Dewa Sang Patriot
Di dalam KA. Penataran, Stasiun Mataraman, kota AB, jam 22:53.
Terlihat seorang laki-laki berusia 26 tahun, dengan tinggi dan berat badan antara 175 cm/70 kg, berkulit coklat muda, sedang duduk seorang diri di bangku kereta Penataran. Dia adalah Dewangga Ramadhan, atau lebih dikenal dengan nama Dewa, seorang mantan ketua Regu III Ganendra.
Ganendra adalah pasukan elite Tentara Angkatan Darat yang biasanya menjalankan misi-misi khusus dan rahasia seperti misi penyelamatan sandra, sabotase dan penghancuran, operasi kontra terorisme, pengintaian, peretasan. Selain itu pasukan khusus Ganendra juga sering disewa oleh korporasi besar untuk tugas pengamanan, pengawalan bahkan melakukan sabotase terhadap saingan mereka. Tidak jarang pula, pasukan elite Ganendra mendapatkan misi untuk melenyapkan orang-orang atau kelompok yang bertentangan dengan pemerintah atau korporasi.
Anggota pasukan elit Ganendra dipilih dari prajurit-prajurit pasukan khusus angkatan darat, laut maupun udara dan mendapat pelatihan secara khusus dengan sangat ketat dan disiplin yang sangat tinggi sehingga mereka memiliki kemampuan diatas rata-rata bila dibandingkan dengan anggota pasukan khusus. Satu prajurit pasukan elit Ganendra memiliki kekuatan setara dengan 20 tentara pasukan khusus. Selain it, tentara yang berada di pasukan elit Ganendra setidaknya mempunyai keahlian untuk menyamar, bertarung, asassin dan mengusai berbagai senjata, baik senjata sergap maupun pistol. Selain itu ada juga yang ahli dalam bidang IT, peretasan, sabotase, sniper dan bahan peledak.
Sementara itu di dalam kereta, Dewangga terlihat duduk melamun sambil menyandarkan kepalanya di kursi kereta. Padangan matanya terlihat menerawang jauh dan terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Aaahhhh... Apakah aku masih ketua Regu III Ganendra..? Hhmmm bukan, mungkin lebih tepatnya mantan ketua.."
"Entah bagaimana keadaan lima anggota Regu III Ganendra lainnya. Mungkin ini jalan satu-satunya agar kita bisa selamat.."
"Tapi mengapa mereka menghianati kami, pasukan Regu III Ganendra..? Apa motif mereka..?"
Dewangga terlihat menarik nafas panjang dan mendesah, "Haaaahhh... Entahlah.."
"Mereka sangat rapi dalam bertindak. Hingga aku sendiri tidak sadar bahwa misi yang kami jalankan adalah jebakan. Mereka ingin mengorbankan kami, dan siapa dalang semua ini..?" gumamnya dalam hati
Banyak pertanyaan yang berkecamuk dipikiran Dewa hingga diapun tertidur karena lelah memikirkan jawaban atas pertanyaannya itu. Waktu berlalu, tidak terasa kereta sudah sampai di Stasiun Jayabaya, kota AG.
Terdengar suara seorang perempuan, dia adalah operator yang mengumumkan kedatangan kereta api yang ditumpangi oleh Dewa
"Selamat datang para penumpang KA. Penataran di Stasiun Jayabaya, Kota AG... Periksa barang bawaan anda sebelum meninggalkan kereta ..............."
Dewangga melirik jam tangannya yang berwarna hijau tua dna terlihat angka 1:56. Dewa segera melangkah turun dari KA. Penataran menuju pintu keluar stasiun. Tidak banyak penumpang yang turun di stasiun Jayabaya, merekapun segera menuju ke pintu tempat penjemputan penumpang. Berbeda dengan Dewa yang langsung melangkah menuju pintu keluar stasiun sambil menguap menahan kantuknya.
"Hhooaaaaahemmm.. Akhirnya sampai juga di kota AG.."
"Jam 1 malam, apa masih ada angkutan umum malam-malam begini..?" gumamnya dalam hati.
Di luar stasiun tampak sepi, tidak ada satupun moda transportasi umum yang ada. Dengan wajah kecewa diapun bergumam dalam hatinya, "Sudah kuduga di kota kecil, jam segini pasti tidak ada lagi angkutan umum yang lewat. Bahkan becak atau ojekpun juga sudah tidak ada.."
Dewangga berjalan menuju seorang pedagang asongan yang sedang duduk di emperan stasiun dekat dengan pintu masuk stasiun. Pedagang asongan yang biasa menjual rokok, kopi dan pop mie itu tampak serius menghitung uang hasil jualannya.
"Bisa buatkan saya kopi mas..? Eeee.. Kopi hitam ya, gak usah dikasih gula.."
"Eeeee… Rokok samsu nya ada..? Sekalian deh sebungkus.." ucap Dewangga kepada penjual asongan itu.
Penjual asongan itu menoleh kepada Dewangga dan menjawab dengan singkat, "Siap boss...!! Ini rokoknya bos.." jawabnya sambil memberikan sebungkus rokok kepada Dewa.
Sambil menunggu kopinya jadi, Dewa mengajak ngobrol penjual asongan itu tentang situasi di stasiun.
"Kalau jam segini sudah tidak ada angkutan umum lagi ya mas..?" tanya Dewa.
"Waahhhh sudah gak ada boss. Nanti jam setengah enam baru ada.." jawab penjual asongan itu lalu dia menyerahkan kopi pesanan Dewa.
"Ini kopinya boss.. Awas masih panas.." ucap pedagang.
Sambil menerima kopi pesanannya, Dewa melanjutkan bertanya "Lalu kalau mau pergi dari sini naik apa..?"
"Apa harus nunggu sampai jam setengah enam pagi..?"
“Yaaaa kalau gak mau nunggu sampai ada angkutan, pakai ojek online saja om..”
"Emang mau kemana sih om..?" tanya pedagang itu.
Dewa tidak segera menjawab pertanyaan pedagang itu. Dia menyeruput kopi, dan membakar sebatang rokok dan dihisapnya dalam-dalam dan dihembuskan perlahan sambil berfikir sesuatu.
"Semua alat komunikasi sudah ku buang. Untuk berjaga-jaga agar posisiku tidak terlacak oleh sistem.. Beruntung alat pelacak di jam tangan ini sudah berhasil aku lepas.."
"Kalau seperti ini terpaksa harus menunggu sampai setengah enam pagi.." ucap Dewangga dalam hati.
Melihat Dewa yang terdiam, pedagang itupun kembali bertanya kepadaa Dewa, “Kok malah diam om..? Emang om mau kemana..?”
Sambil tergagap, Dewangga menjawab "Oohhh.. Mau ke desa Lerengwilis.."
"Ee…. Mas punya hp..? Kalau punya saya minta tolong dipesankan ojek online bisa..?" sambungnya.
"Desa Lerengwilis..? Wah.. Itu jauh om, ada kalau 25 kilo.."
"Mendingan besok pagi saja kalau mau ke Lerengwilis. Karena harus lewat hutan, banyak begalnya juga om.." saran pedagang itu.
Pedagang itu terdiam beberapa saat lalu melanjutkan obrolannya, "Memangnya si om nya ini asli orang Lerengwilis..?"
"Oh... Bukan, saya bukan orang asli Lerengwilis. Hanya pengen liburan saja, kebetulan ada kawan punya rumah disana. Refreshing mas.." jawab Dewangga sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong beneran ada begal mas..? emang polisi gak tangkap mereka..?
"Beberapa kali polisi mengejar mereka, tapi sampai sekarang gak ada yang ketangkep.." jawab pedagang itu.
“Jadi begitu ya..? Eh.. Tapi ngomong-ngomong bisa gak bantu saya panggilkan ojek online..?” sahut Dewa
"Waduh.. maaf om, aku gak bawa hp. Kalau dirumah sih ada om, punya anak…" jawabnya singkat.
pedagang asongan itu tidak meneruskan ucapannya, tapi dia malah menawarkan dagangannya kepada seseorang, "Monggo mbak.. Silahkan mau pesan apa..? ada kopi, ada teh hangat juga.." ucapnya sambil melihat di belakangku.
Dewangga pun menoleh ke belakang. Seorang gadis manis berdiri sambil memegang gagang kopernya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan hp nya tanpa menghiraukan tawaran pedagang asongan tadi.
Melihat gadis itu mengeluarkan hp, pedagang asongan itupun berbisik kepada Dewangga, "Nah... Itu om, mbak nya punya hp, om minta tolong saja sama mbak nya buat pesan ojek online.."
"Tapi kalau kata saya sih, mending besok pagi saja bos, lebih aman.." ujarnya sambil berbisik.
Sambil menepuk pundak pedagang itu, Dewanggapun tersenyum lalu berdiri menghampiri gadis itu, "Maaf mbak, mau minta tolong bisa kah..?" tanya Dewa
"Eeeee.. MintaMinta tolong apa ya mas..?" jawabnya.
"Eeehh gini. Aku mau minta tolong buat dipesankan ojek online bisa kah..? Itu, masalahnya hp ku ilang, mungkin jatuh pas naik kereta di kota AB tadi.."
Gadis itu tidak menjawab omongan Dewangga, dia terdiam dan tampak berfikir sesuatu, sehingga Dewanggapun kembali memohon kepada gadis itu, "Bisa ya mbak bantuin..?" tanya Dewangga berharap.
"Eemmmm.. Gimana ya mas, ini saya juga lagi pakai aplikasinya. Udah pesan dari tadi tapi belun datang-datang ojek online nya.."
"Emang mas nya mau kemana sih..?" tanyanya.
"Mau ke desa Lerengwilis. Kalau mbak nya mau kemana..?" jawab Dewa.
Gadis itu tersenyum mendengar jawaban Dewangga, lalu dia menawarkan untuk pergi bersama ke desa Lerengwilis, “Ah.. Sama kalau begitu. Aku juga mau ke Lerengwilis, gimana kalu bareng aja..?”
“Ooohh.. boleh kah..?” jawab Dewangga dan dianggukkan oleh gadis itu.
Dewangga pun tersenyum, lalu memastikan lagi kepada gadis itu, "Tapi beneran nih..? Emang gak khawatir nawari orang yang gak dikenal bareng..?"
"Enggak juga sih. Khawatir kenapa..? Emang mas nya punya niat jahat sama aku..?"
"Lagian aku pesen ojeknya pakai aplikasi resmi, jadi pasti terpantau lah.." jawabnya santai sambil tersenyum.
"Ya enggak lah mbak. Justru aku berterimakasih sama mbak nya karena udah kasih tumpangan.. Tenang aja aku bukan orang jahat kok.. Hehehehe.." jawab Dewa
Setelah membayar kopi dan rokok, Dewapun kembali mengajak gadis itu mengobrol, "Eeee... Mbaknya asli orang Lerengwilis kah..?"
"Bukan mas. Kebetulan KKN aku ditempatkan di desa Lerengwilis.. Harusnya sih tadi siang ngumpulnya. Tapi karena ada hal mendadak ya jadinya gini deh..”
“Kalau mas ini asli orang Lerengwilis..?” tanyanya.
“Oh.. bukan, aku hanya ingin liburan aja disana. Cari suasana yang tenang.. Oh iya.. Kalau boleh tau saya panggil mbak nya siapa ya..? Aku Dede." ucap Dewa sambil mengulurkan tangannya.
Mendapat pertanyaan itu, gadis itupun sedikit tertawa kecil, "Hhmmmm.. Ngajak kenalan nih ceritanya..? Hahahahha..."
"Eemmm.. Aku Naia.." jawabnya sambil menjabat tanganku
Tak berapa lama, mobil yang dipesan oleh Naia sudah sampai di depan stasiun. Naia langsung memasukkan kopernya ke bagasi dan masuk ke dalam mobil, Dewa memilih duduk di depan di samping pak sopir dan Naia duduk di bangku tengah.
Untuk mengusir jenuh, Dewanggapun memulai obrolannya dengan Naia di perjalanan "oh iya.. mbak Naia kuliah dimana..? Jurusan apa..?"
"Jangan panggil mbak Lah, panggil aja Naia. Lagian mas Dede lebih tua dari aku kan..? hehehehe.."
"Eemm.. aku kuliah di Universitas Tri Dharma, jurusan Komunikasi.."
"Kalau mas Dede kuliah juga apa kerja..? Dimana..?" tanyanya balik.
"Kerja, tapi barusan resign. Pengen istirahat, jenuh.. Makanya pengen cari tempat yang tenang.." jawab Dewa
"Eh.. Tapi kok bisa sih hp sampai jatuh..?" ujar Naia
"Ya namanya juga apes, tau sendiri kan di Stasiun Mataraman itu rame banget. Jadi ya gitu deh, desak-desakan. Entah jatuh entah dicopet.." jawab Dewa sambil mengangkat bahu.
Mobil melaju kencang, jalanan yang sepi membuat perjalanan seakan di jalan tol. Naia gadis manis yang supel dan sederhana membuat obrolan kami mengalir begitu saja sehingga kita menjadi cepat akrab.
"Emang mas Dede kerja dimana dulu..? Di perusahaan apa..?" tanya Naia
"Oh.. Eeeeee... Itu aku kerja di perusahaan itu yang berhubungan dengan keamanan gitu, di kota B.." jawab Dewa gugup
Kota B merupakan ibukota negara, kota dimana markas pasukan elite Ganendra berada.
"Oh.. Semacam security gitu kah..? Eemm.. aku pikir tadi mas Dede itu anggota tentara atau polisi gitu.." jawabnya
Mereka berdua asik mengobrol, sementara mobil yang mereka tumpangi berjalan dengan kecepatan sedang. Naia pun tampaknya sudah kelelahan dan tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
change
goooo
2023-08-26
1
Maryani Sundawa
lanjut baca
2023-08-11
1
Tara
Keren Ada desa namanya lerengwilis.. 👍
2023-05-30
2