Target Pertama

Naina / Mitsy langsung membalikkan tubuhnya dan berpura-pura hendak masuk ke dalam salah satu private room di sana. Sedang orang yang di hindari oleh gadis itu tampaknya tidak menyadari dan terus berjalan ke privet room yang tadi di masuki oleh Johan. Mitsy yang ingin mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh keduanya pun mencari cara agar bisa mencuri dengar pembicaraan keduanya. Saat Mitsy tengah berperang dengan hatinya antara bekat masuk ke dalam private room yang di sewa oleh Johan atau tidak, tiba-tiba saja seseorang yang tadi diincarnya kembali keluar dari dalam sana.

Mitsy yang melihat itu pun memutuskan untuk segera mengikuti orang itu. Dengan berhati-hati dan tetap menjaga jarak, Mitsy mengikuti orang itu yang ternyata malah keluar dari dalam club dan berjalan ke arah gang sempit yang berada di seberang jalan tempat club itu berada. Tak mau kehilangan jejak targetnya, Mitsy langsung melepas sepatu high heelsnya dan berjalan telanjang kaki mengikuti orang itu dari belakang. Setelah berjalan kurang lebih sepuluh menit dan menelusuri lorong gang yang temaram, orang yang diikuti oleh Mitsy itu berhenti disebuah rumah sederhana yang terlihat semua lampunya masih menyala.

Mitsy terpaksa menaikkan roknya ke pinggang dan menyisakan hot pants yang dipakainya dibawah rok mininya itu. Kemudian ia pun dengan lincah memanjat pagar rumah di sebelah rumah yang tadi dimasuki oleh pria itu. Mitsy berniat untuk mengintip dari atap rumah tersebut. Setelah berhasil memanjat ke atas, ia pun perlahan berjalan diatas genting rumah dan berusaha mencari celah untuk dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam rumah itu.

Keberuntungan ternyata masih menaungi gadis itu, karena salah satu jendela rumah itu tampak terbuka lebar. Dengan berhari-hati Mitsy pun turun dari atap rumah dan berusaha masuk ke dalam melalui jendela tersebut. Saat ia berhasil masuk ke dalam ia baru sadar jika itu sebuah kamar tidur. Lampu kamar yang masih menyala membuat Mitsy dengan mudah menggeledah kamar tersebut. Dari sana ia mendapatkan petunjuk dari sebuah foto yang berada di salah satu laci dimana terdapat gambar keseluruhan orang yang telah membunuh Naina.

Gadis itu pun sadar jika kemungkinan itu adalah rumah dari orang yang tadi ia buntuti. Saat itulah Mitsy mendengar suara langkah kaki seseorabg yang mendekat ke arahnya. Dengan cepat Mitsy masuk ke dalam lemari yang ada disana untuk bersembunyi. Dan dari celah lemari ia terus mengawasi siapa yang datang. Saat pintu kamar dibuka dari luar, tampak sosok pria yang tadi diikutinya tengah menggosok rambutnya yang terlihat basah dengan handuk. Pria itu pun terlihat hanya mengenakan boxernya dan bertelanjang dada.

Terdengar juga suara siulan dari pria itu yang menandakan jika ia tengah bahagia. Mitsy meremas telapak tangannya menahan amarah, melihat orang yang telah menghilangkan nyawa Naina terlihat tenang dan bahagia tanpa ada rasa bersalah. Saat pria itu hendak membuka lemari pakaiannya, Mitsy langsung menerobos keluar dari dalam lemari yang membuat pria itu terkejut dan terjengkang ke belakang.

"Ka... kau!" seru pria itu terbata saat melihat wajah wanita yang ada dihadapannya saat ini.

Ya... meski saat ini Mitsy mengenakan make up pada wajah Naina, namun pria itu tetap bisa mengenalinya sebagai gadis yang sudah di bunuh oleh bosnya beberapa hari yang lalu.

"Ba...bagaimana kau ada di sini? ka... kau kan sudah mati!" serunya lagi sambil mengucek kedua matanya karena tidak mempercayai penglihatannya saat ini.

Masih dalan keadaan jatuh terduduk pria itu tampak mulai ketakutan saat melihat kilatan penuh dendam dari kedua mata Naina.

"Kalian fikir semudah itu untuk menyingkirkanku hah?" ujar Naina sambil mengeringai tajam.

Pria itu tampak mulai berdiri setelah dapat menguasai dirinya. Kemudian pria itu terkekeh pelan.

"Jadi kau belum mati hah? apa kau fikir sekarang kau akan balas dendam padaku begitu? tidak semudah itu nona... yang ada justru aku yang akan menikmati tubuhmu itu setelah kemarin kami gagal melakukannya... dan ya... saat ini kau tampak bertambah cantik dan s**s* dengan penampilanmu saat ini... sehingga malah membuatku semakin b**g****h!" sahut pria itu sambil tersenyum mesum.

Wajah Naina tampak memerah karena marah. Tanpa ba bi bu... ia langsung menyerang pria yang ada di hadapannya itu. Namun pria itu dapat mengelak dengan mudah dan bahkan bisa membalas serangan Naina dengan mudah. Tak mau balas dendamnya gagal Naina / Mitsy langsung menggunakan insting kucingnya. Tak hanya menggunakan tangan dan kakinya saat menyerang pria itu tapi juga dengan mulutnya.

Ya... Mitsy tak segan menggigit tubuh pria itu bak kucing yang tengah kesetanan. Pria yang semula meremehkan gadis yang ada dihadapannya itu pun mulai kuwalahan. Pasalnya serangan yang dilakukan oleh Naina sungguh berbeda dan sangat brutal. Bahkan kuku-kuku gadis itu yang lumayan panjang berhasil mencakar wajah dan tubuh pria itu hingga mengeluarkan darah karena ternyata menyebabkan luka yang cukup dalam.

Dan entah mengapa sejak ia mendapatkan luka dari cakaran Naina ia merasakan tubuhnya berbeda, seakan ia sudah terkena racun mematikan. Karena tak lama, ia merasakan nafasnya sesak dan dadanya pun terasa panas dan sakit tak terkira.

"Bagaimana rasanya? panas? sakit?" tanya Naina sambil menatap tajam pada pria yang kini tengah memegangi dada dan juga tenggorokannya.

"Kau tahu... tak mungkin aku menghadapi penjahat licik macam kalian hanya dengan bermodalkan tenaga saja..." sambung Naina sambil memiringkan wajahnya.

Mitsy yang kini selain mendapat kesempatan untuk membalas dendam dengan masuk ke dalam tubuh Naina juga memiliki senjata alami yang didapatkannya pada kesempatan kedua itu. Ya... ternyata dibalik kuku-kuku lentiknya itu terdapat racun berbisa bak racun cobra yang dapat membunuh siapa pun yang terkena cakarannya.

"Laki-laki cabul macam kalian harus mati secara mengenaskan!" seru Naina menunjukkan rasa marahnya.

"To... tolong... am... ampuni... aku... kami... hanya... su... suruhan..."

"Baiklah... tapi katakan padaku siapa nama teman-temanmu yang lain, maka akan aku berikan padamu obat penawarnya" tawar Mitsy sambil tersenyum sinis.

"Re... gi... Jo... no... Be... ni... dan... Jack..." ungkap pria itu terbata.

"Se... ka... rang... to... long... a... ku..."

"Baiklah..." sahut Naina lalu mendekat ke arah pria yang tengah sekarat itu.

Tapi bukannya memberikan obat penawarnya, ia malah memegangi kepala pria itu dan langsung memutarnya dengan keras.

Kreeek!

Terdengar suara tulang yang patah. Dan seketika itu juga nyawa pria yang ternyata bernama Beni itu pun melayang.

"Cih... pernawarku cuma satu... yaitu nyawamu!" kata Mitsy dengan suara dingin.

"Regi, Jono, Beni dan Jack... kalian tunggu saja... ajal kalian sudah semakin dekat..." gumamnya sambil kembali mencari sesuatu sebagai petunjuk dimana ia bisa menemukan sisa dari para pembunuh Naina.

Saat itulah terdengar suara ponsel berdering. Mitsy pun segera mencari arah suara itu berasal. Ternyata ponsel pria yang baru dibunuhnya itu tergeletak di atas meja ruang tengah. Untung saja ponsel itu tidak terkunci, sehingga Mitsy bisa langsung membukanya. Ternyata disana ada pesan dari Beni.

"Mik... besok bos ingin kita berkumpul di tempat biasa... ada tugas baru untuk kita... jangan telat"

Mitsy mencengkeram ponsel pria tadi yang ternyata bernama Miko.

"Aku harus tahu dimana tempat mereka biasa berkumpul..." batin Mitsy sambil meninggalkan tempat itu.

Ia juga membawa ponsel Miko untuk menjadi petunjuknya mengetahui keberadaan para penjahat yang lainnya. Mitsy pun keluar dari rumah itu melalui jalan tadi ia masuk karena tidak ingin ada yang memergokinya. Bahkan ia melanjutkan pulang ke kosan Naina dengan naik taksi setelah berjalan cukup jauh dari rumah Miko tadi.

Sesampainya di kosan, Mitsy langsung membersihkan dirinya dan membuang pakaian yang tadi ia kenakan agar tidak ada bekas dari pria yang tadi sudah dibunuhnya. Setelah itu ia pun segera merebahkan dirinya diatas tempat tidur untuk berustirahat. Karena sedari tadi tenagannya sudah terkuras saat bertarung dengan Miko.

Pagi hari...

Mitsy terbangun dan langsung bersiap untuk berangkat kerja. Ia yang sudah mulai terbiasa dengan tubuh barunya tidak merasa kesulitan lagi saat melakukan aktifitasnya sebagai manusia. Bahkan kini ia mulai bisa menikmatinya. Pekerjaannya di tempat Naina bekerja pun tak lagi ada hambatan. Karena sejak ia bisa melawan Rika, wanita itu tidak berani lagi menindasnya. Sedangkan Desi, meski merasakan perubahan pada diri Naina namun dia tidak merasa curiga. Bahkan ia malah senang karena Naina bisa bersikap tegas dan membela dirinya sendiri agat tidak ditindas oleh orang lain.

Pagi ini, kembali Mitsy / Naina kembali ditugaskan di lantai tempat CEO berada, karena CS disana belum kembali dari cutinya. Saat ia tengah membersihkan kaca disana, tiba-tiba ia mendengar suara yang dikenalnya.

"Honey... kenapa kau tidak bilang jika kau sudah kembali dari Brussell sejak semalam?"

Deg!

"Bukankah itu suara Tasya?" batin Mitsy yang masih mengenali suara wanita itu.

Tak lama terdengar suara beberapa langkah kaki mendekat, membuat Mitsy langsung pura-pura mengerjakan tugasnya sambil menundukkan wajahnya agar tidak dikenali oleh Tasya. Tapi ia tetap memasang telinganya agar mengetahui apa yang sedang dibicarakan wanita itu dengan Adrian. Adrian dan Tasya tampak melewati Naina tanpa memperhatikan gadis itu sedikit pun. Sementara di belakang keduanya asisten Adrian tampak mengekori keduanya.

Mitsy / Naina tampak merasa lega karena Tasya tidak mengenalinya. Dalam hatinya ia mulai merancang rencana untuk mengumpulkan bukti kejahatan Tasya dan Johan agar bisa ia serahkan kepada Adrian. Hal ini ia lakukan bukan karena perduli pada pria itu, tapi ia ingin membalas Johan dan Tasya dengan menghancurkan rencana keduanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!