Hujan mendadak turun dengan deras membuat orang-orang berlarian mencoba untuk mencari tempat berteduh. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang gadis berusia 18 tahun bernama Naina. Gadis berpenampilan cupu dan berkaca mata itu tampak merapatkan tubuhnya di depan emperan sebuah toko. Bukan hanya dirinya tapi ada beberapa orang yang juga seperti dirinya saat itu. Tiba-tiba ia mendengar suara meongan lirih dari dalam saluran air yang terletak tepat di depan toko tersebut. Hujan yang semakin deras menyebabkan air dalam saluran itu tampak mulai tergenang. Dan suara meongan itu pun semakin samar terdengar. Naina yang sejatinya seseorang yang berhati lembut dan penyayang binatang tak bisa mengacuhkan suara mahluk kecil yang sedari tadi mencari perhatian orang-orang seolah tengah meminta pertolongan.
Tanpa merasa ragu dan risih dengan keadaan saluran air yang tampak kotor, gadis itu segera membungkukkan badannya mencoba melongok ke bawah sana untuk melihat mahluk malang itu. Dan benar saja... tampak olehnya seekor kucing kecil yang tampak bergetar dengan mata yang terlihat bersinar di dalam gelapnya saluran air itu dan tengah mengeluarkan suaranya yang mulai serak. Susah payah Naina mencoba meraih anak kucing itu dengan tangannya yang sudah ia bungkus dengan plastik bekas yang tadi ia gunakan untuk membawa nasi bungkus untuk makan malamnya. Sedangkan nasi bungkus itu sendiri akhirnya terpaksa ia jejalkan dalam tas selempangnya.
"Pus... sini pus..." panggilnya lembut berharap kucing kecil itu mau mendekat karena tangannya tak bisa menjangkau tubuh kucing kecil itu.
Namun kucing itu tampak tidak bergeming dari tempatnya seolah masih takut dengan kehadiran Naina yang sedang berusaha menolongnya. Setelah membujuk selama beberapa waktu akhirnya dengan air selokan yang mulai mengalir deras membuat kucing kecil itu terhanyut ke arah Naina. Dan dengan cepat gadis itu pun meraih tubuh kucing yang sudah belepotan lumpur hitam.
"Meaow... meaow..." lirih kucing kecil itu mengeong seakan berterima kasih meski masih tampak ketakutan karena tadi sempat terseret air selokan.
"Kau kotor sekali..." ucap Naina lembut sambil meletakkan kucing kecil itu dalam kardus yang ia temukan di dekat bak sampah.
Kemudian gadis itu langsung melangkah pergi sambil membawa kardus yang berisi kucing kecil itu saat hujan mulai reda. Sedikit berlari gadis itu menuju ke arah kontrakannya yang terletak tak jauh dari tempatnya berteduh tadi. Setelah sampai di dalam kontrakan, Naina pun langsung meletakkan tasnya sembarangan dan segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kucing yang baru saja ditemukannya tadi. Beruntung ia selalu menyimpan air panas dalam termos sehingga ia bisa menggunakannya untuk membuat air hangat yang digunakannya untuk membersihkan tubuh kucing kecil itu.
"Nah sekarang kau sudah bersih teman kecil... saatnya makan... ok?" ucapnya pada kucing kecil berwarna hitam itu.
Naina pun mulai membuka lemari pantrynya dan mengeluarkan makanan kaleng khusus untuk kucing. Ya... Naina memang tidak memiliki peliharaan kucing, tetapi gadis itu suka memberi makan kucing jalanan yang sering ditemuinya saat berangkat maupun pulang dari tempatnya bekerja. Karena itulah ia mempunyai stok makanan kucing di dalam rumah kontrakan kecilnya. Dan baru kali ini gadis itu membawa salah satu hewan itu ke tempat tinggalnya. Tampaknya ia sudah langsung jatuh hati pada hewan berbulu itu sesaat setelah ia mengeluarkan makhluk kecil itu dari dalam selokan. Meski tak banyak orang yang menyukai kucing berbulu hitam karena banyaknya mitos yang melekat pada kucing berbulu hitam, namun entah mengapa Naina malah langsung menyukai makhluk mungil itu.
Terlihat kucing kecil itu sangat lahap memakan makanan yang diberikan oleh Naina, yang membuat gadis itu merasa senang. Kemudian ia pun membersihkan dirinya sendiri lalu barulah ia membuka nasi bungkus yang tadi dibelinya untuk makan malam. Kucing kecil itu pun langsung melesak ke pangkuan Naina begitu ia telah selesai menghabiskan makanannya di dalam mangkok. Dan Naina pun tak merasa keberatan pada tingkah mahluk kecil itu meski saat itu ia sedang menghabiskan makan malamnya.
"Karena kau sekarang tinggal bersamaku maka kau harus memiliki nama bukan?" ucap Naina sambil mengangkat tubuh kucing kecil itu dan mendekatkannya di depan wajahnya.
"Meaow..." sahut sang kucing seolah menjawab pertanyaan gadis itu.
Naina pun langsung terkekeh dengan tingkah menggemaskan dari kucing kecil itu.
"Baiklah... tapi sebelumnya aku harus tahu kau ini jantan atau betina..." ujar Naina lalu memeriksa tubuh binatang kecil itu.
"Wah... ternyata kau sama denganku!" seru Naina saat mengetahui jika kucing yang akan dipeliharanya itu berjenis kelamin betina.
"Kalau begitu namamu itu sebaiknya adalah Mitsy... seperti tokoh dalam komik favoritku..." sambungnya lalu memeluk gemas Mitsy.
"Meaow..." seakan mengerti dengan perkataan majikannya kucing itu pun mengeong seolah setuju dengan nama yang telah diberikan oleh Naina padanya.
Tak terasa sudah beberapa bulan Naina memelihara Mitsy. Dan sekarang kucing hitam itu sudah semakin besar. Dia juga sudah menjadi kucing rumahan yang begitu manja dan juga menyayangi Naina. Setiap hari saat Naina akan berangkat mau pun pulang bekerja, Mitsy selalu saja berada di depan pintu untuk mengantarkan dan menyambut Naina. Rasa lelahnya sepulang bekerja langsung menguap saat melihat wajah menggemaskan Mitsy yang langsung melompat ke arahnya jika ia membuka pintu. Mitsy juga menemani Naina disaat gadis itu tengah asyik membaca buku-buku yang sering dipinjamnya baik dari teman maupun dari perpustakaan.
"Apa kau percaya jika kucing sepertimu memiliki sembilan nyawa?" kata Naina suatu hari saat ia tengah membaca buku tentang mitos dan legenda urban sambil berbaring di sofa dekat jendela kamarnya dengan Mitsy yang duduk santai di dadanya seolah tengah ikut membaca bersamanya.
"Meaow..." sahut Mitsy seakan menjawab pertanyaan Naina.
Entah apa artinya... namun Naina merasa senang karena Mitsy seolah mengerti perkataannya dan menjadi temannya mengobrol. Bukan tanpa sebab, karena Naina merupakan gadis introvert yang sangat sulit dalam bergaul. Itulah sebabnya ia tak memiliki banyak teman hingga di tempatnya bekerja ia pun hanya memiliki satu orang teman saja, yaitu Desi. Sedangkan Mitsy ia sudah anggap sebagai sahabatnya yang paling membuatnya nyaman dan bisa dipercaya saat ia mengeluarkan segala keluh kesahnya. Dan alasan utamanya karena Mitsy seekor kucing yang tidak akan pernah membocorkan apa pun yang telah Naina ucapkan padanya. Ya... Naina pernah trauma saat dulu pernah memiliki sahabat yang sangat di percayanya tapi orang itu malah mengkhianatinya. Karena itu meski pun berteman dengan Desi, ia tak membeberkan semua masalah pribadinya pada gadis itu.
Kedekatan Naina dan juga Mitsy membuat keduanya seakan tidak terpisahkan. Hanya saat gadis itu pergi bekerja sebagai office girl saja keduanya berpisah. Selebihnya mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Apa lagi Naina yang cupu hingga saat ini tidak memiliki pacar. Sungguh jika saja tidak ada Mitsy disampingnya maka saat ini Naina pasti akan merasa kesepian dan merana karena masih jomblo. Bagaimana mungkin ada pria yang bisa tertarik padanya jika penampilan gadis itu mirip Betty Lafea meski tanpa kawat gigi dan hanya karena mengenakan kaca mata mereka bisa dibilang mirip. Walau pun kaca mata Naina tidak tebal. Apa lagi wajahnya yang kusam dan cara berpakaiannya yang ketinggalan zaman membuatnya seperti manusia purba. Bukan tanpa sebab, karena gadis itu lebih mementingkan memberi makan kucing jalanan dibandingkan untuk mempercantik dirinya. Apa lagi semenjak ada Mitsy yang membuatnya memanjakan kucing kesayangannya itu. Gajinya yang tak seberapa hanya cukup untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari bersama Mitsy. Untung saja masih ada sisa untuk membayar uang sewa tiap bulannya sehingga ia tidak diusir dari kontrakannya itu.
Tapi Naina tetap merasa bersyukur karena menemukan Mitsy. Dan sepertinya kucing itu pun merasakan hal yang sama. Karena sebagai balasannya kucing itu selalu saja berusaha untuk membuat nonanya merasa bahagia meski hidup dalam keadaan serba sederhana. Seperti sore ini saat hujan kembali turun dengan derasnya. Untung saja Naina sudah sampai di dalam kontrakanya dan saat ini tengah duduk manis bersama Mitsy sambil membaca buku terbaru yang dibacanya. Tak lupa ada segelas teh hangat dan sedikit camilan yang tadi ia dapatkan dari salah satu tetangganya yang baru pulang dari kampung. Seperti biasa Mitsy selalu saja mengambil posisi duduk di dada Naina dan menatap ke arah buku yang sedang dipegang olehnya. Seolah kucing itu juga tengah ikut membaca buku yang sedang dibaca oleh Naina.
"Hem... lihatlah! disini tertulis jika ada mitos bahwa kalau ada seekor kucing yang melompat diatas jenazah maka jenazah itu akan kembali hidup... apa kau percaya itu?" ujar Naina sambil menatap Mitsy.
"Meaow..." jawab Mitsy sambil menoleh ke arah Naina.
"Kau benar... itu harus dibuktikan lebih dulu... kita tidak bisa begitu saja mempercayai sebuah mitos, benar begitu kan?" ucap Naina sambil mencium kepala Mitsy.
Sedang kucing itu tampak kembali menatap ke arah buku yang dibaca oleh Naina. Tampak kucing itu sangat tertarik melihat rentetan tulisan yang tercetak di dalam sana. Mungkin saja menurut Mitsy itu adalah salah satu hal yang sangat menarik baginya. Meski tentu saja hewan itu tak tahu apa artinya.
Beberapa minggu kemudian...
Naina baru saja memasukkan seragam kerjanya ke dalam loker, saat tiba-tiba seseorang mendorong tubuhnya hingga membentur loker yang ada dihadapannya. Naina pun mengaduh pelan karena merasakan sakit pada keningnya yang membentur pintu lokernya. Sambil mengelus keningnya yang terasa sakit, ia pun berbalik hendak melihat siapa yang telah mendorongnya dari belakang. Seketika wajah Naina memucat saat melihat Rika dan kedua temannya tengah menatapnya tajam sambil menyedekapkan tangannya di depan dada.
"A... apa salah saya mbak?" tanya Naina dengan suara lirih.
"Kamu masih bertanya dimana salahmu heh?" sahut Rika sambil menekankan jari telunjuknya ke kening Naina.
"Sudah aku bilang kan kalau kau harus mengerjakan apa yang aku suruh tanpa harus protes! tapi kenapa kau malah mengadukanku ke bu Hana? kau ingin aku di pecat dari sini hah! jangan mimpi! sebelum itu terjadi akan aku pastikan kamu dulu yang akan angkat kaki dari perusahaan ini, mengerti!" sentak Rika sambil mendorong tubuh Naina kembali hingga gadis itu membentur loker lagi.
Belum sempat Naina membela dirinya, ketiga orang itu sudah berlalu dari hadapan gadis itu dengan langkah ringan seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Keadaan dalam ruang ganti yang sepi membuat ketiganya bisa bertindak dengan seenaknya. Naina meringis menahan sakit dipunggungnya karena terbentur loker sangat keras.
"Kami kenapa Na?" tanya Desi saat gadis itu menemukan Naina tengah bersandar pada loker sambil meringis menahan sakit.
"Ga pa-pa kok Des... hanya mungkin aku kelelahan jadi punggungku agak sakit..." sahut Naina berusaha menutupi kejadian yang baru saja dialaminya.
"Apa ini ulah Rika dan genknya yang membuatmu jadi begini?" tanya Desi dengan pandangan menyelidik.
"Bukan kok Des... beneran!" elak Naina yang tak ingin menambah masalah baru.
Bukan apa-apa... sebab jika Desi tahu kejadian tadi maka bisa di pastikan gadis itu akan membuat perhitungan dengan Rika dan juga kawanannya. Dan jika itu sampai terjadi maka Rika akan semakin marah dan akan lebih membullynya lagi di lain waktu. Desi masih memandangi Naina dengan tatapan curiga. Sebab tadi ia sempat melihat Rika dan kedua temannya baru saja keluar dari ruang ganti sesaat sebelum ia masuk ke sana.
"Hemm... baiklah... kali ini aku percaya padamu... tapi ingat Na... jangan sekali-kali kau sembunyikan sikap Rika yang kasar padamu itu dariku..." ujar Desi setelah menghembuskan nafasnya kasar.
Meski sebenarnya dalam hatinya Desi tidak mempercayai perkataan Naina, namun ia tidak ingin mendesak gadis itu untuk mengaku karena hari sudah semakin sore dan mereka harus segera pulang.
"Iya-iya..." sahut Naina sambil tersenyum.
Dalam hati Naina bersyukur masih memiliki teman seperti Desi yang mau membantunya disaat kesusahan. Ia juga dapat menduga jika seseorang yang telah melaporkan Rika yang selalu semena-mena padanya itu adalah Desi. Ia tahu jika Desi bermaksud baik padanya, karena itu ia juga tidak menyalahkan gadis itu karena telah melaporkan Rika pada atasan mereka.
Naina baru saja turun dari dalam angkot yang membawanya pulang ke kontrakannya. Ia pun mampir sejenak ke sebuah warung makan sederhana yang berada di depan mini market dekat gang tempat kontrakannya untuk membeli nasi bungkus untuk makan malam. Setelah mengantri sebentar ia pun akhirnya pulang dengan membawa sebungkus nasi dengan lauk sederhana yang akan menjadi makan malamnya saat ini. Tapi Naina tidak merasa keberatan karena ia memang sudah terbiasa makan dengan menu sederhana seperti itu. Yang terpenting perutnya masih bisa terisi dan tidak kelaparan.
Saat membuka pintu kamar kosnya gadis itu langsung tersenyum lebar saat melihat Mitsy sudah duduk manis menunggunya di depan pintu.
"Meouw..." kucing itu pun langsung mendekat ke arah Naina dan menggesekkan tubuhnya di kaki Naina sambil mengeong manja.
Dengan gemas Naina langsung mengangkat tubuh kucing itu dan menggendongnya masuk ke dalam kosan.
"Hemm... pasti kau sudah lapar ya..." ucap gadis itu sambil menciumi kepala Mitsy dengan sayang.
"Grrr..." kucing imut itu pun menggeram manja saat mendapatkan perlakuan sayang dari majikannya.
Naina pun langsung menyiapkan makanan untuk kucing kesayangannya itu baru kemudian ia membersihkan dirinya sebelum makan malam. Hari-hari Naina berlalu dengan tenang dan hanya saat berada di tempat kerjanya saja gadis itu sedikit merasa tertekan akibat bullyan dari beberapa rekan kerjanya. Tapi gadis itu hanya bisa pasrah karena ia tak ingin kehilangan pekerjaan yang selama ini bisa menghidupi dirinya yang yatim piatu. Sebab saat ini untuk mencari pekerjaan baru sangat sulit apa lagi bagi dirinya yang hanya lulusan SMU.
Setelah makan malam dan membersihkan sisa makan malamnya, Naina pun bersiap untuk tidur. Seperti biasa gadis itu akan membaca salah satu bukunya terlebih dahulu sebelum tidur. Mitsy pun tampak menyukai kegiatan majikannya itu dan akan ikut bergelung di pangkuan Naina saat gadis itu tengah asyik membaca bukunya. Saat sudah mulai merasa mengantuk Naina pun menutup bukunya dan bersiap untuk tidur. Kemudian ia memindahkan Mitsy dari pangkuannya dan meletakkannya di sampingnya. Lalu ia pun mulai tertidur. Ketika Naina sudah terlelap dalam tidurnya, Mitsy langsung terjaga. Kucing itu lalu mengendus wajah majikannya itu seakan tengah memastikan jika Naina benar sudah tertidur pulas. Setelahnya, kucing berwarna hitam itu pun melangkah dengan sangat ringan meninggalkan Naina dan menyelinap keluar dari dalam kamar melalui jendela kamar yang terbuka lebar.
Naina memang tidak pernah menutup jendela kamarnya agar ia tidak merasa gerah saat tidur. Karena di kamar kosnya tidak terdapat AC sedang dia belum memiliki uang lebih untuk membeli kipas angin baru. Sebab kipas anginnya yang lama sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Naina juga tidak khawatir membuka jendela kamarnya karena jendela kamar itu dipasangi teralis besi. Lagi pula kamar kosnya berada di lantai dua. Meski disana hanya ada tangga untuk naik ke lantai dua tempatnya tinggal, tapi Naina malah merasa senang karena di lantai atas dia bisa melihat pemandangan kota yang cukup menghiburnya di saat malam hari.
Setelah berhasil keluar dari dalam kamar Naina, Mitsy langsung melenggang lincah menyusuri dinding pembatas antara rumah kos dan rumah yang berada di sampingnya. Saat sampai di depan ia langsung meloncat turun dan mendarat dengan mulus di jalan kampung yang sudah mulai sepi karena hari sudah larut. Mitsy memang senang sekali mengeksplor tempat dimana ia tinggal bersama Naina. Terkadang ia bertemu dengan sesama kucing. Entah kucing rumahan atau pun kucing liar. Meski betina namun Misty termasuk kucing yang pemberani. Ia tak segan melawan kucing lain jika ia merasa terganggu. Tapi ia juga bisa bersikap lembut dengan yang lainnya jika ia merasa nyaman.
Kegiatan Mitsy di malam hari yang sering berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya adalah favoritnya, dan hal ini tak pernah sekali pun diketahui oleh Naina. Sebab kucing itu akan segera kembali sebelum Naina bangun dari tidurnya pada keesokan harinya. Ia juga tidak akan pergi keluar dari kosan jika Naina belum pulang dari tempatnya bekerja. Setelah puas bermain di luar bersama teman kucingnya yang lain Mitsy pun segera kembali ke kosan Naina sebelum gadis itu terbangun dari tidurnya. Ia tak ingin Naina mengkhawatirkan dirinya.
Pagi menjelang...
Naina bangun dengan perasaan bahagia. Sebab semalam ia bermimpi bertemu dengan kedua orangtuanya. Ya... sesederhana itu kebahagiaan Naina. Hanya dengan bermimpi bertemu dengan kedua orangtuanya sudah membuat gadis itu amat bahagia. Dan kebahagiaan itu juga dirasakan oleh Mitsy. Kucing sedari tadi terus saja menggesekkan tubuhnya pada Naina. Dan Naina sama sekali tidak keberatan.
"Mitsy sayang... kau baik-baik di sini ya... jangan menyelinap keluar saat aku tidak ada..." ucapnya seakan kucing hitam itu memahami perkataannya.
Sedang yang sedang ia ajak bicara tampak memiringkan kepalanya dengan posisi duduk dan punggung tegak. Kucing itu seolah berkata...
"Tenanglah... aku tidak akan melakukannya ok!"
Naina tersenyum gemas dengan kelakuan Mitsy dan langsung mengusak kepala kucing itu pelan. Setelah itu Naina menyiapkan makanan Mitsy pada tempat makan otomatis agar kucing itu bisa makan saat lapar ketika dirinya tidak berada di kosan. Sebenarnya alat makan itu Naina buat sendiri dengan menggunakan barang bekas yang ia temukan di sekitarnya. Ia sengaja mempelajari tutorialnya dalam salah satu laman yu tub. Dan hasilnya sangat memuaskan. Karena meski dari bahan bekas namun bisa digunakan dengan sempurna. Bahkan Mitsy tampak sangat menyukainya. Hal ini terjadi karena memang sejak masa SD nya Naina sudah terampil dalam hasta karya. Ia bahkan sering dimintai tolong oleh teman-temannya jika mereka kesulitan jika harus mengerjakan tugas dari guru ketrampilan mereka.
Saat sampai di tempatnya bekerja Naina tampak langsung mengerjakan tugasnya. Gadis itu sanagt trampil dalam mengerjakan tugasnya sehingga ia bisa cepat menyelesaikan pekerjaannya. Namun baru saja ia meletakkan peralatan pel di tempat penyimpanan tiba-tiba bu Hana sudah menghampirinya.
"Apa kau sudah menyelesaikan tugasmu Nai?" tanya wanita berperawakan besar itu.
"Iya bu... baru saja..." sahut Naina.
"Kalau begitu bantu saya untuk membersihkan ruang rapat ya... soalnya Rika yang seharusnya bertugas membersihkannya belum juga datang" kata bu Hana.
"Baik bu..." sahut Naina patuh.
Gadis itu pun kembali mengambil peralatannya dan langsung pergi ke ruangan yang bu Hana suruh. Setibanya di sana gadis itu langsung mengerjakan tugasnya. Setelah semua selesai ia pun kembali ke ruang pantry. Di sana sudah ada Rika yang menatapnya dengan marah.
"Apa maksud kamu menggantikanku membersihkan ruang rapat hah? mau menjilat pada bu Hana kamu!" serunya sambil menarik lengan Naina dan menghempaskannya ke lemari loker.
"Ga mbak... bukan begitu ceritanya... bu Hana sendiri yang menyuruh saya karena mbak Rika yang belum juga datang..." sanggah Naina.
"Halaah alasan saja kamu! kamu fikir aku ga tahu kalau kamu memang sedang mencari alasan untuk menyingkirkanku"
"Ga mbak aku berani sumpah!" sahut Naina dengan suara bergetar.
"Ga usah pakai sumpah- sumpahan segala kamu!" sergah Rika sambil menggangkat tangannya untuk melayangkan tamparan pada wajah Naina.
"Berhenti!" teriak seseorang yang membuat gerakan tangan Rika terhenti di udara.
Keduanya pun menoleh ke arah suara. Dan alangkah terkejutnya keduanya saat melihat bu Hana sudah berkacak pinggang dihadapan mereka. Wajah wanita itu pun tampak gusar saat melihat kejadian yang ada di hadapannya itu.
"Berani kamu melakukan kekerasan di belakang saya! kamu fikir kamu itu siapa hah? cuma OG sudah berani sombong kamu..." ucapnya dengan nafas tersengal karena emosi.
Bu Hana memang seorang yang bertindak adil dalam pekerjaannya. Tugasnya sebagai supervisor membuatnya selalu bertindak tegas dan tidak mentolerir adanya pelanggaran.
"Naina memang saya yang menyuruhnya menggantikan tugas kamu karena kamu yang! datang terlambat, jadi jangan salahkan orang lain karena sikap kamu sendiri! Kamu sekarang juga pergi ke ruang HRD! saya akan memberikan surat peringatan karena kelakuan kamu barusan... " sambungnya sambil meninggalkan tempat itu.
Rika terdiam. Ia tak menyangka jika kelakuannya sudah diketahui oleh pihak HRD. Memang selama ini wanita yang berusia 25 tahun itu sudah sering melakukan pelanggaran. Mulai dari sering terlambat masuk, hingga sering membully OG lain yang dianggap junior. Rika tampak tidak bisa membela dirinya kali ini karena bu Hana menyaksikan langsung perbuatannya yang akan melakukan kekerasan pada Naina. Ruangan pantry tampak senyap meski disana sudah ada beberapa OB dan OG yang sudah kembali dari menyelesaikan tugas pagi mereka. Mereka tadi juga sempat menyaksikan apa yang terjadi saat bu Hana ada disana.
Sebenarnya sebagian besar diantara mereka merasa lega dengan apa yang dikatakan oleh bu Hana. Sebab tak sedikit yang memang sudah lama tidak menyukai Rika karena kelakuannya. Mau tidak mau akhirnya Rika pun melangkahkan kakinya menuju ruang HRD. Sementara setelah Rika pergi suasana di pantry pun kembali ramai.
"Hah syukurlah perempuan g**a itu sudah mendapatkan hukumannya..." seru Desi senang.
Sementara Naina tampak malah merasa tidak nyaman. Entah mengapa ia merasa justru kini ia akan mendapatkan balasan dari Rika karena sakit hati.
"Kamu kenapa Nai? kok malah melamun..."
"Ga pa-pa kok Des... ayo kita kerja lagi..." sahut Naina mengalihkan pembicaraan.
Sore harinya...
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Itu artinya sudah waktunya bagi Naina untuk pulang. Gadis itu pun bergegas membereskan barangnya dan bersiap untuk pulang. Namun saat menuju keluar bersama Desi tiba-tiba saja ia merasa ingin buang air kecil dan ia sudah tidak bisa menahannya.
"Des... kamu pulang aja duluan... aku mau ke toilet sebentar.. " ucap Naina.
"Aku tungguin ya..." tawar Desi.
"Ga usah Des... kan cuma sebentar..."
"Baiklah..." sahut Desi pasrah, sebab ia juga sedang buru-buru pulang karena tadi sang ibu menelfon jika kakak perempuannya masuk rumah sakit hendak melahirkan.
Keduanya pun berpisah, Naina langsung pergi ke toilet yang ada sebelah ruang pantry. Saat berada di dalam sana Naina tidak menyadari jika sudah ada seseorang yang mengawasinya sejak tadi. Dan saat gadis itu masuk ke dalam salah satu bilik orang itu pun langsung mengunci ruang toilet dari luar. Merasa berhasil mengunci Naina di dalam, orang itu pun langsung menghubungi seseorang.
"Beres mbak... dia pasti akan terkurung di dalam sana semalaman dan tidak akan ada yang akan membantunya...." kata orang itu pada seseorang diseberang sana.
"Bagus..." seru orang itu sambil terkekeh karena rencananya berhasil berjalan dengan mulus.
"Rasakan kau gadis jelek! sekarang tidak akan ada orang akan membantumu... silahkan menikmati malam panjang di dalam toilet! ha...ha... ha..." cetusnya sambil tertawa jahat setelah mematikan ponselnya
Naina baru saja selesai membersihkan tangannya di wastafel dan hendak keluar dari dalam toilet. Tapi ia terkejut saat ia tak bisa membuka pintu toilet itu dari dalam. Gadis itu pun langsung merasa panik karena menyadari jika saat ini dirinya tengah terkunci di dalam sana. Gadis itu pun berusaha menggedor pintu dan berteriak meminta pertolongan berharap ada orang yang akan mendengar teriakannya di luar sana. Namun hingga suaranya serak tidak ada seorang pun yang datang untuk membantunya. Panik gadis itu hampir saja melupakan ponselnya yang ada di dalam tas selempangnya. Lalu ia pun segera merogoh tasnya dan mencari ponselnya.
Kemalangan kembali menimpa gadis itu saat ia tahu jika ponselnya kehabisan daya. Tubuh Naina pun langsung terasa lemas karena itu artinya ia tidak bisa meminta tolong kepada siapa pun termasuk Desi. Menyadari jika saat ini ia terjebak di dalam toilet dan terancam berada di dalam sana semalaman membuat air mata Naina luruh. Gadis itu merosot ke lantai dengan tubuh menempel pada pintu toilet. Sejenak Naina larut dalam kesedihannya. Tiba-tiba ia teringat pada Mitsy kucingnya. Pasti hewan itu sudah menunggunya di dalam kamar kosnya sejak tadi. Entah mengapa saat mengingat ada mahluk kecil yang sedang menunggunya di dalam kamar kosnya membuat Naina kembali bersemangat untuk mencari jalan keluar dari sana.
Naina kembali berdiri dan mencoba mengamati sekitarnya, mencari celah agar ia bisa keluar dari dalam sana. Setelah beberapa saat mengamati, Naina melihat lubang angin yang cukup besar berada di atas salah satu bilik toilet. Tanpa keraguan Naina mencoba memanjat ke atas sana dengan menggunakan salah satu kloset sebagai tumpuannya. Setelah bersusah payah akhirnya Naina bisa menjangkaunya dan menarik tubuhnya ke atas. Ternyata lubang itu merupakan pipa lubang angin yang tersambung ke setiap ruangan yang ada di lantai tersebut. Dengan posisi merangkak, Naina menelusuri pipa tersebut untuk mencari jalan keluar di ruang lain. Karena ia tidak mengetahui arah yang harus ia tuju maka gadis itu pun hanya mengandalkan instingnya untuk menentukan arahnya merangkak saat ia menemukan persimpangan. Cukup lama ia merangkak di dalam pipa angin itu dengan susah payah karena besar pipa yang cukup sempit dan hanya muat untuk tubuhnya, akhirnya ia pun menemukan celah yang mengarah ke ruangan yang ada dibawahnya.
Naina tidak tahu ruangan apa itu. Tapi setidaknya ia bisa mencoba turun dan memeriksa apakah ia bisa keluar dari ruangan dan pergi ke lorong tempat lift atau pun tangga darurat berada. Namun pergerakannya terhenti saat mendengar suara seseorang dari ruangan yang ada dibawahnya itu.
"Bagaimana? apa kau sudah bisa membuat Adrian menandatangani surat itu?"
"Belum sayang... tapi tenang aja, sebentar lagi dia juga akan menandatanganinya dan semua aset perusahaan akan jatuh ke tangan kita..." sahut suara seorang wanita.
"Hah... kau tahu kan aku merasa sudah sangat muak dengan semua drama yang harus kita lakukan selama ini... apa lagi kau harus pura-pura mencintai laki-laki bodoh itu! kau tahu... aku selalu saja cemburu jika kau sedang bersamanya"
"Aku tahu sayang... aku juga lelah dan muak... tapi ini semua kan demi masa depan kita... jadi kau harus bersabar sebentar lagi..."
"Baiklah... tapi kau harus cepat kelakukannya... aku ingin segera melihat wajah frustasi Adrian saat semua miliknya berpindah menjadi milikku termasuk dirimu..."
"Tentu saja..."
Meski tidak mengenali suara keduanya namun Naina sadar jika kedua orang itu tengah merencanakan sesuatu yang buruk pada pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Ya... Adrian Wirayuda adalah nama pemilik perusahaan tempat Naina bekerja. Meski ia tidak mengenal orang itu secara langsung namun ia tahu siapa orang yang dimaksud oleh kedua orang itu, karena Adrian yang merupakan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan ia juga pernah melihat pria itu saat datang ke perusahaan. Lagi pula ia juga seorang pengusaha muda yang sangat sukses dan wajahnya sering wira wiri di televisi maupun media online, membuat Naina bisa mengenalinya. Tak ingin dirinya ketahuan karena sudah mendengarkan pembicaraan kedua orang itu, Naina pun kembali beringsut mencari ruangan lain untuknya turun dan pergi dari gedung itu.
Dengan gerakan sehalus mungkin Naina mencoba merangkak menjauh dari sana, namun apa daya tiba-tiba saja pipa tempatnya bersembunyi roboh dan membuat tubuhnya langsung terjatuh ke ruangan yang ada dibawahnya.
Krakkk!
Brughh!
"Auch!" ringisnya sambil menahan sakit pada kaki dan punggungnya yang tadi membentur lantai.
Sementara dua orang yang tadi sempat didengar pembicaraannya oleh Naina langsung kaget saat mendengar suara benda jatuh tak jauh dari tempat mereka berada.
"Apa itu!" seru suara salah satu diantara keduanya yang merupakan seorang pria.
Sedangkan lawan bicaranya hanya menggedikkan bahunya seolah mengatakan jika ia juga tidak mengetahuinya.
"Ayo kita periksa!" ajak sang pria.
Keduanya pun segera pergi ke arah suara. Sedang Naina tengah berusaha berdiri dan mencari jalan keluar dari tempatnya jatuh tadi. Instingnya mengatakan jika ia kini dalam bahaya lebih dari sekedar terjebak di dalam gedung itu semalaman. Ketidak sengajaannya mendengarkan percakapan kedua orang yang belum ia ketahui identitasnya itu membuatnya dalam bahaya. Apa lagi ia mendengar dengan jelas jika keduanya merencanakan sesuatu yang buruk pada Adrian pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dengan berlari terseok karena kaki dan punggungnya yang terluka akibat terjatuh tadi, Naina mencoba untuk mencari lift di dekat sana agar ia bisa segera turun ke lantai dasar.
Tak lama ia pun akhirnya dapat menemukan lift tersebut, dan langsung menekan tombol agar pintu lift tersebut terbuka. Begitu pintu lift terbuka ia pun segera masuk ke dalam dan cepat menekan tombol menuju ke lantai dasar. Pada saat pintu lift akan tertutup ia melihat dua orang yang berlari ke arahnya. Dengan gugup Naina langsung menekan tombol lift berkali-kali agar pintu lift segera tertutup. Meski akhirnya pintu itu tertutup tepat sebelum salah satu dari orang itu sempat mencegahnya tapi mereka sempat melihat wajah Naina. Begitu juga sebaliknya... Naina mengenali keduanya sebagai kekasih Adrian dan salah satu manager di sana.
Bukan tanpa sebab Naina bisa mengenali keduanya, pasalnya Naina sudah sering melihat keduanya di perusahaan. Apa lagi Johan sang manager yang ruangannya sering Naina bersihkan.
"S**t! cepat kau kejar dengan lift yang lain... aku akan mencegatnya melalui tangga darurat" seru Johan pada Tasya kekasih Adrian.
Wanita cantik yang biasanya terlihat anggun dan lemah lembut itu pun mengangguk cepat dan segera menekan tombol lift lain yang bersebelahan dengan lift yang tadi digunakan oleh Naina. Sedang Johan sudah berlari ke tangga darurat untuk menyusul Naina. Di dalam lift Naina tak sabar untuk segera sampai di lantai dasar. Dan saat akhirnya pintu lift itu akhirnya terbuka ia pun segera berlari keluar dari dalam sana meski dengan terseok-seok di loby perusahaan. Suasana di loby tampak lengang karena semua karyawan sudah pulang sepuluh menit yang lalu. Beruntung satpam belum mengunci pintu depan. Naina berfikir ia harus segera mencapai pintu keluar perusahaan sebelum Johan dapat menangkapnya. Apa lagi sebentar lagi pintu itu akan ditutup oleh satpam yang menjaga gedung karena hari sudah mulai gelap.
Di tangga darurat Johan mengumpat karena ada yang mendengarkan percakapannya dengan Tasya. Dari pakaian yang digunakan gadis dalam lift itu ia menduga jika gadis itu merupakan salah satu office girl yang ada di perusahaan tersebut. Karena ia melihat jika gadis itu masih mengenakan seragam office girl.
"Sial! dari mana datangnya office girl itu? dan apa dia benar-benar sudah mendengarkan semua yang aku bicarakan dengan Tasya?"
Saat tengah mengatur nafasnya karena baru saja menuruni lebih dari 5 lantai anak tangga tiba-tiba ponselnya yang ada didalam sakunya berdering.
"Halo?"
"Aku tidak bisa menemukannya Jo..." terdengar suara Tasya panik.
"Cepat pergi ke ruang cctv! kita bertemu disana" titahnya.
Kemudian Johan pun membuka pintu yang menghubungkan ke lantai dimana tangga darurat kini dia berada. Kemudian ia pun menuju ke lift agar bisa segera tiba ke ruangan cctv dengan cepat. Sementara Naina tengah terengah-engah sambil menahan rasa sakit ditubuhnya setelah ia berhasil keluar dari gedung tempatnya bekerja. Gadis itu tampak tengah beristirahat sambil bersembunyi di balik salah satu mobil yang masih terparkir di depan gedung.
"Ya Allah bagaimana ini? mereka pasti sudah mengenaliku... apa lagi aku masih mengenakan seragamku..." batin Naina sambil menatap nanar ke sekelilingnya memastikan jika orang yang mengejarnya tidak lagi mengikutinya.
Sedang di ruang cctv Tasya sengaja menyuruh petugas di sana untuk keluar dari ruangan sementara ia memeriksa cctv bersama Johan. Meski sedikit merasa aneh namun petugas itu hanya bisa pasrah menuruti perintah Tasya yang merupakan tunangan pemilik perusahaan. Setelah petugas itu keluar Johan langsung mencari keberadaan gadis melalui rekaman cctv di bagian loby karena ia yakin gadis itu pasti berusaha keluar dari dalam gedung.
Tak lama ia pun bisa melihat rekaman saat Naina berlari tertatih keluar dari dalam lift. Dia juga tertangkap kamera saat menuju ke tempat parkir di depan gedung. Melihat itu Johan langsung mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.
"Halo... aku mau kau melenyapkan seseorang sekarang juga!"
"Siapa?"
"Akan aku kirimkan fotonya sekarang juga..."
Lalu Johan langsung mengambil gambar Naina yang tertangkap kamera cctv dengan ponselnya, kemudian ia pun mengirimkannya pada orang yang tadi dihubunginya.
"Bagaimana?" tanya Tasya penasaran.
"Beres... sebentar lagi gadis itu akan lenyap dan kita akan aman menjalankan rencana kita..." sahut Johan sambil tersenyum sinis.
Saat orang suruhan Johan mendapatkan gambar Naina, ia pun segera mengajak beberapa temannya untuk membantu menangkap Naina dan menghabisinya. Dan dari keterangan Johan jika gadis itu masih berada di area parkir. Sehingga mereka pun segera pergi ke sana.
Naina yang merasa jika keadaannya sudah sedikit membaik memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Mau tidak mau ia harus segera pulang ke tempat kosnya. Karena tempat itu adalah tempat yang aman untuknya saat ini. Dengan terseok ia berjalan menuju gerbang dan bermaksud untuk mencegat angkutan umum. Ia tak menyadari jika semua gerakannya tertangkap pada kamera cctv yang ada di depan gedung. Dan Johan tersenyum i*l*s saat ia memperhatikan setiap gerak gerik Naina dari dalam ruang cctv. Kembali ia menelfon orang suruhannya dan memberitahukan keberadaan Naina dan juga setiap pergerakannya. Mendapat instruksi dari Johan, orang-orang itu pun dengan segera menemukan Naina. Naina yang tak mengetahui jika Johan mengerahkan anak buahnya, tampak tak menyadari jika saat ia menunggu angkutan umum di tepi jalan, ada sekelompok pria tengah mendekatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!