"Mas! Aku ingin bercerai!" Sebuah kalimat yang di lontarkan dari mulut seorang wanita membuat laki-laki disamping nya memperlihatkan sebuah ekspresi yang tidak menyenangkan.
"Apa kau tak bosan terus mengatakan kalimat itu, hah?!"
"Tentu saja tidak! Karena aku akan tetap mengatakan kalimat itu sampai Mas setuju untuk berpisah!"
"Terus lah berbicara seperti itu! Bahkan sampai mulut mu berbusa aku tentu saja tidak akan bercerai dengan mu! Kau mengerti, hah?!"
Serena mengepalkan kedua tangan nya dengan sangat erat sambil kedua tangan nya bergetar hebat menahan rasa amarah nya terhadap suami nya yang sama sekali tidak ingin berpisah dengan nya. Wanita itu rasanya ingin membunuh suami nya sendiri, tapi ia tidak ingin membuat kehidupan nya semakin hancur sehingga Serena hanya bisa menahan penderitaan nya sekuat mungkin walaupun ia tidak yakin sampai kapan dirinya mampu untuk bertahan.
"Sebenarnya, apa yang Mas ingin kan dari ku? Selama 5 tahun ini aku sama sekali tidak pernah merasa bagaimana rasanya bahagia hidup bersama dengan mu, Mas. Dari dulu hingga sekarang, aku hanya merasakan pernikahan ini bagaikan sebuah permainan bagi mu!" ucap Serena.
"Apa kau masih belum puas juga dengan kemewahan yang aku berikan selama ini untuk mu, hah?!"
"Kau benar, Mas! Selama ini hidup ku memang sangat mewah, tapi apakah Mas tidak sadar kemewahan itu sama sekali tidak berarti untuk ku! Aku hanya ingin kebebasan, tanpa harus di kurung di dalam kamar bagaikan seorang tahanan yang berada di penjara! Apa artinya semua kemewahan ini jika hidup dan hati ku sama sekali tidak bahagia, Mas. Aku hanya ingin hidup normal seperti orang-orang diluar sana, itu saja!"
"Tutup mulut mu!" Bram begitu murka mendengar kalimat yang dilontarkan istri nya, ia tidak menyangka sekarang istri nya semakin berani terhadap dirinya.
"Saat ini aku hanya ingin ber—"
Tiba-tiba sebuah tamparan melayang ke arah pipi Serena, hingga wanita itu seketika terkapar di kasur sambil menahan rasa sakitnya. Wanita itu semakin membenci suami nya yang terobsesi dengan dirinya, ia bahkan berpikir untuk kabur dari rumah saja saat ini karena ia sendiri sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan Bram yang begitu kasar terhadap dirinya. Serena tahu, saat dirinya mengatakan kalimat tersebut ia jelas harus menerima resikonya untuk disiksa.
Namun, kedua mata Serena tanpa sengaja melihat ke arah pintu yang tidak dikunci oleh Bram. Ia merasa ini adalah kesempatan untuk dirinya kabur dari Bram yang tidak ingin membebaskan dirinya dengan waktu bertahun-tahun lama nya.
"Serena! Kembalilah!" teriak Bram, ia berusaha mengejar istri nya yang sedang kabur dari nya.
"Wanita sialan! Jika aku berhasil menangkap mu, aku tidak akan membiarkan mu hidup lagi. Dengan begitu kau tidak akan pernah dimiliki oleh siapapun!" ucap Bram dengan dingin, wajah laki-laki itu terlihat sangat menyeramkan seolah-olah seperti mayat hidup yang telah memiliki dendam.
Serena terus berlari dan berusaha untuk menghindari para pengawal Bram yang selalu berjaga di sekitar rumah itu. Saat ini ia kebingungan bagaimana dirinya bisa lari dari para pengawal yang sedang berjaga di bagian pintu utama sedangkan dirinya saat ini bersembunyi di dalam kamar salah satu pelayan yang selama ini melayani dirinya dengan setia. Pelayan yang melihat majikannya tiba-tiba di dalam kamar nya sangat terkejut, tapi Serena dengan cepat menjelaskan masalah yang ia hadapai saat ini.
"Nyonya, apa Anda tidak sebaiknya kembali saja ke kamar. Ini terlalu bahaya, Nyonya juga tahu sendiri bagaimana sifat tuan Bram selama ini. Jadi, saya sarankan supaya nyonya untuk kembali dan meminta pengampunan dari tuan Bram ..." Bibi Mirna benar-benar tidak ingin majikannya harus merasakan penderitaan yang lebih kejam lagi dari sebelumnya. Maka, dari situlah ia berharap Serena mau mendengarkan ucapan nya barusan.
"Bi, mau hidup atau mati! Aku tidak perduli lagi, aku hanya ingin pergi dari rumah ini saja. Bibi, aku mohon bantu aku ..." Serena benar-benar sangat memohon kepada pelayan nya yang selama ini selalu menghibur dirinya.
Melihat wajah majikannya yang terlihat begitu menyedihkan membuat bibi Mirna merasa sangat prihatin. Ia tahu kehidupan yang dijalani majikannya selama ini benar-benar begitu menderita, bahkan ia juga tahu Serena menikahi seorang pria yang kejam seperti Bram hanyalah karena dipaksa oleh keluarga nya demi sebuah bisnis. Dari awal bibi Mirna juga tahu majikannya sama sekali tidak mencintai laki-laki itu, tapi Serena tidak memiliki siapapun yang dapat ia harapkan untuk membebaskan dirinya dari pernikahan paksa yang sudah di jalani 5 tahun lamanya dengan kehidupan yang sangat menyeramkan di hidup wanita itu.
"Bibi Mirna ... saya mohon ..." ucap Serena lagi hingga pelayan itu seketika tersadar dari lamunannya.
Namun, saat bibi Mirna berniat ingin membantu Serena untuk kabur dari rumah itu. Tiba-tiba saj terdengar sebuah ketukan pintu beberapa kali, hingga kedua wanita itu seketika menjadi tegang dan ketakutan. Saat ini Serena terlihat berkeringat dingin, ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika ia berhasil di tangkap oleh suami dan tentunya ia harus menerima penyiksaan yang begitu kejam, seolah-olah dirinya bukan seorang manusia.
"Bibi, apa yang harus saya lakukan sekarang?!"
Wajah bibi Mirna juga terlihat pucat pasih karena ia sendiri juga kebingungan bagaimana dirinya mengatasi semua masalah majikannya. Suara ketukan pintu sudah berulangkali hingga semakin membuat jantung nya hampir copot, bahkan ia berulangkali menahan nafas nya saking merasa ketakutan jika tuan nya benar-benar datang lalu membunuh dirinya. Sedangkan Serena sendiri tidak bisa berdiam diri tempat, ia terus mondar mandir sambil mengigit jari nya, ia bahkan tanpa sadar dirinya telah mengigit tangannya sampai terluka saking merasa panik dengan keadaan nya saat ini. Tapi, kedua mata Serena seketika melotot dengan sangat tajam saat melihat bibi Mirna membuka pintu tersebut, ia melihat sendiri seorang pengawal dengan wajah yang lebih menyeramkan dari wajah suami nya berdiri di depan pintu dengan sebuah senjata di tangannya sambil menatap dirinya.
Pengawal itu seketika menerobos masuk menghampiri Serena, lalu langsung menodongkan senjata nya ke arah kepala Serena. Wanita itu perlahan-lahan menutup kedua mata nya dan tanpa sadar air mata nya mengalir membasahi pipi cantik nya. Sekarang Serena benar-benar tidak memiliki harapan lagi untuk hidup dan ia merasa hidup nya sudah berakhir sehingga sekarang ia sudah pasrah.
"Pada akhirnya nyawa ku berakhir di rumah bagaikan neraka ini ..." gumam Serena dengan lemah.
Sebuah senjata terdengar begitu nyaring dari dalam kamar bibi Mirna sehingga menarik perhatian Bram yang saat ini sedang mencari keberadaan istri nya. Sekarang ia mengerti, suara senjata itu menandakan bahwa istri nya berhasil di temukan dan laki-laki itu pun dengan segera duduk santai di sofa seolah-olah tidak terjadi apapun kepada istri nya. Sebelum nya ia memberikan perintah kepada semua pengawal nya untuk mencari istri nya, jika mereka menemukan wanita itu supaya segera membunuh nya tanpa ampun lagi.
"Serena, selamat tinggal, sayang," gumam Bram lalu ia pun melemparkan cincin pernikahan tersebut ke tempat sampah.
"Aku sudah menyelamatkan nyawa mu, lalu bagaimana cara mu membayar nya sekarang?" Seorang laki-laki duduk di sofa dengan begitu santai sambil menghisap rokok di tangannya. Sedangkan di hadapan nya ada seorang wanita lemah berdiri dengan patuh kepada nya.
"Katakan saja apa keinginan, Tuan. Maka, akan aku lakukan."
"Kau yakin bisa melakukan apa yang aku mau?"
"Tuan, janji adalah janji. Jadi, aku akan menempati janji ku kepada, Tuan."
"Dengan keadaan mu seperti ini! Apa kau bisa menempati janji mu itu? Uang saja kau tak punya, bahkan keluarga mu sama sekali tidak menganggap mu dan aku rasa jika kau kembali ke rumah mu, siap-siaplah untuk kembali merasakan penderitaan mu seperti sebelumnya."
"Tubuh ku! Aku akan memberikan seluruh tubuh ku untuk, Tuan!" ucap Serena tanpa berpikir panjang lagi untuk mengatakan hal itu kepada laki-laki di hadapan nya.
"Benar-benar wanita bodoh dan menyedihkan!"
"Tuan, aku benar-benar serius mengatakan hal ini. Hidup ku sekarang juga tidak berarti lagi, bahkan aku tidak memiliki siapapun untuk menjalani kehidupan yang menyedihkan ini ..." ucap Serena dengan lemah.
Kehadiran Kendrik membuat Serena merasa dirinya masih memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan yang baru. Ia tidak menyangka salah satu pengawal suami nya telah berbaik hati menyelamatkan dirinya dari suami nya yang kejam itu. Walaupun bibi Mirna harus menjadi korban dari kejadian itu, tapi bibi Mirna begitu ikhlas menyerahkan nyawa nya untuk menggantikan dirinya sebagai mayat Serena dengan begitu Bram percaya bahwa istri benar-benar telah dibunuh oleh Kendrik.
Serena benar-benar beruntung saat kejadian itu, Bram sama sekali tidak ingin melihat mayat yang dibungkus oleh Kendrik dan meminta pengawal nya itu untuk segera membakar nya saja. Padahal tubuh yang dibungkus oleh Kendrik bukanlah mayat Serena melainkan mayat bibi Mirna yang telah mengorbankan dirinya untuk Serena.
"Aku sudah kehilangan bibi Mirna dan asal kau tahu, ia begitu berharga di hidup ku. Tapi, ia dengan begitu mudah menyerahkan hidup nya hanya untuk menyelamatkan nyawa seorang wanita seperti mu!"
Mengingat kejadian itu, Kendrik benar-benar merasa sangat terluka. Sosok bibi Mirna sebenarnya adalah seorang ibu sambung yang telah mengasuh dirinya dari kecil karena kedua orangtua nya telah pergi untuk selama nya. Sekarang ia sudah kehilangan semua orang yang ia sayangi, hidup Kendrik semakin terasa begitu suram dan hampa. Kendrick pun menatap seorang wanita di depan nya, walaupun dirinya membenci Serena tapi hati nya tidak tega membiarkan wanita itu menjalani kehidupan yang menyedihkan di luar sana. Ia tahu suatu saat nanti Bram akan mengetahui semua kebenaran yang telah ia lakukan.
Kendrik tiba-tiba saja berdiri lalu menyeret Serena ke suatu tempat yang ternyata itu adalah sebuah kamar yang begitu luas dan mewah. Laki-laki itu dengan segera melemparkan wanita itu ke atas kasur lalu menatap nya dengan dingin.
"Tuan, aku benar-benar bersedia melakukan nya. Asalkan jangan membuat ku kembali ke rumah itu lagi!" ucap Serena, melihat Kendrik yang telah menyelamatkan dirinya sebelum nya entah kenapa Serena merasa Kendrik sosok laki-laki sedikit lebih baik dari pada Bram suami nya yang tak pernah sedikitpun merasa kasihan terhadap nya.
"Kau yakin memberikan nya untuk ku?" ucap Kendrik berbisik di telinga Serena sambil tersenyum devil.
"Ya—yakin, Tuan," ucap Serena yang tiba-tiba saja merasa gugup saat berdekatan dengan Kendrik.
"Pergilah mandi dan bersihkan tubuh mu, aku akan menunggu mu disini!" bisik Kendrik lagi lalu merebahkan tubuh nya di atas kasur.
Serena yang mendengar hal itu dengan sedikit ragu melangkah menuju ke kamar mandi. Ia tahu apa yang dikatakan dari mulut nya barusan membuat nya semakin dalam masalah besar, apa lagi Kendrik terlihat benar-benar serius mendengarkan perkataan nya barusan membuat Serena menyesal telah mengatakan kalimat itu. Ia berharap dirinya bisa membuat alasan supaya laki-laki itu tidak menyentuh dirinya dan mau berunding lagi dengan suatu perjanjian yang lain.
"Sudahlah! Akan aku pikirkan nanti saja!" gumam Serena dalam hati nya, ia pun dengan segera bergegas mandi dan berharap saat dirinya berhadapan dengan Kendrik nanti ia bisa dengan cepat memikirkan ide yang tepat.
Selama 10 menit di dalam kamar mandi, Serena akhirnya keluar memakai handuk yang terlilit erat di tubuh nya. Ia melihat ke arah Kendrik yang saat ini sedang duduk di atas kasur sambil menghisap rokok di tangannya dengan begitu santai, jantung Serena rasanya terus berdegup kencang tak karuan. Wanita itu benar-benar merasa takut jika Kendrik menganggap serius ucapan nya beberapa waktu yang lalu. Padahal Serena sendiri asal bicara saja karena ia juga bingung bagaimana caranya ia bisa membalas budi kebaikan Kendrik yang telah membebaskan nya dari tawanan suami nya yang kejam itu.
"Kemarilah! Segera mendekati ku!" ucap Kendrik, Serena yang sedang melamun tiba-tiba tersadar.
Mendengar Kendrik memanggilnya membuat Serena begitu takut untuk melangkah mendekati laki-laki itu. Apa lagi dengan keadaan nya yang saat ini hanya memakai handuk saja, semakin membuat Kendrik berpikir bahwa ia sudah siap melakukan hal itu. Padahal Serena sendiri tidak punya pilihan lain selain memakai handuk itu, sedangkan pakain yang ia pakai benar-benar sangat kotor akibat terkena noda darah bibi Mirna yang sebelumnya sempat ia peluk untuk terakhir kali nya.
"Kau serius membuat ku menunggu lama seperti ini, hah?!" tanya Kendrik yang terlihat sama sekali tidak sabaran. Ia akui tubuh yang di miliki Serena memang sangat mengoda dirinya, bahkan kedua mata nya hampir tidak bisa berhenti melihat kedua kaki Serena yang tampak begitu mulus dan putih itu.
"Tu—tuan Kendrik, apakah kau benar-benar serius menganggap ucapan ku beberapa waktu yang lalu?" tanya Serena dengan gugup karena ketakutan, ia sudah membayangkan dirinya harus melayani seorang laki-laki yang bukan suami nya dan membuat suatu hal dosa yang seharusnya tidak ia lakukan.
"Ucapan yang mana?!" Kendrik seolah-olah tidak mengerti dengan ucapan Serena. Sehingga ia melihat sendiri wanita yang berdiri dengan polos di hadapan nya saat ini terlihat kebingungan apakah dirinya harus menjelaskan nya lagi atau tidak.
"Yang it—"
"Segera layani aku! Aku akan memberikan mu waktu 10 detik, jika kamu tidak segera memuaskan ku. Maka, aku akan dengan senang hati menyerahkan mu kembali kepada suami mu itu!" ancam Kendrik.
"Tap—"
"Mulai!" Kendrik pun menatap jam yang berada di pergelangan tangannya dengan begitu santai.
Sedangkan Serena sendiri merasa membenci dirinya yang begitu bodoh. Seharusnya ia tidak mengatakan hal itu kepada Kendrik dan ia tentunya ingat dengan jelas semua kalimat yang ia ucapkan kepada laki-laki itu sebelumnya. Bahkan ia sendiri juga sampai berusaha untuk menyakinkan Kendrik untuk menyerahkan tubuhnya dan rasanya Serena benar-benar kehilangan harga dirinya.
"Tinggal 4 detik lagi!" ucap Kendrik hingga seketika kembali menyadarkan lamunan Serena.
Serena masih diam di tempat, waktunya hanya tinggal 2 detik saja dan Kendrik selalu memperhatikan jarum yang terus berputar hingga akhirnya waktu yang telah di tentukan telah habis. Tapi, Serena sama sekali tidak menghampiri dirinya hingga membuat Kendrik menjadi kesal.
"Kau telah mengingkari janji mu dan sekarang aku tahu, bahwa kau bukan seorang wanita yang dapat di percaya!" ucap Kendrik, laki-laki itu pun bangkit berdiri tanpa melihat ke arah Serena yang saat ini masih diam di tempat nya dengan tatapan yang bingung.
"Segera pakai semua pakain mu!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Kendrik langsung pergi meninggalkan Serena sendirian di dalam kamar, ia bingung dengan apa yang di ucapkan oleh laki-laki itu barusan. Ia pikir Kendrik akan memaksa dirinya untuk memuaskan hasrat nya seperti hal yang telah suami nya lakukan terhadap diri nya sebelum nya. Tapi, ternyata laki-laki itu malah pergi dan malah menyuruh nya untuk memakai pakaian nya.
"Apa dia akan kembali lagi nanti? Aku pikir dia akan kembali untuk menagih janji yang aku ucapkan saat itu!" gumam Serena yang masih saja gugup.
Serena melihat ada pakain di atas kasur namun, saat ia baru saja ingin memakainya. Serena terdiam kaku melihat pakain yang di sediakan untuk dirinya terlihat begitu aneh karena ia merasa pakain tersebut benar-benar seperti kekurangan bahan. Bahkan ia sendiri tidak yakin jika memakaikan pakain tersebut yang tampak menerawang.
"Aku rasa dia sengaja melakukan hal ini untuk ku! Sebaiknya aku tidak memakainya!" gumam Serena, ia pikir lebih baik dirinya memakai handuk saja ketimbang memakai lingeria hitam tersebut.
Namun setelah setengah jam memakai handuk di tubuh nya, membuat Serena kedinginan bahkan ia merasa AC di dalam kamar saat ini terasa begitu full. Padahal sebelum nya Serena sama sekali tidak merasa di dalam kamar begitu dingin seperti saat ini.
"Dimana remote AC nya?" gumam Serena yang berusaha untuk bangkit berdiri, seluruh tubuh nya terasa sangat menggigil bagaikan berada di salju.
"Sebaiknya aku keluar kamar saja!" Serena sudah tidak sanggup lagi terus terkurung di dalam kamar sehingga ia memilih untuk keluar dengan handuk yang masih terlilit di tubuh nya namun baru saja sampai di depan pintu Serena seketika terdiam kaku di tempat.
"Kemarilah!" perintah Kendrik tapi Serena sama sekali tidak berani untuk melangkah mendekati laki-laki itu.
"Me—mereka semua untuk apa di bawa kemari?!" tanya Serena terbata-bata.
"Jika kamu ingin tahu, maka kemarilah!"
"Ta—tapi bagaimana jika mere—" ucap Serena terpotong.
"Buang pikiran kotor mu itu! Cepat! Kemarilah!"
Serena rasanya begitu ragu untuk mendekati Kendrik, tapi laki-laki itu terus menatap dirinya dengan tajam sehingga Serena pun pada akhirnya menuruti perkataan laki-laki itu dengan penuh kewaspadaan. Karena ia sendiri jelas merasa sangat takut dengan para serigala yang terus menatap nya seolah-olah ia adalah mangsa nya.
"Percayalah, mereka sama sekali tidak akan memakan mu jika tidak ada perintah dari ku!"
"Be—benarkah begitu?!"
"Hem, apa kau ingin aku mencoba nya memberi mereka perintah untuk melakukan nya?"
"Tidak! Jangan lakukan itu!" ucap Serena dengan spontan, seluruh tubuh nya seketika bergetar hebat mendengar perkataan Kendrik barusan karena ia pikir laki-laki itu menyuruh peliharaan nya untuk memakan tubuh nya. Padahal Kendrik sebenarnya ingin memerintah para serigala itu untuk mengambil botol minum di dalam kulkas, tapi Serena malah berpikir hal yang tidak-tidak saat ini. Namun, Kendrik merasa begitu lucu melihat sikap Serena yang begitu ketakutan itu, ia tidak menyangka istri majikannya memiliki sikap yang begitu bodoh.
"Tuan Kendrik, bisakah aku menanyakan sesuatu hal pada mu?"
"Hem, silahkan!"
"Kenapa Tuan malah bekerja sebagai pengawal suami ku selama ini? Aku rasa bukan karena uang, apa lagi setelah melihat semua nya. Kau pasti memiliki tujuan lain, bukan?!"
"Kau bukan siapa-siapa ku, jadi aku tidak perlu menjelaskan nya untuk mu," ucap Kendrik dengan cuek, lalu tatapan matanya malah melihat ke arah tubuh Serena yang hanya terbalut handuk saja saat ini sehingga ia pun dengan segera mengambil selimut kecil dan membalutkannya di tubuh Serena supaya sedikit lebih hangat.
"Kenapa kau tidak memakai pakain yang aku sediakan sebelum nya?"
"Aku tidak perlu menjelaskan nya untuk mu!"
"Apa kau sedang membalas ucapan ku barusan?" Kendrik jelas tahu apa alasan Serena tidak mau memakai pakaian yang ia berikan dan entah kenapa ia begitu suka melihat Serena kesal terhadap dirinya.
"Sudahlah! Aku tidak ingin berbicara kepada Tuan lagi!"
Serena berniat ingin kembali ke kamar, tapi tiba-tiba saja 2 ekor serigala malah menghadang jalan nya sehingga Serena seketika memundurkan langkah nya ketakutan dan malah terjatuh ke pangkuan Kendrik yang saat ini sedang menantikan momen tersebut.
"Kau pasti menyuruh mereka untuk menghadang jalan ku, kan?!" tanya Serena curiga tapi Kendrik malah diam saja menatap wajah Serena.
"Suruh mereka berdua pergi sekarang? Apa kau tidak melihat mereka berdua hampir saja mengigit ku, hah?!"
"Nona Serena, saat ini posisi mu bukan lagi nyonya ku. Jadi, kau tidak berhak untuk memberikan perintah kepada ku lagi, kau mengerti?!"
"Tapi ... mereka semua terlihat begitu galak dan sangat ingin memakan daging ku!" Serena yang ketakutan terus membayangkan dirinya berada di cengkraman para serigala itu.
Kendrik terus menatap wajah Serena ketakutan, ia merasa wanita yang sedang berada di pangkuan nya saat ini benar-benar sangat menggoda dirinya. Bahkan ia merasakan sendiri jantung nya tiba-tiba berdetak dengan cepat seolah-olah habis berlari cukup jauh. Tanpa sadar Kendrik tersenyum, ia tidak menyangka dirinya bisa tertarik dengan seorang wanita yang sudah bersuami walaupun ia tahu kehidupan rumah tangga Serena saat ini sedang berada di ujung tanduk, tapi ia tidak dapat memiliki Serena seutuhnya sebelum wanita itu benar-benar sah mengakhiri hubungan nya dengan laki-laki itu.
Selama bekerja di rumah Bram, banyak hal yang membuat Kendrik mengerti bahwa laki-laki itu telah memiliki banyak rahasia. Kendrik semakin ingin tahu, rahasia apa yang telah Bram sembunyikan selama ini dan ia tahu Bram bukanlah seorang laki-laki yang sembarangan sehingga Kendrik tidak bisa bertindak dengan gegabah.
Ponsel Kendrik tiba-tiba saja berdering hingga menyadarkan lamunannya. Ia melihat ada sebuah panggilan masuk dan ternyata itu adalah Bram majikannya sendiri.
"Aku tidak mungkin menghilang begitu saja setelah kejadian itu, bisa saja dia akan mencurigai ku!" gumam Kendrik dalam hati nya. Lagi-lagi ponsel berdering dan dengan ragu Kendrik mengangkat panggilan tersebut, sebelum itu ia akan memberikan isyarat supaya Serena untuk tutup mulut.
"Kenapa kau malah menyuruh ku diam? Usir para serigala itu terlebih dahulu!" decak Serena dengan kesal. Wanita itu sama sekali tidak mengerti dengan yang ia maksud, padahal Kendrik berusaha menyelamatkan hidup Serena tapi wanita di pangkuan nya sama sekali tidak mau mendengarkan isyarat dari nya hingga sekarang semua nya akan semakin rumit.
Rasanya Kendrik ingin menjahit mulut wanita itu karena ia jelas tahu bahwa Bram pasti telah mendengar suara dari seberang telepon dan sekarang apa yang telah Kendrik duga, bahwa Bram berulangkali menanyakan suara siapa yang telah berbicara barusan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!