam tas.

"Tugas kemarin!" jawab Rain santai. Dia menoleh ke belakang. Menatap Rean yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Lo suka sama dia? Bukannya Lo naksir sama Kenan?" Mia memang tahu jika Rain sangat menyukai Kenan. Meski bersahabat Mia tidak mengetahui tentang Rain sepenuhnya. Rain memang sangat tertutup. Bahkan dia tidak pandai bergaul dengan siapapun kecuali Mia.

"Najis!" jawab Rain yang berdiri dan melenggang pergi.

"Dia kenapa sih?" Mia bingung dengan sikap Rain hari ini.

Rain menuju ke toilet, saat hendak masuk ke salah satu bilik toilet, tangan Rain di tarik oleh seorang gadis. Hingga punggungnya membentur ujung wastafel.

"Lo makin ngelunjak ya sekarang! Segala ngerubah penampilan biar Kenan ngelirik Lo gitu? Nggak semudah itu, Rain!" ucap gadis dengan poni dan rambut di ikat satu.

Rain terus menatap gadis itu, dia menebak itu adalah Ella. Orang yang telah mengancamnya lewat pesan singkat.

"Oh ya?" jawab Rain santai.

"Lo pikir Lo siapa, hah! Ngatur hidup gue! Sorry banget gue godain Kenan. Mending Lo ambil sana tuh cowok!" Rain mendorong bahu Ella.

Gadis itu mengepalkan kedua tangannya, dia benar-benar kesal karena Rain sudah berani padanya. Ella mengangkat tangan untuk menampar Rain. Namun, gadis itu segera menahan tangan Ella. Rain memelintir tangan Ella hingga tulangnya berbunyi.

"Lepasin gue! Lo akan menyesal lakuin ini ke gue!" Ella merintih kesakitan. Rain melepas tangan Ella dan mendorong gadis itu hingga jatuh tersungkur.

"Mampus kan Lo! Lo pikir gue bakal diem aja gitu?"

Ella berdiri sambil meringis kesakitan, tangan yang keseleo dan kening yang memar karena membentur tembok. Dia melirik ke arah yang berlawanan, ada Kenan dan Lando yang sedang berjalan. Ella pura-pura menangis sesenggukan. Kedua mata Rain melotot dengan sikap Ella yang tiba-tiba berubah. Tadinya sok dan sekarang jadi gadis yang lemah. Namun, ketika dua laki-laki itu datang, Rain jadi tahu kenapa Ella pura-pura menangis.

"Drama queen!" ujar Rain.

Kenan mendekat dan menolong Ella untuk bangun. Ella memegangi tangan kanannya yang terkilir.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ...." Ella terus saja menangis. Seolah apa yang Rain lakukan itu sangat menyakitkan. Padahal dia dulu yang telah memancing emosi Rain.

"Ada apa, Ella? Kenapa Lo nangis?" tanya Kenan lembut.

"Sakit, Ken ...." Ella memegang tangannya yang terlihat membiru itu.

Kenan menatap Rain yang berdiri di hadapannya. Dia nampak santai saja tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Lo apain dia!" bentak Kenan.

Rain memutar kedua bola matanya, "Dia duluan yang bertingkah!" Rain tidak mau di salahkan.

"Lo selalu aja bikin Ella terluka, sekarang minta maaf sama dia!" Kenan semakin geram, bahkan dia mencengkeram pergelangan tangan Rain.

Gadis itu segera menghentakkan tangan Kenan dan itu berhasil. Tenaga supernya memang tidak bisa di sepelekan. Rain heran sama laki-laki di hadapannya ini. Tadi saat di perpus terlihat sok akrab, sekarang ada Ella berubah jadi galak. Rain bingung sebenarnya siapa laki-laki ini?

"Dia yang seharusnya minta maaf sama gue!"

"Rain, jangan sok jadi orang. Mentang-mentang Lo adik Rean, tapi Lo nggak usah semena-mena gitu. Gue tahu Lo berubah supaya Kenan suka sama Lo, 'kan?" sahut Lando.

Rain menatap nyalang Lando. Kedua tangannya mengepal kuat. Nggak terima sama ucapan Lando dan sekarang Rain tahu kalau orang yang menolong Ella itu adalah Kenan. Pantas saja dia membela Ella.

Plak

Plak

Bugh

Bugh

Rain menampar kedua pipi Lando dan memberi bogeman di wajah dan tulang kering Lando. Kenan menatap tidak percaya Rain yang tiba-tiba bisa memberi perlawanan. Namun, Ella semakin tidak suka melihat Rain pemberani. Menatap Kenan yang terpana kepada Rain membuat Ella semakin membenci Rain.

"Stop!" teriak Kenan.

Rain yang mencengkeram kerah seragam Lando segera melepasnya.

"Lo masih berani nuduh gue begitu, gue nggak akan segan-segan bunuh elo!" tukas Rain mendorong tubuh Lando dan pergi begitu saja. Sampai lupa tujuannya ke kamar mandi.

"Rain!" teriak Kenan yang dipenuhi emosi.

Gadis itu merinding mendengar teriakan Kenan memanggil namanya. Dia menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Minta maaf sama Ella!" titah Kenan.

Rain menatap ke arah Ella yang sedang memeluk lengan Kenan dengan senyum miring ke arah Rain.

"Bodo amat!" Rain terus mengayunkan kakinya menuju ke kelas. Rencananya untuk ke toilet karena perutnya mules hilang sudah, berganti emosi yang membara. Dia ingin sekali melampiaskan emosinya saat ini juga.

Melihat Rean yang sedang duduk santai di kelas sambil menyandarkan punggung, membuat Rain geram. Saat ini pelajaran kedua kosong, guru juga tidak memberikan tugas. Jadi kelas menjadi berisik. Rean juga meletakkan kedua kakinya dibangku kosong. Teman sebangkunya memang nggak ada karena Rean lebih suka sendiri.

Brak

Rain menggebrak meja Rean, membuat lelaki itu melonjak kaget. Wajahnya datar menatap Rain.

"Ada apa?" tanya Rean.

Seluruh kelas menjadi hening, mereka terkejut dengan sikap Rain yang menjadi pemberani itu, tapi ada beberapa murid perempuan yang memandang tidak suka terhadap Rain. Mereka menganggap Rain ini sok dan hanya mencari perhatian Rean saja, buktinya tadi pagi Rain menggandeng tangan Rean. Pastilah dia menggoda Rean jadi lelaki itu mau mendekatinya. Begitu anggapan beberapa para murid perempuan di kelas Rain.

"Lo dan temen-temen Lo itu emang brengsek!" Rain menunjuk wajar Rean.

Lelaki itu menyingkirkan jari telunjuk Rain. "Maksud Lo apa?" Rean berusaha tenang menghadapi adiknya ini.

Dia sebenarnya terkejut karena Rain seberani ini. Wajahnya juga memerah karena emosi. Rean belum pernah melihat Rain semarah ini.

"Rean!" panggil Kenan yang kini masuk ke kelas mereka.

Semua murid di kelas bungkam, menatap mereka dengan tegang. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Sepertinya akan ada tonton yang bagus kali ini. Jarang sekali Rain membuat onar seperti ini.

Bersambung ...

Gimana ceritanya menurut kalian?

Terpopuler

Comments

Zachary

Zachary

utk awal bagus sih, smg tetap menarik sampai akhir

2024-12-16

0

syska

syska

syukaaaa ceritanya..../Angry//Angry/

2025-01-07

0

Arsyila Syafika Almeera

Arsyila Syafika Almeera

yo

2024-06-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!