Bukan Prioritas

Naina tengah berjalan ke arah gerbang perusahaan setelah sehabis bekerja saat tiba-tiba saja Tasya menghadang langkahnya.

"Heh... gadis udik! jangan coba-coba untuk menggoda Adrian ya!" serunya tanpa aba-aba.

Naina yang tak menyangka dengan kelakuan Tasya pun terkejut. Namun bukannya merasa takut, gadis itu justru menatap Tasya tajam dan menampilkan senyuman seringai yang mengerikan. Tasya malah kini yang terlihat terkejut.

"Apa? kau berani-beraninya mencoba menggoda Adrian kan? jangan mimpi kamu! gadis rendahan sepertimu tidak akan pernah dilirik oleh Adrian!"

"Sudah selesai? atau masih ada yang akan kamu tambahkan lagi hinaan padaku?" tanya Naina sambil tersenyum miring.

Perlahan gadis itu berjalan mendekati Tasya dengan tatapan penuh amarah dan juga dendam. Bagaimana tidak... akibat wanita yang ada dihadapannya ini, gadis lugu seperti Naina asli harus meregang nyawa dengan cara yang sangat mengerikan. Melihat Naina yang sama sekali tidak takut padanya dan malah berbalik mengintimidasinya, Tasya tanpa sadar berjalan mundur. Aura mengerikan dapat ia rasakan dari dalam jiwa gadis yang ada dihadapannya itu.

"A... apa maumu?"

"Cih! tadi saja kamu berlagak berani membullyku, tapi hanya dengan begini saja kamu sudah tidak bisa berkutik!" sahut Naina / Mitsy.

"Kau! kau sangat kurang ajar!" seru Tasya sambil mengangkat tangannya untuk menampar Naina.

Namun sebelum tangan itu mengenai wajah Naina tiba-tiba seseorang sudah menahannya.

"Apa yang kamu lakukan Tasya?" sentak seseorang yang membuat Tasya terkejut.

"A... Adrian..."

"Ya... kenapa? apa karena tidak ada aku kamu jadi berani semena-mena dengan pegawaiku begitu?" tanya Adrian dengan wajah memerah.

"A... itu... tidak seperti yang kamu fikirkan Adrian..." sanggah Tasya terbata.

"Tidak seperti yang aku fikirkan heh? lalu apa yang harus aku fikirkan saat melihatmu mencoba untuk menampar salah satu pegawaiku? jangan mencoba untuk berkelit Tasya! sekarang, minta maaf padanya!" suruh Adrian.

Tasya tidak bergeming. Dalam hatinya mana mungkin ia mau menghinakan dirinya dengan meminta maaf pada pegawai rendahan seperti gadis yang ada dihadapannya saat ini.

"Hoh! jadi kamu tidak mau ya... baik! mulai sekarang jangan berani menginjakkan kakimu di perusahaanku!" ancam Adrian yang langsung membuat Tasya terperangah.

"Apa maksud kamu Adrian? kamu melarangku datang ke perusahaanmu hanya karena pegawai rendahan ini? oh, come on babe... you just kidding at me right?" ujar Tasya sembari menatap Adrian dengan pandangan tak percaya.

"Ga usah sok pakai bahasa Inggris kamu Sya... ga cocok tahu!" sergah Adrian.

"Lagi pula aku juga ga mood kalau kamu selalu datang wira wiri di perusahaanku... tanpa ada tujuan yang jelas..." sambung Adrian.

"Ga ada tujuan yang jelas gimana? aku kemarikan untuk ketemu sama kamu sayang... bukannya itu sudah suatu tujuan yang jelas?" sanggah Tasya.

Saat kedua orang itu tengah sibuk berdebat, Naina memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Karena baginya perdebatan keduanya sama sekali tidak penting baginya. Ada hal lain yang lebih penting yang harus ia lakukan sekarang. Dengan cepat gadis itu pun segera menyelinap pergi dan segera mencegat angkot yang kebetulan lewat dan langsung masuk ke dalamnya.

Sementara Adrian yang tengah berdebat dengan Tasya akhirnya menyadari jika gadis yang menjadi penyebab keduanya berdebat sudah tidak ada di tempat mereka berada. Kesal karena Naina malah memilih untuk pergi membuat Adrian bertambah muak dengan Tasya sehingga ia pun meninggalkan wanita itu begitu saja dengan menggunakan mobilnya. Padahal di dalam hatinya tadi sudah berencana untuk memberi tumpangan pada Naina saat selesai mendebat Tasya. Tapi apa mau dikata, gadis itu malah justru pergi begitu saja.

Sedang Tasya yang kesal karena Adrian yang malah membela Naina dan kini bahkan meninggalkannya sendiri membuat wanita itu semakin dendam pada Naina dan berencana untuk membuat gadis itu menderita dan dipecat dari pekerjaannya. Saat tengah kesal itulah melintas Johan dengan mobilnya yang langsung mengajak Tasya agar ikut bersamanya. Merasa harus meredam emosinya saat ini, Tasya pun langsung menerima penawaran Johan tanpa fikir panjang.

Di tempat kosnya... Naina tengah berfikir keras bagaimana cara agar ia bisa menemukan pembunuh Naina asli yang lainnya secepatnya, karena waktu yang tersisa semakin sedikit. Setelah membersihkan diri dan beristirahat sejenak, Naina pun kembali keluar dari dalam kosnya untuk mencari keberadaan pembunuh Naina asli yang lainnya. Kali ini ia berusaha melacak jejak mereka di tempat dimana Naina asli disekap.

Dengan menggunakan taksi ia pun menuju ke arah pinggiran kota. Saat mendekati daerah dimana peristiwa pembunuhan Naina asli, ia pun menyetop taksi yang ditumpanginya. Setelah turun dari dalam taksi, dengan menggunakan instingnya Naina / Mitsy mulai berjalan menembus hutan dimana ia mulai mencari tanda terakhir dimana ia dan Naina asli tewas. Benar saja... tak jauh dari jalan raya, ia menemukan bekas darah Naina yang masih tercecer di tempat itu. Dalam sekejap, kilasan tentang kejadian memilukan itu pun kembali terlintas difikiran Naina / Mitsy yang membuat air matanya kembali luruh.

Naina / Mitsy memejamkan matanya sejenak, mencoba untuk meredakan rasa sakit akibat rasa kehilangan majikannya yang sangat baik hati itu. Tanpa ia sadari dari segala penjuru berdatangan berbagai jenis kucing liar yang mendekat ke arahnya. Mereka seolah tertarik oleh magnet yang tak terlihat untuk berkumpul disana. Mereka mengeong bersahutan dan bahkan beberapa diantara mereka langsung menggosokkan tubuhnya di kaki Naina / Mitsy, seolah mengatakan jika mereka berada di sini untuk memberikan bantuan kepadanya.

Naina / Mitsy pun membuka matanya perlahan. Melihat betapa banyaknya kucing yang telah berkumpul bersamanya membuat sudut bibir gadis itu pun tersungging ke atas.

"Terima kasih... aku memang akan butuh bantuan kalian semua untuk membalaskan dendam pada para penjahat itu..." ucap Naina / Mitsy lantang, yang langsung disambut oleh meongan para kucing.

"Sekarang... kita harus mencari gudang tempat para penjahat itu menyekap nona kita dulu..." sambung Naina.

Kemudian tanpa aba-aba para kucing pun berlari berpencar seolah mereka sudah tahu tugas mereka masing-masing. Naina pun tidak tinggal diam, ia pun mulai melangkahkan kakinya menuruti instingnya untuk menemukan tempat para penjahat itu dulu menyekap Naina asli. Para kucing yang awalnya menyebar, sedikit demi sedikit mulai menuju pada satu titik. Demikian juga dengan Naina / Mitsy. Ya... mereka telah menemukan gudang tempat dimana para penjahat itu dulu menyekap Naina asli.

Tanpa diberi komando, para kucing membentuk lingkaran mengelilingi bangunan gudang tua yang ada di tengah hutan itu. Naina / Mitsy bertindak sebagai pemimpin menggerakkan tangannya menyuruh salah seekor kucing untuk naik ke atap bangunan itu. Dengan sigap seekor kucing berbulu orange melesat dengan cepat ke atap bangunan itu dan berusaha untuk menyelinap masuk ke dalam sana. Dari luar jendela tampak jika lampu di dalam gedung itu menyala pertanda jika di dalam sana ada penghuninya.

Setelah berhasil menyelinap masuk, kucing orange itu pun mencoba mencari keberadaan manusia yang ada di dalam gedung itu. Dengan pendengarannya yang tajam, ia dapat mendengar jika di salah satu ruangan terdapat beberapa suara manusia yang tengah mengobrol. Lalu dengan langkah tanpa suara kucing orange itu pun mulai berjalan mendekati arah suara. Dan benar saja... tak jauh dari tempatnya tadi berada terlihat beberapa orang pria tengah mengobrol sambil minum minuman keras dan merokok.

Dengan mata tajamnya kucing orange itu memindai satu persatu wajah para pria yang terlihat sangar itu. Tak ada satu pun yang terlewatkan. Ia harus kemastikan jika diantara mereka ada pembunuh Naina asli. Dan kini matanya terkunci pada sesosok pria yang tengah mabuk dan membual. Ya... kucing orange itu mengenalinya... meski tak menyaksikan peristiwa kematian Naina asli, tapi ia dapat membaui aroma para pembunuh itu. Ada semacam tanda yang khas yang hanya diketahui oleh para kucing dan Mitsy yang kini menjadi Naina untuk mengenali para pembunuh Naina asli. Anggap saja ini kelebihan yang mereka miliki dalam melancarkan balas dendam mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!