Menjadi Indigo Plus Mertua Kikir
Vina adalah gadis berusia 16 tahun duduk dibangku sekolah setingkat SMA kelas 2. Semenjak umur 1 tahun, Vina di tinggal ibunya. Vina bahkan tidak mengenal wajah ibunya, saat itu pun Vina belum bisa berjalan.
Vina mempunyai 5 saudara perempuan, kakaknya yang pertama, terpaksa putus sekolah untuk bekerja di ladang untuk membiayai hidup seluruh anggota keluarga.
Setelah kakak pertamanya, Sari berumah tangga. Agar adiknya tidak terlantar, Sari bermaksud mengajak Vina sekolah di kota tempat tinggal Sari, seluruh biaya sekolah Vina dibiayai oleh Sari.
Seperti biasa Vina bangun pagi hendak pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah terlebih dahulu Vina menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, seperti memasak, menyapu dan mencuci piring.
Tidak ada kejanggalan atau tingkah aneh yang dilakukan Vina. Vina pun pamit kepada kakak nya untuk pergi ke sekolah.
Vina terus berjalan menyusuri jalan yang hampir padat kendaraan berlalu-lalang. Dari tepi jalan Vina terus menyusuri jalan hingga sampai ke sekolah.
Vina selalu berjalan kaki, agar bisa lebih hemat. Tidak mungkin bagi Vina untuk membebani kakaknya dengan ongkos transportasi. Karena Sari sendiri tidak bekerja, dan suami Sari hanya sebagai supir truk pengangkutan barang ke luar kota.
Untuk biaya makan dan biaya keperluan sekolah Vina itu sudah cukup merepotkan Sari. Vina harus tahu diri atas kondisi keuangan Sari.
Sepengetahuan Vina, Vina terus berjalan menyusuri jalan yang biasa di laluinya setiap hari apabila pergi kesekolah.
Vina tidak sadar, entah siapa yang menuntun nya tiba-tiba Vina sampai di daerah yang sangat asing, Vina terus berjalan dan berharap ada seseorang yang bisa ditanyain.
Vina merasa ketakutan, karena matahari hampir tenggelam. Vina takut berharap ada rumah untuk jadi tempat singgah nya, tidak mungkin bagi Vina menginap di hutan begitu saja.
Takut ada binatang buas akan memangsa dirinya, lagian suhu udara sangat dingin. Vina akan mati kedinginan karena tidak ada sehelai selimut untuk melindungi tubuhnya dari dinginnya malam.
Dari kejauhan Vina seperti melihat ada sebuah rumah tua. Vina langsung berlari menghampiri dan mencoba masuk ke rumah tua itu.
Dengan perasaan takut dan pelan-pelan Vina melangkahkan kakinya menuju rumah.
"Tidak mungkin berjalan terus menemukan pemukiman penduduk, kalau ada syukur. Bagaimana kalau tidak ada?.
Tidak apalah singgah sementara di rumah tua ini. Sebagai tempat berlindung dari para binatang buas dan dinginnya angin malam", pikir Vina dalam benaknya.
Vina pun mengetuk pintu tok... tok...tok...
"Permisi...permisi apakah ada orang?", Vina teriak memanggil-manggil pemilik rumah.
Tidak ada suara menyahut dari balik pintu.
"Mungkin memang tidak ada pemilik rumah tua ini", pikir Vina dalam benaknya.
Vina memberanikan diri membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.
krek..kkkk pintu di buka.
Hanya ada sepasang kursi kayu dan meja kayu yang sudah hampir reot dan berdebu.
Vina pun tidak berharap ada makanan di rumah tua ini, sekali pun ada pasti sudah busuk, karena sepertinya rumah ini sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.
Vina mencoba mencari lampu, agar bisa menyalakannya. Sehingga ada sedikit cahaya untuk menerangi ruangan ini.
Lama mencari-cari kemudian Vina pun menemukan lampu kecil dengan sumbu hampir rapuh. Sedikit lega perasaan Vina.
"Aku membutuhkan korek api untuk bisa menyalakan nya", gumam Vina di dalam hatinya. Vina pun mencoba mencari-cari disekitar ditemukannya lampu sumbu tersebut.
Dan ternyata ada sekotak korek api yang sudah lembab, hampir tidak bisa menyala tadinya, hampir habis batang-batang korek api di dalam kotak itu, Vina pun hampir putus asa, beruntung ada 3 batang korek api yang tersisa, dan yang pertama akhirnya bisa menyala.
Vina buru-buru mendekatkan nya pada lampu sumbu tersebut. Akhirnya ruangan kecil itu pun bisa terang karena matahari sudah tenggelam.
Vina menangis tidak mengeluarkan suara, terus menahan suara Isak tangisnya. "Karena takut kedengaran binatang buas, malah dijadikan santapan makan malam nya nanti." pikir Vina di dalam hatinya.
Vina menangis sesenggukan, karena ketakutan tidak ada Sari yang menemaninya.
Vina mencoba membersihkan tempat yang bisa di jadikan tempat untuk merebahkan tubuhnya, untuk melepaskan lelahnya dan laparnya karena satu harian ini, Vina hanya makan sekali saja. Ketika akan berangkat ke sekolah.
Vina tidak tahu ini sudah jam berapa. Vina mencoba menutup matanya bermaksud untuk tidur dan terpejam, tetapi pikiran Vina terus berkecambuk ketakutan dan matanya tidak bisa terpejam. Vina berharap malam ini cepat berlalu dan segera pagi, karena Vina tidak sabar untuk mencari jalan keluar agar bisa keluar dari hutan ini dan segera bertemu dengan Sari.
Sesekali Vina bisa memejamkan matanya dan terlelap tidur, tidak berapa lama langsung terbangun. Dan mencoba untuk kembali menutup matanya, ternyata sulit sekali untuk kembali terlelap tidur.
Vina merasa malam ini terasa lama dan panjang. Vina pun akhirnya bisa menutup matanya dan tertidur lelap, mungkin karena lapar dan lelah. Tiba-tiba Vina tersentak terbangun dari tidurnya, "matahari sudah terbit, Syukurlah hari sudah pagi", pikir Vina dalam hatinya dengan sedikit bahagia dan syukur.
Vina buru-buru keluar dari rumah tua itu dan terus berlari menyusuri hutan berharap segera menemukan pemukiman penduduk.
Vina terus berlari, dan sesekali tersandung batu dan jatuh ke tanah, pakaian seragam sekolah nya sudah terlihat kusam dan kotor.
Vina tidak memperdulikan lagi kondisi seragam sekolah nya yang kotor, Vina hanya peduli bisa segera keluar dari hutan ini. Sebelum matahari kembali tenggelam, dan Vina tidak berharap akan kembali bermalam di hutan yang gelap ini.
Setelah berlari terus menyusuri hutan, akhirnya Vina menemukan pemukiman penduduk, ada beberapa rumah berdiri di daerah tersebut.
Anehnya rumah-rumah di daerah tersebut, seperti rumah-rumah adat yang mempunyai panggung, seperti rumah adat Batak yang atap depan dan belakangnya menjulang tinggi.
Atap belakang lebih tinggi menjulang dibandingkan atap depannya. Kelihatan sunyi dan sepi tidak ada aktifitas warga.
Vina mencoba mengetuk salah satu rumah warga "Permisi...permisi...apakah ada orang", Vina terus mengetuk sambil memanggil-manggil pemilik rumah.
Lama Vina mengetuk pintu, tetapi pemilik rumah tidak kunjung menyahut atau keluar dari dalam rumah. Vina sadar bahwa tidak ada warga tinggal di daerah itu, pada saat Vina datang, seperti sedang pergi ke suatu tempat.
Vina pun akhir nya meninggalkan daerah itu, berjalan ke arah jalan setapak. Terus berjalan mengikuti jalan setapak. Tiba-tiba Vina seperti mendengar alunan musik kegembiraan. Vina terus berjalan mengikuti arah suara berasal. Ternyata benar, asal suara alunan musik berasal dari kumpulan banyak warga sedang berkumpul seperti merayakan suatu acara adat.
Vina memperhatikan orang-orang yang berada di keramaian tersebut. Seperti ada raja dan ratu di kawal oleh beberapa prajurit. Dan warga yang dihadapan raja dan ratu tersebut, Vina berpikir kalau itu adalah para rakyatnya karena berbaju beda dengan baju raja dan ratu.
Sedangkan raja dan ratu berpakaian seperti layaknya baju kebesaran seorang raja, berbaju jubah dan memakai mahkota.
Anehnya pakaian yang mereka pakai tidak seperti pakaian yang di pakai di jaman Vina: kemeja, rok atau celana.
Melainkan para lelaki hanya memakai celana pendek dan di baluti selendang setinggi pinggang menutupi celana, setinggi di atas lutut dengan telanjang dada, sedangkan pakaian wanita hanya di baluti kain sarung saja tanpa menutupi lengan atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Lily Megawaty Butar-butar
Makasih kak like. ikuti terus kisah Vina ya
2023-01-18
0