Vina adalah gadis berusia 16 tahun duduk dibangku sekolah setingkat SMA kelas 2. Semenjak umur 1 tahun, Vina di tinggal ibunya. Vina bahkan tidak mengenal wajah ibunya, saat itu pun Vina belum bisa berjalan.
Vina mempunyai 5 saudara perempuan, kakaknya yang pertama, terpaksa putus sekolah untuk bekerja di ladang untuk membiayai hidup seluruh anggota keluarga.
Setelah kakak pertamanya, Sari berumah tangga. Agar adiknya tidak terlantar, Sari bermaksud mengajak Vina sekolah di kota tempat tinggal Sari, seluruh biaya sekolah Vina dibiayai oleh Sari.
Seperti biasa Vina bangun pagi hendak pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah terlebih dahulu Vina menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, seperti memasak, menyapu dan mencuci piring.
Tidak ada kejanggalan atau tingkah aneh yang dilakukan Vina. Vina pun pamit kepada kakak nya untuk pergi ke sekolah.
Vina terus berjalan menyusuri jalan yang hampir padat kendaraan berlalu-lalang. Dari tepi jalan Vina terus menyusuri jalan hingga sampai ke sekolah.
Vina selalu berjalan kaki, agar bisa lebih hemat. Tidak mungkin bagi Vina untuk membebani kakaknya dengan ongkos transportasi. Karena Sari sendiri tidak bekerja, dan suami Sari hanya sebagai supir truk pengangkutan barang ke luar kota.
Untuk biaya makan dan biaya keperluan sekolah Vina itu sudah cukup merepotkan Sari. Vina harus tahu diri atas kondisi keuangan Sari.
Sepengetahuan Vina, Vina terus berjalan menyusuri jalan yang biasa di laluinya setiap hari apabila pergi kesekolah.
Vina tidak sadar, entah siapa yang menuntun nya tiba-tiba Vina sampai di daerah yang sangat asing, Vina terus berjalan dan berharap ada seseorang yang bisa ditanyain.
Vina merasa ketakutan, karena matahari hampir tenggelam. Vina takut berharap ada rumah untuk jadi tempat singgah nya, tidak mungkin bagi Vina menginap di hutan begitu saja.
Takut ada binatang buas akan memangsa dirinya, lagian suhu udara sangat dingin. Vina akan mati kedinginan karena tidak ada sehelai selimut untuk melindungi tubuhnya dari dinginnya malam.
Dari kejauhan Vina seperti melihat ada sebuah rumah tua. Vina langsung berlari menghampiri dan mencoba masuk ke rumah tua itu.
Dengan perasaan takut dan pelan-pelan Vina melangkahkan kakinya menuju rumah.
"Tidak mungkin berjalan terus menemukan pemukiman penduduk, kalau ada syukur. Bagaimana kalau tidak ada?.
Tidak apalah singgah sementara di rumah tua ini. Sebagai tempat berlindung dari para binatang buas dan dinginnya angin malam", pikir Vina dalam benaknya.
Vina pun mengetuk pintu tok... tok...tok...
"Permisi...permisi apakah ada orang?", Vina teriak memanggil-manggil pemilik rumah.
Tidak ada suara menyahut dari balik pintu.
"Mungkin memang tidak ada pemilik rumah tua ini", pikir Vina dalam benaknya.
Vina memberanikan diri membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.
krek..kkkk pintu di buka.
Hanya ada sepasang kursi kayu dan meja kayu yang sudah hampir reot dan berdebu.
Vina pun tidak berharap ada makanan di rumah tua ini, sekali pun ada pasti sudah busuk, karena sepertinya rumah ini sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.
Vina mencoba mencari lampu, agar bisa menyalakannya. Sehingga ada sedikit cahaya untuk menerangi ruangan ini.
Lama mencari-cari kemudian Vina pun menemukan lampu kecil dengan sumbu hampir rapuh. Sedikit lega perasaan Vina.
"Aku membutuhkan korek api untuk bisa menyalakan nya", gumam Vina di dalam hatinya. Vina pun mencoba mencari-cari disekitar ditemukannya lampu sumbu tersebut.
Dan ternyata ada sekotak korek api yang sudah lembab, hampir tidak bisa menyala tadinya, hampir habis batang-batang korek api di dalam kotak itu, Vina pun hampir putus asa, beruntung ada 3 batang korek api yang tersisa, dan yang pertama akhirnya bisa menyala.
Vina buru-buru mendekatkan nya pada lampu sumbu tersebut. Akhirnya ruangan kecil itu pun bisa terang karena matahari sudah tenggelam.
Vina menangis tidak mengeluarkan suara, terus menahan suara Isak tangisnya. "Karena takut kedengaran binatang buas, malah dijadikan santapan makan malam nya nanti." pikir Vina di dalam hatinya.
Vina menangis sesenggukan, karena ketakutan tidak ada Sari yang menemaninya.
Vina mencoba membersihkan tempat yang bisa di jadikan tempat untuk merebahkan tubuhnya, untuk melepaskan lelahnya dan laparnya karena satu harian ini, Vina hanya makan sekali saja. Ketika akan berangkat ke sekolah.
Vina tidak tahu ini sudah jam berapa. Vina mencoba menutup matanya bermaksud untuk tidur dan terpejam, tetapi pikiran Vina terus berkecambuk ketakutan dan matanya tidak bisa terpejam. Vina berharap malam ini cepat berlalu dan segera pagi, karena Vina tidak sabar untuk mencari jalan keluar agar bisa keluar dari hutan ini dan segera bertemu dengan Sari.
Sesekali Vina bisa memejamkan matanya dan terlelap tidur, tidak berapa lama langsung terbangun. Dan mencoba untuk kembali menutup matanya, ternyata sulit sekali untuk kembali terlelap tidur.
Vina merasa malam ini terasa lama dan panjang. Vina pun akhirnya bisa menutup matanya dan tertidur lelap, mungkin karena lapar dan lelah. Tiba-tiba Vina tersentak terbangun dari tidurnya, "matahari sudah terbit, Syukurlah hari sudah pagi", pikir Vina dalam hatinya dengan sedikit bahagia dan syukur.
Vina buru-buru keluar dari rumah tua itu dan terus berlari menyusuri hutan berharap segera menemukan pemukiman penduduk.
Vina terus berlari, dan sesekali tersandung batu dan jatuh ke tanah, pakaian seragam sekolah nya sudah terlihat kusam dan kotor.
Vina tidak memperdulikan lagi kondisi seragam sekolah nya yang kotor, Vina hanya peduli bisa segera keluar dari hutan ini. Sebelum matahari kembali tenggelam, dan Vina tidak berharap akan kembali bermalam di hutan yang gelap ini.
Setelah berlari terus menyusuri hutan, akhirnya Vina menemukan pemukiman penduduk, ada beberapa rumah berdiri di daerah tersebut.
Anehnya rumah-rumah di daerah tersebut, seperti rumah-rumah adat yang mempunyai panggung, seperti rumah adat Batak yang atap depan dan belakangnya menjulang tinggi.
Atap belakang lebih tinggi menjulang dibandingkan atap depannya. Kelihatan sunyi dan sepi tidak ada aktifitas warga.
Vina mencoba mengetuk salah satu rumah warga "Permisi...permisi...apakah ada orang", Vina terus mengetuk sambil memanggil-manggil pemilik rumah.
Lama Vina mengetuk pintu, tetapi pemilik rumah tidak kunjung menyahut atau keluar dari dalam rumah. Vina sadar bahwa tidak ada warga tinggal di daerah itu, pada saat Vina datang, seperti sedang pergi ke suatu tempat.
Vina pun akhir nya meninggalkan daerah itu, berjalan ke arah jalan setapak. Terus berjalan mengikuti jalan setapak. Tiba-tiba Vina seperti mendengar alunan musik kegembiraan. Vina terus berjalan mengikuti arah suara berasal. Ternyata benar, asal suara alunan musik berasal dari kumpulan banyak warga sedang berkumpul seperti merayakan suatu acara adat.
Vina memperhatikan orang-orang yang berada di keramaian tersebut. Seperti ada raja dan ratu di kawal oleh beberapa prajurit. Dan warga yang dihadapan raja dan ratu tersebut, Vina berpikir kalau itu adalah para rakyatnya karena berbaju beda dengan baju raja dan ratu.
Sedangkan raja dan ratu berpakaian seperti layaknya baju kebesaran seorang raja, berbaju jubah dan memakai mahkota.
Anehnya pakaian yang mereka pakai tidak seperti pakaian yang di pakai di jaman Vina: kemeja, rok atau celana.
Melainkan para lelaki hanya memakai celana pendek dan di baluti selendang setinggi pinggang menutupi celana, setinggi di atas lutut dengan telanjang dada, sedangkan pakaian wanita hanya di baluti kain sarung saja tanpa menutupi lengan atas.
Sari merasa panik karena Vina sudah malam tidak kunjung pulang dari sekolah.
Sebenarnya Sari sudah Khawatir ketika jam 16:00 Vina belum pulang dari sekolah, pikir Sari mungkin Vina sedang ke rumah temannya kerja kelompok untuk mengerjakan tugas sekolah.
Karena jam 15:00 biasanya Vina sudah tiba di rumah. Vina selesai pembelajaran sekolah jam 14:30, karena Vina harus berjalan lagi dari sekolah ke rumah, masih harus membutuhkan waktu selama 30 menit.
Ternyata Hingga matahari hampir tenggelam Vina tidak kunjung tiba di rumah. Sari menanyakan tetangga terdekatnya, Bu Doni.
tok...tok ..tok
Sari mengetuk rumah ibu Doni
"Permisi...permisi", teriak Sari memanggil-manggil Bu Doni.
Krek...pintu dibuka, muncul Bu Doni dari dalam rumah.
"Ada apa, Sari?", tanya Bu Doni bingung, Sari tiba-tiba datang dengan wajah panik dan bingung.
"Bu, saya mau tanya. Apa Vina ada di rumah ibu?", sebenarnya Sari tidak merasa yakin kalau Vina ada di rumah Bu Doni.
Karena sesungguhnya Vina tidak pernah ke rumah Bu Doni, "tetapi mana tahu Sari ketiduran karena pintu dikunci, sehingga Vina memutuskan untuk sementara tinggal di rumah Bu Doni", pikir Sari dalam benaknya, karena tidak tahu kemana lagi harus mencari Vina.
"Vina tidak ada di rumah, Sari!", jawab Bu Doni tegas.
"Apakah Vina belum pulang dari sekolah?", tanya Bu Doni balik.
"Iya Bu, Vina belum balik dari sekolah. Padahal kan sekolah sudah tutup jam segini. Saya juga tidak tahu harus mencari kemana. Karena saya tidak tahu dimana rumah teman-teman Vina berada.
"Apakah Vina bertengkar dengan kamu Sari?, sehingga Vina harus minggat?", Bu Vina menyelidiki penyebab Vina tidak pulang.
"Tidak Bu, kami tidak ada bertengkar. Tidak ada masalah atau sesuatu hal yang menjadi permintaan Vina yang tidak saya turuti. Vina juga tidak ada berkeluh kesah mengenai masalah disekolah atau dengan teman-teman nya", jawab Sari menjelaskan sangkaan Bu Vina.
Sari pun sedih. "Kemana lagi aku harus mencari Vina, sedangkan sekarang sekolah sudah tutup, tidak ada lagi guru dan siswa di sekolah", pikiran Sari kacau dan mengkhawatirkan kondisi Vina saat ini. Takut Vina kenapa-kenapa.
"Vina...Vina...kamu dimana?", tangis Sari pecah.
Tidak ada teman Vina yang Sari ketahui tempat tinggal nya, untuk dimintai keterangan tentang keberadaan Vina saat ini.
"Mau melapor ke polisi, pasti pak polisi akan mengatakan Tunggu 1x24 jam baru bisa melapor", pikir Sari dalam benaknya secara Sari menghilang baru 8jam.
Sari pasrah berharap, "besok ketika sekolah sudah dimulai. Sari akan menanyakan teman-teman atau guru Sari, mana tahu mereka tahu keberadaan Sari saat ini", pikir Sari dalam benaknya.
Pikiran Sari kacau memikirkan kemungkinan-kemungkinan keberadaan Vina saat ini. Apakah Vina di culik?, atau apakah Vina di bully teman-temannya dan berusaha mencelakai Vina?. Apakah Vina tersesat?. Kemungkinan dan ketakutan itu bersarang di kepala Sari.
"Tidak mungkin Vina tersesat, secara setiap hari Vina selalu berangkat ke sekolah secara rutin dan sudah 1 tahun beradaptasi dari kehidupan di kampung dengan kehidupan di kota", gumam Sari dalam benaknya.
Hingga larut malam, Sari tidak bisa terpejam terus memikirkan Vina. Mencoba memejamkan mata, tetap tidak bisa terpejam.
Karena terlalu lelah dan mengantuk akhirnya Sari pun bisa terlelap. Dan tidak terasa pagi pun tiba.
Sari bergegas untuk pergi ke sekolah Vina.
Sari melapor ke kantor guru, mengatakan kondisi Vina yang tidak pulang sekolah sedari kemarin.
"Bu, setelah kami memperoleh informasi dari teman-teman Vina dan absensi pembelajaran kemarin. Kami menyimpulkan bahwa Vina tidak masuk sekolah dan tidak ada menghadiri satu mata pelajaran pun.
Dan teman-teman Vina juga tidak melihat Vina sampai di sekolah", ucap wali kelas Vina.
Sari terkejut mendengar informasi yang wali kelas berikan.
"Padahal Vina berangkat dari rumah dengan memakai pakaian seragam sekolah", ucap Sari datar.
"Begitu lah kenyataan nya, Bu. sebaiknya ibu segera melapor kepada polisi", saran wali kelas Vina kepada Sari.
Sari hanya mengangguk.
Air mata Sari tumpah khawatir memikirkan Vina, "Di mana kah kamu sekarang Vina?", gumam Sari dalam benaknya dengan kesedihan yang sangat mendalam.
"Kemana aku harus mencari mu Vina?", Sari terus memikirkan keberadaan Vina.
*******
Vina bingung dimana dia berada sekarang?, Mengapa dia berada di tempat ini?, padahal Vina merasa berjalan sesuai rute biasa yang ditempuhnya sehari-hari apabila pergi ke sekolah.
Vina melihat wajah-wajah setiap warga yang ada di daerah itu. Tidak satupun dari wajah itu yang Vina kenal. Vina mencoba bertanya, tetapi di urungkannya, karena semua warga pada fokus memperhatikan dan mendengarkan pengumuman dari raja.
Tiba-tiba ada acara pembagian makanan. Vina mendapatkan satu piring makanan. Vina memperhatikan makanan tersebut berupa nasi dan potongan daging yang dipotong kecil-kecil di letakkan pada piring bulat yang terbuat dari kayu.
Vina tidak peduli lagi, langsung saja melahap habis semua makanan yang ada pada piring nya, karena Vina sudah terlalu lapar sebab hampir dua hari perut nya tidak terisi makanan.
Setelah selesai makan, ada beberapa serdadu membawa Vina. Para serdadu mengarahkan Vina untuk menemui seseorang, Vina pun langsung menurut tidak berontak. Ternyata Vina disuruh untuk berganti pakaian sesuai dengan pakaian warga di daerah tersebut.
Vina dibiarkan untuk berkeliling melihat-lihat kemana saja Vina ingin. Vina melangkah terus melihat-lihat kehidupan warga yang lain. Langkah Vina langsung terhenti, entah mengapa dalam pikiran Vina seperti mengenali wajah seorang ibu bersama dengan seorang anak laki-laki bermain-main dengan ikan mas peliharaan nya.
Pikiran Vina mengatakan bahwa ibu dan seorang anak laki-laki itu adalah ibu kandungnya dan adik laki-lakinya yang sudah lama meninggal dunia.
Ketika ibunya Vina meninggal dunia, vina saat itu berusia 1 tahun, dan belum bisa berjalan, sesungguhnya Vina tidak mengenal wajah ibunya yang telah meninggal dunia. Tetapi saat di di dunia asing ini Vina merasa melihat ibu dan adiknya.
Vina merasa bahagia, Vina bisa mengenali wajah ibunya, bahkan adiknya yang belum sempat di lahir kan ke dunia.
"Ibu", sapa Vina tersenyum bahagia bisa bertemu dengan ibunya dan langsung memeluk Ibunya.
"Kamu dan Sari baik-baik ya, jangan berantam. Yakinlah ibu akan selalu menjaga kalian", ibunya Vina melepaskan pelukannya.
"Ini adik Vina kan, Bu?", Vina melihat anak laki-laki di samping ibunya, ibu Vina pun mengangguk tanda setuju, Vina pun langsung memeluknya dengan erat.
Ada hasrat Vina untuk tetap tinggal bersama dengan ibunya, tetapi di tolak.
"Ibu, Vina tinggal dengan ibu ya, Vina ingin selalu bersama ibu saja dan adik", Vina memohon.
"Tidak Vina, kamu harus tinggal bersama kakak mu Sari, Sari begitu khawatir terhadap kamu", ibunya Vina pun menolak dan terus memaksa Vina untuk segera meninggalkan tempat itu.
Vina pun pamit ingin melihat ke kesekeliling.
Ternyata ketika kecelakaan kapal terbakar. Yang menyebabkan ibunya meninggal dunia, kala itu ibunya sedang mengandung muda.
Yang tidak sempat diketahui oleh semua anggota keluarga termasuk Sari. Dan ibu Vina juga belanja membeli bibit ikan mas untuk dipelihara.
Vina terus berjalan memperhatikan seluruh aktifitas warga, kehidupan di daerah itu sama saja dengan kehidupan di masa Vina, Beraktifitas berladang dan melakukan rutinitas sehari-hari.
Yang membedakan hanya pakaian yang mereka kenakan dan mereka di pimpin oleh raja dan ratu serta para serdadu yang mengawasi dan memberi sanksi apabila ada warga yang melakukan tindakan yang tidak sesuai peraturan yang telah ditetapkan.
Kembali Vina melanjutkan langkahnya terus saja Vina berjalan. Tanpa di sadari Vina sudah berjalan pada rute biasa yang di jalaninya menuju arah rumah.
Vina pun tiba di rumah pada malam hari.
tok...tok...tok..Vina mengetuk pintu
"Kak...kak...kak Sari", teriak Vina terus memanggil-manggil Sari.
Sari tersadar seperti ada suara ketukan pintu dan memanggil-manggil namanya. Sari pun menuju arah pintu sebelumnya terlebih dahulu mengintip ke arah luar melalui celah gorden. "Ternyata Vina", pikir Sari dalam hatinya dan segera membuka pintu.
"Vina, kamu ke mana saja. Kakak sangat khawatir dengan kondisi kamu. Apakah kamu baik-baik saja?", Sari memeluk Vina sambil memeriksa kondisi fisik Vina apakah ada yang terluka.
"Syukurlah kamu tidak kenapa-kenapa. Kakak senang akhirnya kamu pulang ke rumah. Kakak begitu khawatir dan sedih karena kamu tiba-tiba menghilang tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan kamu sebelum menghilang", Sari terus memeluk Vina.
Bahagia dan terharu hingga menitikkan air mata sambil terus berucap "Kakak hampir putus asa. Kemana kakak harus mencari mu?, syukurlah kamu sudah kembali", terus memeluk Vina.
Vina hanya diam saja hanya bisa menangis. Ternyata masih diberikan kesempatan bisa kembali ke rumah, mengingat Vina saat di hutan yang gelap dan sendirian tanpa ada siapa-siapa.
Tak kalah terkejutnya Sari melihat pakaian yang dikenakan Vina adalah kain selendang tanpa menutupi lengan dan pundak.
"Vina, pakaian seragam kamu mana?", tanya Sari beruntun dan iba melihat Kondisi Vina seperti orang kebingungan.
Vina hanya diam saja, seperti nya Vina masih shock. Sari pun segera membawa masuk Vina dan segera memandikan dan mengenakan pakaian bersih kepada Vina, setelah Vina tenang Sari menyuruh Vina untuk makan.
Begitu piring ada di tangan Vina, Vina langsung melahap habis makanan yang diberikan kepada nya.
Sari lega Vina akhirnya pulang sendiri ke rumah. Menurut Sari Vina telah hilang dari rumah selama 3 hari, tetapi menurut Vina dirinya hanya bermalam selama 1 malam saja di hutan yang asing.
"Vin, Kemana kamu pergi selama ini?", tanya Sari penasaran melihat kondisi pakaian yang dikenakan Vina saat tiba di rumah.
"Aku tidak tahu daerah itu kak, yang pasti terasa asing tidak pernah kulihat sebelumnya. Rumah-rumah di daerah itu juga masih terbuat dari kayu, rumah panggung yang atapnya menjulang tinggi. dan seluruh warga memakai pakaian seperti yang aku kenakan ketika tiba tadi!", Vina menjelaskan dengan antusias.
"Aku juga lupa bahasa yang mereka ucapkan, tetapi saat aku disana aku seolah-olah mengerti apa yang mereka ucapkan. Tidak ada percakapan atau tegur sapa antara aku dan warga.
Aku hanya diarahkan dan menurut saja", ingatan Vina mendadak lupa setelah sampai ke dunia nyata.
"Mengapa kamu bisa sampai ke hutan?", tanya Sari bingung
"Aku juga tidak tahu kak, mengapa aku tiba-tiba sampai di hutan. Padahal rute yang kujalani adalah rute biasa yang kulalui bila berangkat ke sekolah.
Lama berjalan tanpa kusadari aku sudah sampai saja di hutan. Akupun sangat panik dan ketakutan begitu menyadari nya", Sari bergidik mendengar penjelasan Vina.
"Mengapa kamu bisa berpakaian aneh seperti itu", tanya Sari kembali dengan penuh penasaran.
"Karena pakaian mereka seperti yang kukenakan itu kak. Itu adalah pakaian untuk rakyat biasa, selain raja dan ratu. Mungkin pakaian ku terasa asing mengenakan seragam sekolah, sehingga aku disuruh untuk mengganti pakaian sesuai yang mereka kenakan", jawab Vina seadanya.
"Pakaian seragam sekolah mu kamu kemana in?", teringat kalau Vina tidak membawa sesuatu apapun.
"Tas dan pakaian seragamku tertinggal ketika aku berganti pakaian. Aku terlalu asik untuk melihat-lihat kesekeliling ku saat itu", Vina menyadari kalau tidak membawa tasnya lagi.
"Oh iya kak, disana aku ketemu dengan ibu", Vina bercerita dengan senang dan penuh semangat.
"Gimana kamu bisa tahu itu ibu. Kamu saja tidak tahu wajah ibu bagaimana", ledek Sari.
"Aku memang tidak mengenal wajah ibu sebelum nya. Tetapi di negeri asing itu, seolah pikiran ku mengatakan kalau itu ibu.
Oh ya. Ternyata ibu meninggal dalam keadaan hamil muda dan membeli bibit ikan mas untuk dipelihara.
Karena di negeri yang asing itu aku bertemu ibu dengan anak laki-laki sedang bermain dengan ikan mas peliharaan nya", Vina menceritakan penglihatannya ketika di negeri asing.
"Bagaimana dengan pakaian asing yang kamu bawa ini. apakah kamu akan membuangnya?", tanya Sari ketakutan.
"Aku akan menyimpannya kak, biarlah itu menjadi kenang-kenangan bagiku. Bahwa aku pernah pergi ke negeri yang sangat asing bagiku", Vina melipat dan menyimpan pakaian itu di lemarinya.
"Sudahlah, Mari kita tidur saja. Lama-lama aku menjadi ketakutan dan bergidik mendengar ceritamu", Sari segera memasang selimutnya menutupi seluruh tubuhnya, karena mendengar cerita Vina seperti berbau mistis dan horor sepertinya.
Vina merasa biasa saja. Dan segera mengikuti Sari kakaknya untuk segera tidur dan beristirahat dengan tenang.
Beberapa jam berlalu. Tiba-tiba Vina berteriak, "Ahh, jangan dekati aku. pergi......pergi sana..pergi...".
Sari mendengar teriakan Vina, Sari pikir ada seseorang yang datang ke rumah. Ternyata Vina bermimpi, Sari pun langsung membangunkan dan menggoyang-goyang kan tubuh Vina, "Vin..bangun, bangun Vina", Vina pun langsung tersentak bangun karena di goyang-goyang kan Sari.
"Kamu kenapa?, sampai teriak kencang begitu, kaget aku", Sari kelihatan bingung.
"Entah lah, kak. Seolah-olah seperti nyata. Aku seperti di dekati perempuan yang wajahnya sangat menakutkan seperti terlindas truk dan hendak mengatakan sesuatu kepada ku. Aku sangat ketakutan melihat wajahnya", Vina menceritakan mimpinya.
"Biarkan saja ia mengatakan apa keinginannya. Mungkin saja ada yang harus ia katakan", Sari sedikit bergidik ketakutan mendengar mimpi Vina.
"Sekarang kamu tidur lah lagi, mungkin itu hanya sebagai bunga tidur saja. Mudah-mudahan tidak mimpi aneh seperti itu lagi", Sari menyemangati Vina.
Rasa kantuk Sari tidak terbendung, merasa terganggu dengan teriak Vina tadi. Sari kembali tidur dan langsung terlelap. Vina mencoba kembali tidur dengan perasaan ketakutan dan penuh cemas, takut mimpi itu datang lagi. Dan karena kantuk, Vina pun kembali terlelap.
Tidak beberapa lama, Vina gelisah, kembali berteriak "Pergi...pergi sana... tidak jangan aku, ...pergi", teriak Vina tetapi tidak membuat Vina sampai terbangun. Vina kembali terlelap dengan tenang hingga pagi.
Ku...ku...ru...yuukkk.
Bunyi ayam berkokok membangunkan tidur Vina. Vina terbangun mencoba beraktifitas dan melakukan rutinitas nya sehari-hari sebelum berangkat ke sekolah. Selesai melakukan aktifitas nya. Vina pun segera bersiap-siap mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke sekolah.
Dimulai dengan mandi, berpakaian seragam sekolah, untung hari ini memakai pakaian olahraga, karena pakaian putih abu-abu nya telah tertinggal di negeri asing, jadi belum sempat untuk membelinya.
Vina pun menyusun jawaban-jawaban yang nantinya di lontarkan oleh guru maupun teman-temannya, kemanakah Vina selama 3 hari ini menghilang?.
"Kemana aku pergi ya, bila guru atau teman-teman menanyakan pertanyaan seperti itu", pikir Vina dalam benaknya. "Bila mengatakan mimpi yang sebenarnya, ke negeri yang sangat asing, takut teman-temannya mengira kalau aku berbohong", pikir Vina menambahi.
Vina pun merasa bingung dan pusing apa yang harus dijawabnya bila temannya dan guru wali kelasnya menanyakan perihal kemana dirinya pergi.
"Ya sudahlah, aku akan menjawab yang sebenarnya saja, memang kenyataannya seperti itu. Kalau mereka tidak percaya silahkan saja mereka melihat pakaian yang telah ku kenakan sepulang dari negeri asing tersebut", pikir Vina dalam benaknya tidak peduli bagaimana tanggapan temannya.
"Mengapa sepertinya kamu gelisah, bagaimana tidur mu, apakah kamu nyenyak setelah mimpi buruk semalam?", tanya Sari penasaran.
"Iya kak, aku mimpi yang sama lagi dan orang yang sama. Aku teringat pesan kakak untuk menanyakan keinginannya.
Perempuan itu mengatakan kalau Ia terlebih dahulu di perkosa oleh orang lain sebelum akhirnya tertabrak motor yang melaju kencang karena telah berlari dari rombongan orang yang terus mengejarnya untuk kembali memperkosanya.
Perempuan itu ingin aku mengatakan itu kepada keluarganya", Vina menceritakan perihal mimpinya kepada Sari.
Sari ketakutan mendengar perihal mimpi Vina, "Ahh kamu ini ada-ada saja. Terus kamu ingin menyampaikan itu kepada keluarganya?", tanya Sari penasaran.
"Aku hanya mengiyakan saja, dan menyuruhnya untuk segera meninggalkan ku. Perempuan itu pun segera pergi dan aku bisa kembali terlelap tidur", Vina santai menjawab.
"Mudah-mudahan perempuan itu tidak menggangu mu kembali dalam tidur mu", Sari berharap
"Mudah-mudahan saja kak" Vina segera meninggalkan Sari dan segera mengambil tas ranselnya.
"Kak, aku pergi ya", Vina pamit pergi ke sekolah sambil menutup kembali pintu rumah dan berlalu meninggalkan Sari.
"Iya, hati-hati di jalan ya. Jangan melamun, dan pikiran kemana-mana", Sari teriak memberi nasihat ke arah Vina yang telah berlalu meninggalkan rumah melalui jendela yang terbuka lebar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!