Perutnya yang sudah cukup lapar, akhirnya Serena mengajak ketiga gadis itu untuk ikut makan bersama dengannya. Karena ia sendiri sudah tidak tahan lagi jika harus berbincang dengan waktu yang lama, sehingga ia lebih baik mengajak ketika gadis itu menikmati makan siang ketimbang terus berbicara tidak jelas kepada nya.
"Serena, kau serius ingin mentraktir kami?" tanya Jesika yang tak percaya dengan ajakan Serena.
"Hem, aku akan membayar semua makanan yang kalian pesan," ucap Serena dengan santai.
Jesika serta kedua teman nya saling berbisik satu sama lain, tapi ketiga gadis itu sama sekali tidak membicarakan Serena melainkan membicarakan tentang Wilson yang begitu dingin kepada mereka bertiga. Menurut ketiga gadis itu, Wilson tidak seharusnya ikut makan bersama melainkan berdiri saja di samping Serena.
Makanan sudah datang, banyak menu makanan yang di hidangkan di atas meja. Kelima orang itu masing-masing menikmati makanan tersebut dalam diam, Serena yang sudah lapar memilih untuk segera menghabiskan makanannya saja ketimbang berbincang.
"Sebenarnya kau berapa hari tidak makan?" tanya Jesika kepada Serena, tapi wanita itu sama sekali tidak mengubrisnya karena Serena berpikir bahwa Jesika bukan berbicara kepada nya melainkan berbicara kepada kedua temanya.
"Serena! Aku sedang berbicara dengan mu!" ucap Jesika lagi.
"Aku?"
"Hem. Apa beberapa hari ini kau tidak makan?"
"Memangnya kenapa?"
"Kau terlihat seperti orang kelaparan saja dan seolah-olah beberapa hari tidak makan."
"Benarkah?"
Serena melihat makanan yang di ada di hadapan nya dan ia melihat sudah banyak makanan yang sudah ia habiskan. Wanita itu seketika tersadar dengan apa yang telah ia lakukan saat ini. Beberapa hari ini, ia selalu memakan makanan yang instan dan terlalu malas memasak karena selama ini ia sudah lupa bagaimana caranya memasak makanan yang enak, selama tinggal di rumah suami nya Serena sama sekali tidak pernah menginjak dapur ataupun memegang peralatan di dapur dan itu semua karena dirinya tidak diperbolehkan untuk pergi keluar dari kamar nya.
"Maaf, beberapa hari ini makan ku tidak teratur, sehingga saat melihat makanan ini perut ku semakin terasa lapar," jelas Serena dengan jujur.
Mendengar penjelasan Serena barusan, Jesika pun berhenti bertanya dan ia kembali melanjutkan memakan makanannya sebelum semuanya menjadi dingin.
***
Di sisi lain Kendrik terlihat sedang berdiri di samping seseorang yang tak lain Bram sendiri. Laki-laki itu terlihat begitu santai sambil menghisap rokok nya dan sesekali berbicara kepada Kendrik tentang masalah pekerjaan yang akhir-akhir ini sering ia percayakan kepada Kendrik.
"Apa kau sudah membunuh semua keluarga bibi Mirna?" tanya Kendrik.
"Semuanya sudah beres, Tuan," ucap Kendrik berbohong, ia tentunya tidak akan melakukan apa yang ingin diminta oleh Bram karena bibi Mirna sendiri juga tidak memiliki siapa-siapa selain dirinya dan tentunya Bram sama sekali tidak tahu hubungan nya dengan bibi Mirna selama ini.
Sejak kembali ke rumah Bram, laki-laki itu sama sekali tidak pernah membahas tentang kematian Serena dan Kendrik jelas merasa aman saat ini. Namun, kedua bola mata laki-laki itu seketika melolot dengan sangat tajam saat melihat sebuah kalung yang di pakai oleh Bram, kalung itu jelas memiliki sebuah hubungan dengan kematian kedua orangtua nya selama ini maka dari situlah saat melihat kalung itu Kendrik seketika merasa hati nya berapi-api dan sudah tidak sabar lagi untuk menghancurkan Bram dengan begitu dendam yang selama ini ia pendam sudah selesai.
"Kendrik, aku sedang berbicara dengan mu! Kenapa kau melamun dan tidak menjawab pertanyaan ku?" tanya Bram bingung lalu ia tidak sengaja melihat ekspresi wajah Kendrik yang terlihat begitu aneh menatap kalung yang berada di tangannya dan ia pun menjadi penasaran sekarang.
"Maaf, Tuan. Aku hanya sedang sedikit merasa pusing saja!"
"Kalau begitu kau beristirahatlah saja!" ucap Bram, ia pun seketika membatalkan niatnya untuk bertanya kepada Kendrik, kenapa laki-laki itu menatap kalung yang ia pakai dengan ekspresi yang tak biasa seperti itu dan ia akan menanyakan nya nanti malam saja.
Kendrik dengan cepat pergi ke tempat dirinya beristirahat, kini laki-laki itu beristirahat di tempat nya yang kecil belum lagi tempat dirinya sama sekali tidak memiliki AC dan hanya memakai sebuah kipas yang kecil. Tapi, laki-laki itu sama sekali tidak perduli dengan hal itu semua, ia hanya fokus untuk membalaskan dendam nya saja.
Sedangkan Bram duduk bersantai di sofa tamu, ia tidak tahu bahwa istri nya selama ini masih saja hidup dan tinggal di kota orang lain. Ia pikir Kendrik benar-benar melakukan semua perintah nya dengan jujur tapi ia justru malah di bohongi, bahkan ia juga telah membawa Kendrik masuk kedalam rumahnya padahal laki-laki itu sangat menginginkan nyawa nya.
"Tuan Bram, para gadis yang diinginkan Tuan sudah datang," ucap salah satu pengawal Bram.
"Biarkan mereka masuk!" perintah Bram.
Pengawal itu segera pergi dan melakukan perintah yang telah tuan nya perintahkan barusan. Sedangkan Bram sudah siap menantikan kehadiran para gadis itu untuk menghibur dirinya setelah kehilangan istri nya.
"Kemarilah!" ucap Bram melambaikan tangannya dan ketiga gadis itu masing-masing menampilkan senyuman yang begitu manis nan menggoda.
Ketiga gadis itu mulai menghibur Bram yang sangat membutuhkan belaian. Tapi, Bram tidak tahu bahwa ketiga gadis itu memiliki niat jahat yang tersembunyi dan tentunya itu semua atas campur tangan Kendrik sendiri. Ia telah memerintahkan ketiga gadis itu untuk merayu Bram dan mengambil kalung tersebut dengan begitu ia bisa mencari tahu kalung itu apakah benar-benar memiliki hubungan nya dengan kejadian dimasa lalu yang telah merenggut nyawa kedua orangtua nya.
"Kalian bertiga juga harus meminu minuman ini," ucap Bram, dari tadi ia kwalahan terus meneguk minuman yang diberikan oleh ketiga gadis itu sehingga sekarang ia meminta ketiga gadis itu bergantian dengannya supaya adik. Ketiga gadis itu jelas merasa ragu menerima minuman tersebut, takutnya malah menjadi mabuk dan rencana mereka menjadi gagal.
"Nona-nona, apa kalian tidak mendengar apa yang diminta oleh Tuan saya?!" tanya pengawal Bram yang senantiasa berdiri belakang untuk mengawasi orang-orang yang berada di sekitar Bram.
Ketiga gadis itu akhirnya terpaksa meminum minuman yang diberikan oleh Bram. Tapi, beberapa saat kemudian Kendrik tiba-tiba saja datang hingga ketiga gadis itu merasa telah diselamatkan. Seandainya pengawal Bram pergi mungkin ketiga gadis itu dengan cepat memasukkan obat tidur di minuman Bram tapi sayangnya mereka telah diawasi dengan sangat ketat sehingga misi yang mereka jalani saat ini sedikit lebih sulit.
"Kendrik, kenapa kau keluar? Bukankah kau bilang kepala mu sakit?"
"Sudah sedikit mendingan setelah meminum obat, Tuan," ucap Kendrik beralasan. Padahal ia sama sekali tidak meminum obat.
"Kalau begitu, kau temani kami minum saja!" ajak Bram yang kini terasa sudah sedikit pusing akibat terlalu banyak meminum alkohol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments