Second Life As My Master
Hujan mendadak turun dengan deras membuat orang-orang berlarian mencoba untuk mencari tempat berteduh. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang gadis berusia 18 tahun bernama Naina. Gadis berpenampilan cupu dan berkaca mata itu tampak merapatkan tubuhnya di depan emperan sebuah toko. Bukan hanya dirinya tapi ada beberapa orang yang juga seperti dirinya saat itu. Tiba-tiba ia mendengar suara meongan lirih dari dalam saluran air yang terletak tepat di depan toko tersebut. Hujan yang semakin deras menyebabkan air dalam saluran itu tampak mulai tergenang. Dan suara meongan itu pun semakin samar terdengar. Naina yang sejatinya seseorang yang berhati lembut dan penyayang binatang tak bisa mengacuhkan suara mahluk kecil yang sedari tadi mencari perhatian orang-orang seolah tengah meminta pertolongan.
Tanpa merasa ragu dan risih dengan keadaan saluran air yang tampak kotor, gadis itu segera membungkukkan badannya mencoba melongok ke bawah sana untuk melihat mahluk malang itu. Dan benar saja... tampak olehnya seekor kucing kecil yang tampak bergetar dengan mata yang terlihat bersinar di dalam gelapnya saluran air itu dan tengah mengeluarkan suaranya yang mulai serak. Susah payah Naina mencoba meraih anak kucing itu dengan tangannya yang sudah ia bungkus dengan plastik bekas yang tadi ia gunakan untuk membawa nasi bungkus untuk makan malamnya. Sedangkan nasi bungkus itu sendiri akhirnya terpaksa ia jejalkan dalam tas selempangnya.
"Pus... sini pus..." panggilnya lembut berharap kucing kecil itu mau mendekat karena tangannya tak bisa menjangkau tubuh kucing kecil itu.
Namun kucing itu tampak tidak bergeming dari tempatnya seolah masih takut dengan kehadiran Naina yang sedang berusaha menolongnya. Setelah membujuk selama beberapa waktu akhirnya dengan air selokan yang mulai mengalir deras membuat kucing kecil itu terhanyut ke arah Naina. Dan dengan cepat gadis itu pun meraih tubuh kucing yang sudah belepotan lumpur hitam.
"Meaow... meaow..." lirih kucing kecil itu mengeong seakan berterima kasih meski masih tampak ketakutan karena tadi sempat terseret air selokan.
"Kau kotor sekali..." ucap Naina lembut sambil meletakkan kucing kecil itu dalam kardus yang ia temukan di dekat bak sampah.
Kemudian gadis itu langsung melangkah pergi sambil membawa kardus yang berisi kucing kecil itu saat hujan mulai reda. Sedikit berlari gadis itu menuju ke arah kontrakannya yang terletak tak jauh dari tempatnya berteduh tadi. Setelah sampai di dalam kontrakan, Naina pun langsung meletakkan tasnya sembarangan dan segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kucing yang baru saja ditemukannya tadi. Beruntung ia selalu menyimpan air panas dalam termos sehingga ia bisa menggunakannya untuk membuat air hangat yang digunakannya untuk membersihkan tubuh kucing kecil itu.
"Nah sekarang kau sudah bersih teman kecil... saatnya makan... ok?" ucapnya pada kucing kecil berwarna hitam itu.
Naina pun mulai membuka lemari pantrynya dan mengeluarkan makanan kaleng khusus untuk kucing. Ya... Naina memang tidak memiliki peliharaan kucing, tetapi gadis itu suka memberi makan kucing jalanan yang sering ditemuinya saat berangkat maupun pulang dari tempatnya bekerja. Karena itulah ia mempunyai stok makanan kucing di dalam rumah kontrakan kecilnya. Dan baru kali ini gadis itu membawa salah satu hewan itu ke tempat tinggalnya. Tampaknya ia sudah langsung jatuh hati pada hewan berbulu itu sesaat setelah ia mengeluarkan makhluk kecil itu dari dalam selokan. Meski tak banyak orang yang menyukai kucing berbulu hitam karena banyaknya mitos yang melekat pada kucing berbulu hitam, namun entah mengapa Naina malah langsung menyukai makhluk mungil itu.
Terlihat kucing kecil itu sangat lahap memakan makanan yang diberikan oleh Naina, yang membuat gadis itu merasa senang. Kemudian ia pun membersihkan dirinya sendiri lalu barulah ia membuka nasi bungkus yang tadi dibelinya untuk makan malam. Kucing kecil itu pun langsung melesak ke pangkuan Naina begitu ia telah selesai menghabiskan makanannya di dalam mangkok. Dan Naina pun tak merasa keberatan pada tingkah mahluk kecil itu meski saat itu ia sedang menghabiskan makan malamnya.
"Karena kau sekarang tinggal bersamaku maka kau harus memiliki nama bukan?" ucap Naina sambil mengangkat tubuh kucing kecil itu dan mendekatkannya di depan wajahnya.
"Meaow..." sahut sang kucing seolah menjawab pertanyaan gadis itu.
Naina pun langsung terkekeh dengan tingkah menggemaskan dari kucing kecil itu.
"Baiklah... tapi sebelumnya aku harus tahu kau ini jantan atau betina..." ujar Naina lalu memeriksa tubuh binatang kecil itu.
"Wah... ternyata kau sama denganku!" seru Naina saat mengetahui jika kucing yang akan dipeliharanya itu berjenis kelamin betina.
"Kalau begitu namamu itu sebaiknya adalah Mitsy... seperti tokoh dalam komik favoritku..." sambungnya lalu memeluk gemas Mitsy.
"Meaow..." seakan mengerti dengan perkataan majikannya kucing itu pun mengeong seolah setuju dengan nama yang telah diberikan oleh Naina padanya.
Tak terasa sudah beberapa bulan Naina memelihara Mitsy. Dan sekarang kucing hitam itu sudah semakin besar. Dia juga sudah menjadi kucing rumahan yang begitu manja dan juga menyayangi Naina. Setiap hari saat Naina akan berangkat mau pun pulang bekerja, Mitsy selalu saja berada di depan pintu untuk mengantarkan dan menyambut Naina. Rasa lelahnya sepulang bekerja langsung menguap saat melihat wajah menggemaskan Mitsy yang langsung melompat ke arahnya jika ia membuka pintu. Mitsy juga menemani Naina disaat gadis itu tengah asyik membaca buku-buku yang sering dipinjamnya baik dari teman maupun dari perpustakaan.
"Apa kau percaya jika kucing sepertimu memiliki sembilan nyawa?" kata Naina suatu hari saat ia tengah membaca buku tentang mitos dan legenda urban sambil berbaring di sofa dekat jendela kamarnya dengan Mitsy yang duduk santai di dadanya seolah tengah ikut membaca bersamanya.
"Meaow..." sahut Mitsy seakan menjawab pertanyaan Naina.
Entah apa artinya... namun Naina merasa senang karena Mitsy seolah mengerti perkataannya dan menjadi temannya mengobrol. Bukan tanpa sebab, karena Naina merupakan gadis introvert yang sangat sulit dalam bergaul. Itulah sebabnya ia tak memiliki banyak teman hingga di tempatnya bekerja ia pun hanya memiliki satu orang teman saja, yaitu Desi. Sedangkan Mitsy ia sudah anggap sebagai sahabatnya yang paling membuatnya nyaman dan bisa dipercaya saat ia mengeluarkan segala keluh kesahnya. Dan alasan utamanya karena Mitsy seekor kucing yang tidak akan pernah membocorkan apa pun yang telah Naina ucapkan padanya. Ya... Naina pernah trauma saat dulu pernah memiliki sahabat yang sangat di percayanya tapi orang itu malah mengkhianatinya. Karena itu meski pun berteman dengan Desi, ia tak membeberkan semua masalah pribadinya pada gadis itu.
Kedekatan Naina dan juga Mitsy membuat keduanya seakan tidak terpisahkan. Hanya saat gadis itu pergi bekerja sebagai office girl saja keduanya berpisah. Selebihnya mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Apa lagi Naina yang cupu hingga saat ini tidak memiliki pacar. Sungguh jika saja tidak ada Mitsy disampingnya maka saat ini Naina pasti akan merasa kesepian dan merana karena masih jomblo. Bagaimana mungkin ada pria yang bisa tertarik padanya jika penampilan gadis itu mirip Betty Lafea meski tanpa kawat gigi dan hanya karena mengenakan kaca mata mereka bisa dibilang mirip. Walau pun kaca mata Naina tidak tebal. Apa lagi wajahnya yang kusam dan cara berpakaiannya yang ketinggalan zaman membuatnya seperti manusia purba. Bukan tanpa sebab, karena gadis itu lebih mementingkan memberi makan kucing jalanan dibandingkan untuk mempercantik dirinya. Apa lagi semenjak ada Mitsy yang membuatnya memanjakan kucing kesayangannya itu. Gajinya yang tak seberapa hanya cukup untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari bersama Mitsy. Untung saja masih ada sisa untuk membayar uang sewa tiap bulannya sehingga ia tidak diusir dari kontrakannya itu.
Tapi Naina tetap merasa bersyukur karena menemukan Mitsy. Dan sepertinya kucing itu pun merasakan hal yang sama. Karena sebagai balasannya kucing itu selalu saja berusaha untuk membuat nonanya merasa bahagia meski hidup dalam keadaan serba sederhana. Seperti sore ini saat hujan kembali turun dengan derasnya. Untung saja Naina sudah sampai di dalam kontrakanya dan saat ini tengah duduk manis bersama Mitsy sambil membaca buku terbaru yang dibacanya. Tak lupa ada segelas teh hangat dan sedikit camilan yang tadi ia dapatkan dari salah satu tetangganya yang baru pulang dari kampung. Seperti biasa Mitsy selalu saja mengambil posisi duduk di dada Naina dan menatap ke arah buku yang sedang dipegang olehnya. Seolah kucing itu juga tengah ikut membaca buku yang sedang dibaca oleh Naina.
"Hem... lihatlah! disini tertulis jika ada mitos bahwa kalau ada seekor kucing yang melompat diatas jenazah maka jenazah itu akan kembali hidup... apa kau percaya itu?" ujar Naina sambil menatap Mitsy.
"Meaow..." jawab Mitsy sambil menoleh ke arah Naina.
"Kau benar... itu harus dibuktikan lebih dulu... kita tidak bisa begitu saja mempercayai sebuah mitos, benar begitu kan?" ucap Naina sambil mencium kepala Mitsy.
Sedang kucing itu tampak kembali menatap ke arah buku yang dibaca oleh Naina. Tampak kucing itu sangat tertarik melihat rentetan tulisan yang tercetak di dalam sana. Mungkin saja menurut Mitsy itu adalah salah satu hal yang sangat menarik baginya. Meski tentu saja hewan itu tak tahu apa artinya.
Beberapa minggu kemudian...
Naina baru saja memasukkan seragam kerjanya ke dalam loker, saat tiba-tiba seseorang mendorong tubuhnya hingga membentur loker yang ada dihadapannya. Naina pun mengaduh pelan karena merasakan sakit pada keningnya yang membentur pintu lokernya. Sambil mengelus keningnya yang terasa sakit, ia pun berbalik hendak melihat siapa yang telah mendorongnya dari belakang. Seketika wajah Naina memucat saat melihat Rika dan kedua temannya tengah menatapnya tajam sambil menyedekapkan tangannya di depan dada.
"A... apa salah saya mbak?" tanya Naina dengan suara lirih.
"Kamu masih bertanya dimana salahmu heh?" sahut Rika sambil menekankan jari telunjuknya ke kening Naina.
"Sudah aku bilang kan kalau kau harus mengerjakan apa yang aku suruh tanpa harus protes! tapi kenapa kau malah mengadukanku ke bu Hana? kau ingin aku di pecat dari sini hah! jangan mimpi! sebelum itu terjadi akan aku pastikan kamu dulu yang akan angkat kaki dari perusahaan ini, mengerti!" sentak Rika sambil mendorong tubuh Naina kembali hingga gadis itu membentur loker lagi.
Belum sempat Naina membela dirinya, ketiga orang itu sudah berlalu dari hadapan gadis itu dengan langkah ringan seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Keadaan dalam ruang ganti yang sepi membuat ketiganya bisa bertindak dengan seenaknya. Naina meringis menahan sakit dipunggungnya karena terbentur loker sangat keras.
"Kami kenapa Na?" tanya Desi saat gadis itu menemukan Naina tengah bersandar pada loker sambil meringis menahan sakit.
"Ga pa-pa kok Des... hanya mungkin aku kelelahan jadi punggungku agak sakit..." sahut Naina berusaha menutupi kejadian yang baru saja dialaminya.
"Apa ini ulah Rika dan genknya yang membuatmu jadi begini?" tanya Desi dengan pandangan menyelidik.
"Bukan kok Des... beneran!" elak Naina yang tak ingin menambah masalah baru.
Bukan apa-apa... sebab jika Desi tahu kejadian tadi maka bisa di pastikan gadis itu akan membuat perhitungan dengan Rika dan juga kawanannya. Dan jika itu sampai terjadi maka Rika akan semakin marah dan akan lebih membullynya lagi di lain waktu. Desi masih memandangi Naina dengan tatapan curiga. Sebab tadi ia sempat melihat Rika dan kedua temannya baru saja keluar dari ruang ganti sesaat sebelum ia masuk ke sana.
"Hemm... baiklah... kali ini aku percaya padamu... tapi ingat Na... jangan sekali-kali kau sembunyikan sikap Rika yang kasar padamu itu dariku..." ujar Desi setelah menghembuskan nafasnya kasar.
Meski sebenarnya dalam hatinya Desi tidak mempercayai perkataan Naina, namun ia tidak ingin mendesak gadis itu untuk mengaku karena hari sudah semakin sore dan mereka harus segera pulang.
"Iya-iya..." sahut Naina sambil tersenyum.
Dalam hati Naina bersyukur masih memiliki teman seperti Desi yang mau membantunya disaat kesusahan. Ia juga dapat menduga jika seseorang yang telah melaporkan Rika yang selalu semena-mena padanya itu adalah Desi. Ia tahu jika Desi bermaksud baik padanya, karena itu ia juga tidak menyalahkan gadis itu karena telah melaporkan Rika pada atasan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Frando Kanan
nth k l gw terharu....
2023-06-07
1