Saksi

Naina baru saja selesai membersihkan tangannya di wastafel dan hendak keluar dari dalam toilet. Tapi ia terkejut saat ia tak bisa membuka pintu toilet itu dari dalam. Gadis itu pun langsung merasa panik karena menyadari jika saat ini dirinya tengah terkunci di dalam sana. Gadis itu pun berusaha menggedor pintu dan berteriak meminta pertolongan berharap ada orang yang akan mendengar teriakannya di luar sana. Namun hingga suaranya serak tidak ada seorang pun yang datang untuk membantunya. Panik gadis itu hampir saja melupakan ponselnya yang ada di dalam tas selempangnya. Lalu ia pun segera merogoh tasnya dan mencari ponselnya.

Kemalangan kembali menimpa gadis itu saat ia tahu jika ponselnya kehabisan daya. Tubuh Naina pun langsung terasa lemas karena itu artinya ia tidak bisa meminta tolong kepada siapa pun termasuk Desi. Menyadari jika saat ini ia terjebak di dalam toilet dan terancam berada di dalam sana semalaman membuat air mata Naina luruh. Gadis itu merosot ke lantai dengan tubuh menempel pada pintu toilet. Sejenak Naina larut dalam kesedihannya. Tiba-tiba ia teringat pada Mitsy kucingnya. Pasti hewan itu sudah menunggunya di dalam kamar kosnya sejak tadi. Entah mengapa saat mengingat ada mahluk kecil yang sedang menunggunya di dalam kamar kosnya membuat Naina kembali bersemangat untuk mencari jalan keluar dari sana.

Naina kembali berdiri dan mencoba mengamati sekitarnya, mencari celah agar ia bisa keluar dari dalam sana. Setelah beberapa saat mengamati, Naina melihat lubang angin yang cukup besar berada di atas salah satu bilik toilet. Tanpa keraguan Naina mencoba memanjat ke atas sana dengan menggunakan salah satu kloset sebagai tumpuannya. Setelah bersusah payah akhirnya Naina bisa menjangkaunya dan menarik tubuhnya ke atas. Ternyata lubang itu merupakan pipa lubang angin yang tersambung ke setiap ruangan yang ada di lantai tersebut. Dengan posisi merangkak, Naina menelusuri pipa tersebut untuk mencari jalan keluar di ruang lain. Karena ia tidak mengetahui arah yang harus ia tuju maka gadis itu pun hanya mengandalkan instingnya untuk menentukan arahnya merangkak saat ia menemukan persimpangan. Cukup lama ia merangkak di dalam pipa angin itu dengan susah payah karena besar pipa yang cukup sempit dan hanya muat untuk tubuhnya, akhirnya ia pun menemukan celah yang mengarah ke ruangan yang ada dibawahnya.

Naina tidak tahu ruangan apa itu. Tapi setidaknya ia bisa mencoba turun dan memeriksa apakah ia bisa keluar dari ruangan dan pergi ke lorong tempat lift atau pun tangga darurat berada. Namun pergerakannya terhenti saat mendengar suara seseorang dari ruangan yang ada dibawahnya itu.

"Bagaimana? apa kau sudah bisa membuat Adrian menandatangani surat itu?"

"Belum sayang... tapi tenang aja, sebentar lagi dia juga akan menandatanganinya dan semua aset perusahaan akan jatuh ke tangan kita..." sahut suara seorang wanita.

"Hah... kau tahu kan aku merasa sudah sangat muak dengan semua drama yang harus kita lakukan selama ini... apa lagi kau harus pura-pura mencintai laki-laki bodoh itu! kau tahu... aku selalu saja cemburu jika kau sedang bersamanya"

"Aku tahu sayang... aku juga lelah dan muak... tapi ini semua kan demi masa depan kita... jadi kau harus bersabar sebentar lagi..."

"Baiklah... tapi kau harus cepat kelakukannya... aku ingin segera melihat wajah frustasi Adrian saat semua miliknya berpindah menjadi milikku termasuk dirimu..."

"Tentu saja..."

Meski tidak mengenali suara keduanya namun Naina sadar jika kedua orang itu tengah merencanakan sesuatu yang buruk pada pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Ya... Adrian Wirayuda adalah nama pemilik perusahaan tempat Naina bekerja. Meski ia tidak mengenal orang itu secara langsung namun ia tahu siapa orang yang dimaksud oleh kedua orang itu, karena Adrian yang merupakan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan ia juga pernah melihat pria itu saat datang ke perusahaan. Lagi pula ia juga seorang pengusaha muda yang sangat sukses dan wajahnya sering wira wiri di televisi maupun media online, membuat Naina bisa mengenalinya. Tak ingin dirinya ketahuan karena sudah mendengarkan pembicaraan kedua orang itu, Naina pun kembali beringsut mencari ruangan lain untuknya turun dan pergi dari gedung itu.

Dengan gerakan sehalus mungkin Naina mencoba merangkak menjauh dari sana, namun apa daya tiba-tiba saja pipa tempatnya bersembunyi roboh dan membuat tubuhnya langsung terjatuh ke ruangan yang ada dibawahnya.

Krakkk!

Brughh!

"Auch!" ringisnya sambil menahan sakit pada kaki dan punggungnya yang tadi membentur lantai.

Sementara dua orang yang tadi sempat didengar pembicaraannya oleh Naina langsung kaget saat mendengar suara benda jatuh tak jauh dari tempat mereka berada.

"Apa itu!" seru suara salah satu diantara keduanya yang merupakan seorang pria.

Sedangkan lawan bicaranya hanya menggedikkan bahunya seolah mengatakan jika ia juga tidak mengetahuinya.

"Ayo kita periksa!" ajak sang pria.

Keduanya pun segera pergi ke arah suara. Sedang Naina tengah berusaha berdiri dan mencari jalan keluar dari tempatnya jatuh tadi. Instingnya mengatakan jika ia kini dalam bahaya lebih dari sekedar terjebak di dalam gedung itu semalaman. Ketidak sengajaannya mendengarkan percakapan kedua orang yang belum ia ketahui identitasnya itu membuatnya dalam bahaya. Apa lagi ia mendengar dengan jelas jika keduanya merencanakan sesuatu yang buruk pada Adrian pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dengan berlari terseok karena kaki dan punggungnya yang terluka akibat terjatuh tadi, Naina mencoba untuk mencari lift di dekat sana agar ia bisa segera turun ke lantai dasar.

Tak lama ia pun akhirnya dapat menemukan lift tersebut, dan langsung menekan tombol agar pintu lift tersebut terbuka. Begitu pintu lift terbuka ia pun segera masuk ke dalam dan cepat menekan tombol menuju ke lantai dasar. Pada saat pintu lift akan tertutup ia melihat dua orang yang berlari ke arahnya. Dengan gugup Naina langsung menekan tombol lift berkali-kali agar pintu lift segera tertutup. Meski akhirnya pintu itu tertutup tepat sebelum salah satu dari orang itu sempat mencegahnya tapi mereka sempat melihat wajah Naina. Begitu juga sebaliknya... Naina mengenali keduanya sebagai kekasih Adrian dan salah satu manager di sana.

Bukan tanpa sebab Naina bisa mengenali keduanya, pasalnya Naina sudah sering melihat keduanya di perusahaan. Apa lagi Johan sang manager yang ruangannya sering Naina bersihkan.

"S**t! cepat kau kejar dengan lift yang lain... aku akan mencegatnya melalui tangga darurat" seru Johan pada Tasya kekasih Adrian.

Wanita cantik yang biasanya terlihat anggun dan lemah lembut itu pun mengangguk cepat dan segera menekan tombol lift lain yang bersebelahan dengan lift yang tadi digunakan oleh Naina. Sedang Johan sudah berlari ke tangga darurat untuk menyusul Naina. Di dalam lift Naina tak sabar untuk segera sampai di lantai dasar. Dan saat akhirnya pintu lift itu akhirnya terbuka ia pun segera berlari keluar dari dalam sana meski dengan terseok-seok di loby perusahaan. Suasana di loby tampak lengang karena semua karyawan sudah pulang sepuluh menit yang lalu. Beruntung satpam belum mengunci pintu depan. Naina berfikir ia harus segera mencapai pintu keluar perusahaan sebelum Johan dapat menangkapnya. Apa lagi sebentar lagi pintu itu akan ditutup oleh satpam yang menjaga gedung karena hari sudah mulai gelap.

Di tangga darurat Johan mengumpat karena ada yang mendengarkan percakapannya dengan Tasya. Dari pakaian yang digunakan gadis dalam lift itu ia menduga jika gadis itu merupakan salah satu office girl yang ada di perusahaan tersebut. Karena ia melihat jika gadis itu masih mengenakan seragam office girl.

"Sial! dari mana datangnya office girl itu? dan apa dia benar-benar sudah mendengarkan semua yang aku bicarakan dengan Tasya?"

Saat tengah mengatur nafasnya karena baru saja menuruni lebih dari 5 lantai anak tangga tiba-tiba ponselnya yang ada didalam sakunya berdering.

"Halo?"

"Aku tidak bisa menemukannya Jo..." terdengar suara Tasya panik.

"Cepat pergi ke ruang cctv! kita bertemu disana" titahnya.

Kemudian Johan pun membuka pintu yang menghubungkan ke lantai dimana tangga darurat kini dia berada. Kemudian ia pun menuju ke lift agar bisa segera tiba ke ruangan cctv dengan cepat. Sementara Naina tengah terengah-engah sambil menahan rasa sakit ditubuhnya setelah ia berhasil keluar dari gedung tempatnya bekerja. Gadis itu tampak tengah beristirahat sambil bersembunyi di balik salah satu mobil yang masih terparkir di depan gedung.

"Ya Allah bagaimana ini? mereka pasti sudah mengenaliku... apa lagi aku masih mengenakan seragamku..." batin Naina sambil menatap nanar ke sekelilingnya memastikan jika orang yang mengejarnya tidak lagi mengikutinya.

Sedang di ruang cctv Tasya sengaja menyuruh petugas di sana untuk keluar dari ruangan sementara ia memeriksa cctv bersama Johan. Meski sedikit merasa aneh namun petugas itu hanya bisa pasrah menuruti perintah Tasya yang merupakan tunangan pemilik perusahaan. Setelah petugas itu keluar Johan langsung mencari keberadaan gadis melalui rekaman cctv di bagian loby karena ia yakin gadis itu pasti berusaha keluar dari dalam gedung.

Tak lama ia pun bisa melihat rekaman saat Naina berlari tertatih keluar dari dalam lift. Dia juga tertangkap kamera saat menuju ke tempat parkir di depan gedung. Melihat itu Johan langsung mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.

"Halo... aku mau kau melenyapkan seseorang sekarang juga!"

"Siapa?"

"Akan aku kirimkan fotonya sekarang juga..."

Lalu Johan langsung mengambil gambar Naina yang tertangkap kamera cctv dengan ponselnya, kemudian ia pun mengirimkannya pada orang yang tadi dihubunginya.

"Bagaimana?" tanya Tasya penasaran.

"Beres... sebentar lagi gadis itu akan lenyap dan kita akan aman menjalankan rencana kita..." sahut Johan sambil tersenyum sinis.

Saat orang suruhan Johan mendapatkan gambar Naina, ia pun segera mengajak beberapa temannya untuk membantu menangkap Naina dan menghabisinya. Dan dari keterangan Johan jika gadis itu masih berada di area parkir. Sehingga mereka pun segera pergi ke sana.

Naina yang merasa jika keadaannya sudah sedikit membaik memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Mau tidak mau ia harus segera pulang ke tempat kosnya. Karena tempat itu adalah tempat yang aman untuknya saat ini. Dengan terseok ia berjalan menuju gerbang dan bermaksud untuk mencegat angkutan umum. Ia tak menyadari jika semua gerakannya tertangkap pada kamera cctv yang ada di depan gedung. Dan Johan tersenyum i*l*s saat ia memperhatikan setiap gerak gerik Naina dari dalam ruang cctv. Kembali ia menelfon orang suruhannya dan memberitahukan keberadaan Naina dan juga setiap pergerakannya. Mendapat instruksi dari Johan, orang-orang itu pun dengan segera menemukan Naina. Naina yang tak mengetahui jika Johan mengerahkan anak buahnya, tampak tak menyadari jika saat ia menunggu angkutan umum di tepi jalan, ada sekelompok pria tengah mendekatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!