Wanita Pemilik Hati Sang Taipan

Wanita Pemilik Hati Sang Taipan

Ingin Berpisah

"Mas! Aku ingin bercerai!" Sebuah kalimat yang di lontarkan dari mulut seorang wanita membuat laki-laki disamping nya memperlihatkan sebuah ekspresi yang tidak menyenangkan.

"Apa kau tak bosan terus mengatakan kalimat itu, hah?!"

"Tentu saja tidak! Karena aku akan tetap mengatakan kalimat itu sampai Mas setuju untuk berpisah!"

"Terus lah berbicara seperti itu! Bahkan sampai mulut mu berbusa aku tentu saja tidak akan bercerai dengan mu! Kau mengerti, hah?!"

Serena mengepalkan kedua tangan nya dengan sangat erat sambil kedua tangan nya bergetar hebat menahan rasa amarah nya terhadap suami nya yang sama sekali tidak ingin berpisah dengan nya. Wanita itu rasanya ingin membunuh suami nya sendiri, tapi ia tidak ingin membuat kehidupan nya semakin hancur sehingga Serena hanya bisa menahan penderitaan nya sekuat mungkin walaupun ia tidak yakin sampai kapan dirinya mampu untuk bertahan.

"Sebenarnya, apa yang Mas ingin kan dari ku? Selama 5 tahun ini aku sama sekali tidak pernah merasa bagaimana rasanya bahagia hidup bersama dengan mu, Mas. Dari dulu hingga sekarang, aku hanya merasakan pernikahan ini bagaikan sebuah permainan bagi mu!" ucap Serena.

"Apa kau masih belum puas juga dengan kemewahan yang aku berikan selama ini untuk mu, hah?!"

"Kau benar, Mas! Selama ini hidup ku memang sangat mewah, tapi apakah Mas tidak sadar kemewahan itu sama sekali tidak berarti untuk ku! Aku hanya ingin kebebasan, tanpa harus di kurung di dalam kamar bagaikan seorang tahanan yang berada di penjara! Apa artinya semua kemewahan ini jika hidup dan hati ku sama sekali tidak bahagia, Mas. Aku hanya ingin hidup normal seperti orang-orang diluar sana, itu saja!"

"Tutup mulut mu!" Bram begitu murka mendengar kalimat yang dilontarkan istri nya, ia tidak menyangka sekarang istri nya semakin berani terhadap dirinya.

"Saat ini aku hanya ingin ber—"

Tiba-tiba sebuah tamparan melayang ke arah pipi Serena, hingga wanita itu seketika terkapar di kasur sambil menahan rasa sakitnya. Wanita itu semakin membenci suami nya yang terobsesi dengan dirinya, ia bahkan berpikir untuk kabur dari rumah saja saat ini karena ia sendiri sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan Bram yang begitu kasar terhadap dirinya. Serena tahu, saat dirinya mengatakan kalimat tersebut ia jelas harus menerima resikonya untuk disiksa.

Namun, kedua mata Serena tanpa sengaja melihat ke arah pintu yang tidak dikunci oleh Bram. Ia merasa ini adalah kesempatan untuk dirinya kabur dari Bram yang tidak ingin membebaskan dirinya dengan waktu bertahun-tahun lama nya.

"Serena! Kembalilah!" teriak Bram, ia berusaha mengejar istri nya yang sedang kabur dari nya.

"Wanita sialan! Jika aku berhasil menangkap mu, aku tidak akan membiarkan mu hidup lagi. Dengan begitu kau tidak akan pernah dimiliki oleh siapapun!" ucap Bram dengan dingin, wajah laki-laki itu terlihat sangat menyeramkan seolah-olah seperti mayat hidup yang telah memiliki dendam.

Serena terus berlari dan berusaha untuk menghindari para pengawal Bram yang selalu berjaga di sekitar rumah itu. Saat ini ia kebingungan bagaimana dirinya bisa lari dari para pengawal yang sedang berjaga di bagian pintu utama sedangkan dirinya saat ini bersembunyi di dalam kamar salah satu pelayan yang selama ini melayani dirinya dengan setia. Pelayan yang melihat majikannya tiba-tiba di dalam kamar nya sangat terkejut, tapi Serena dengan cepat menjelaskan masalah yang ia hadapai saat ini.

"Nyonya, apa Anda tidak sebaiknya kembali saja ke kamar. Ini terlalu bahaya, Nyonya juga tahu sendiri bagaimana sifat tuan Bram selama ini. Jadi, saya sarankan supaya nyonya untuk kembali dan meminta pengampunan dari tuan Bram ..." Bibi Mirna benar-benar tidak ingin majikannya harus merasakan penderitaan yang lebih kejam lagi dari sebelumnya. Maka, dari situlah ia berharap Serena mau mendengarkan ucapan nya barusan.

"Bi, mau hidup atau mati! Aku tidak perduli lagi, aku hanya ingin pergi dari rumah ini saja. Bibi, aku mohon bantu aku ..." Serena benar-benar sangat memohon kepada pelayan nya yang selama ini selalu menghibur dirinya.

Melihat wajah majikannya yang terlihat begitu menyedihkan membuat bibi Mirna merasa sangat prihatin. Ia tahu kehidupan yang dijalani majikannya selama ini benar-benar begitu menderita, bahkan ia juga tahu Serena menikahi seorang pria yang kejam seperti Bram hanyalah karena dipaksa oleh keluarga nya demi sebuah bisnis. Dari awal bibi Mirna juga tahu majikannya sama sekali tidak mencintai laki-laki itu, tapi Serena tidak memiliki siapapun yang dapat ia harapkan untuk membebaskan dirinya dari pernikahan paksa yang sudah di jalani 5 tahun lamanya dengan kehidupan yang sangat menyeramkan di hidup wanita itu.

"Bibi Mirna ... saya mohon ..." ucap Serena lagi hingga pelayan itu seketika tersadar dari lamunannya.

Namun, saat bibi Mirna berniat ingin membantu Serena untuk kabur dari rumah itu. Tiba-tiba saj terdengar sebuah ketukan pintu beberapa kali, hingga kedua wanita itu seketika menjadi tegang dan ketakutan. Saat ini Serena terlihat berkeringat dingin, ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika ia berhasil di tangkap oleh suami dan tentunya ia harus menerima penyiksaan yang begitu kejam, seolah-olah dirinya bukan seorang manusia.

"Bibi, apa yang harus saya lakukan sekarang?!"

Wajah bibi Mirna juga terlihat pucat pasih karena ia sendiri juga kebingungan bagaimana dirinya mengatasi semua masalah majikannya. Suara ketukan pintu sudah berulangkali hingga semakin membuat jantung nya hampir copot, bahkan ia berulangkali menahan nafas nya saking merasa ketakutan jika tuan nya benar-benar datang lalu membunuh dirinya. Sedangkan Serena sendiri tidak bisa berdiam diri tempat, ia terus mondar mandir sambil mengigit jari nya, ia bahkan tanpa sadar dirinya telah mengigit tangannya sampai terluka saking merasa panik dengan keadaan nya saat ini. Tapi, kedua mata Serena seketika melotot dengan sangat tajam saat melihat bibi Mirna membuka pintu tersebut, ia melihat sendiri seorang pengawal dengan wajah yang lebih menyeramkan dari wajah suami nya berdiri di depan pintu dengan sebuah senjata di tangannya sambil menatap dirinya.

Pengawal itu seketika menerobos masuk menghampiri Serena, lalu langsung menodongkan senjata nya ke arah kepala Serena. Wanita itu perlahan-lahan menutup kedua mata nya dan tanpa sadar air mata nya mengalir membasahi pipi cantik nya. Sekarang Serena benar-benar tidak memiliki harapan lagi untuk hidup dan ia merasa hidup nya sudah berakhir sehingga sekarang ia sudah pasrah.

"Pada akhirnya nyawa ku berakhir di rumah bagaikan neraka ini ..." gumam Serena dengan lemah.

Sebuah senjata terdengar begitu nyaring dari dalam kamar bibi Mirna sehingga menarik perhatian Bram yang saat ini sedang mencari keberadaan istri nya. Sekarang ia mengerti, suara senjata itu menandakan bahwa istri nya berhasil di temukan dan laki-laki itu pun dengan segera duduk santai di sofa seolah-olah tidak terjadi apapun kepada istri nya. Sebelum nya ia memberikan perintah kepada semua pengawal nya untuk mencari istri nya, jika mereka menemukan wanita itu supaya segera membunuh nya tanpa ampun lagi.

"Serena, selamat tinggal, sayang," gumam Bram lalu ia pun melemparkan cincin pernikahan tersebut ke tempat sampah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!