Dewa menyusul Loreng masuk ke dalam sasana beladiri milik Roni. Dia sengaja memperkenalkan diri sebagai pemilik baru tempat itu untuk memprovokasi mereka semua. Roni tertawa ketika mendengar ucapan Dewa, "Hahahahaha… Menjadi pemilik tempat ini..? Apa kamu pantas..?" ucap Roni mulai emosi.
Dewa menyalakan rokoknya dan menghembuskannya untuk mengejek Roni, "Puuuffff.. Pantas atau tidak kamu bisa buktikan sendiri, karena kedatanganku kemari bukan untuk beradu mulut denganmu, tapi aku menantangmu dalam pertarungan.." ucap Roni sambil menunjuk Roni.
Jawaban Dewa membuat salah satu anak buah Roni emosi. Tanpa diperintah, dia langsung maju dan menyerang Dewa, "Bacoooott..!! Kau tidak pantas melawan Roni.." ucapnya sambil menyerang.
Tapi tendangan Dewa lebih cepat dari serangan pemuda itu dan telak mendarat di dada anak buah Roni. Pemuda langsung terpental lalu menabrak tumpukan matras.
Jduuuuaaaagg.. Braaaaaakk..
"Aku hanya menantang Roni, bukan yang lainnya. Sebaiknya kalian diam dan lihat saja bagaimnaa aku menghajar Roni.." ucap Dewa tegas
Melihat temannya terkapar tak sadarkan diri, anak buah Roni lainnya yang semula ingin maju menyerang tiba-tiba mundur.
Sebagai seorang petarung, Roni mempunyai harga diri yang tinggi, "Jadi kamu ingin menantangku..? Baik aku terima.. Kapan dan bagaimana aturannya..?" ucap Roni.
"Sekarang saja, disini dan tanpa aturan.. Kau bebas menggunakan apa saja untuk melawanku dan aku hanya memberimu tiga kesempatan saja untuk menyerangku, dan aku akan merobohkanmu dengan satu serangan saja.." jawab Dewa sambil mengacungkan 1 jari.
"Wuuuuuiihh.. Pedas juga ucapanmu.." ucap Roni sambil memakai sarung tangannya yang dilengkapi plat besi di dalamnya.
Roni maju dan mengarahkan pukulannya ke wajah Dewa. Dengan menggunakan langkah kalimasada Dewa bergerak dan dengan cepat dia berada di belakang Roni.
Whussssssh..
"Satu......!!" teriak Dewa
Roni sangat terkejut dengan pergerakan Dewa, "Apaaaa..? Cepat sekali dia..?" ucap roni dalam hati.
Tak ingin membuang kesempatan, Roni segera menyusulkan tendangannya ke arah perut Dewa, tapi dengan mudah Dewa menangkis tendangan Roni.
Ctaaaaaapp..
"Dua.....!!" teriak Dewa lagi.
Pada gerakan selanjutnya, Roni mengarahkan pukulannya ke arah wajah Dewa, tapi tendangan Dewa lebih cepat dari pukulan Roni. Tendangan Dewa mengenai perut Roni hingga roni terpental jatuh ke lantai.
Jbuuuuuuaggg.. Bruuuuugg..
"Tigaa.." teriak Dewa dan langsung maju dengan cepat mendekati Roni yang tergeletak di lantai. Tangan kanan Dewa mencengkeram pundak kiri Roni, dan berkata, "Kau kalah.."
"Aaaaahhhh...." teriak Roni.
Dalam posisi yang kurang menguntungkan itu, Roni masih berusaha menyerang Dewa dengan tangan kanannya, Dewa dengan secepat kilat memukul pundak kanan Roni dengan tangan kirinya hingga tulang pundak Roni bergeser..
Claaaaaaakk..
"Aaaaaaahhhhh... S-sakit-sakit.." teriak Roni kesakitan.
"Bagaimana..? Masih mau diteruskan..?" tanya Dewa
"A-ampun.. Ampun, s-sudah cukup aku menyerah.. Sasana ini kamu sekarang bosnya.." ucapnya sambil merintih kesakitan.
Dewa tersenyum mendengar jawaban Roni, dia melepas cengkraman tangannya, "Aku tidak akan mengambil sasanamu, tapi sebagai gantinya kau dan anak buahmu sekarang harus mengikutiku, bagaimana..?"
"Jadi aku harus jadi anak buahmu..? Begitu..?" tanya Roni sambil meringis menahan sakit.
"Yaaa bisa dibilang begitu, kenapa..? Kamu menolak..?" tanya Dewa sambil mencengkram kembali pundak Roni.
"Aaaaaaa.. Sakit-sakit-sakit... B-baik-baik aku ikut, aku akan jadi anak buahmu.." jawab Roni.
"Baik, tapi kalau kau berkhianat kepadaku, maka aku akan membuat seluruh tulangmu hancur.. Kau paham bukan..?" ucap Dewa diikuti anggukan Roni.
Melihat kesungguhan Roni, Dewa melepas cengkramannya dan membantu mengembalikan engsel pundak Roni yang bergeser.
Klaaaaakk.. kraaaakk..
Roni berteriak menahan sakit di pundaknya, "Aaaahhhh.. S-sakit.. sakit.."
"Sudah, gerakkan pundakmu. Aku sudah mengembalikan posisi tulangmu.." ucap Dewa.
Roni tersenyum lebar setelah merasakan pundaknya tidak sakit dan bisa digerakkan lagi. Sebagai pasukan elit, Dewa pernah belajar tentang struktur tulang manusia. Sehingga dia tau teknik serangan yang bisa membuat tulang musuh cidera dan cara memperbaiki saat terjadi cidera tulang.
"Bagus.. Sekarang kamu berdiri dan umumkan pada anak buahmu.." ucapku.
"Mulai sekarang bos Dede adalah bos kita.. Apapun yang diperintahkan bos Dede, harus kita laksanakan.. Kalian paham..?" teriak Roni.
"Paham boss.." jawab anak buah Roni
Setelah Roni selesai bicara, Dewa mulai angkat bicara di hadapan Roni dan anak buahnya, "Sasana ini tetap milik kalian, jadi kalian tetap bebas berlatih disini.. Aku akan mencukupi segala kebutuhan untuk kalian berlatih.. Tapi aku akan membuat aturan disini, dan siapapun harus mentaati aturanku. Mulai saat ini, sasana ini hanya tempat untuk berlatih beladiri, bukan tempat berkumpulnya gerombolan preman. Jadi tidak ada lagi premanisme, minuman keras apalagi narkotika.. Kalian paham..?!!" ucap Dewa tegas
"Paham boss.." sahut mereka.
"Loreng..!! Kemari..!!"
"I-iya boss.." jawab loreng sambil berlari ke arah Dewa
"Aku tau kau yang menguasai preman di pasar Lerengwilis. Mulai saat ini, stop minta uang keamanan sama pembeli dan pedagang di lingkungan pasar. Kamu dan anak buahmu kelola saja parkir.. Buat pembeli dan pedagang merasa aman dan nyaman saat mereka belanja, paham..?!" ucap Dewa tegas.
"I-iya boss. Aku paham, a-aku akan melaksanakan sesuai yang bos perintahkan.." jawab Loreng ketakutan.
"Dan kamu Ron, aku tau kau petarung hebat. Mulai sekarang pilih 10-15 anak muda yang memiliki potensi, latih mereka menjadi petarung sepertimu.. Apapun kebutuhan latihan aku akan mencukupinya.." ucap Dewa.
"S-siap boss.." jawab Roni.
Loreng bertanya perihal perintah yang diberikan Suwarno kepadanya, "Eeeeee.. maaf boss, urusan sama Suwarno bagaimana..?" tanya Loreng.
"Bilang sama Suwarno kamu berhasil menghabisiku.. Ambil bayaranmu, lalu berikan setenganya kepada Roni untuk membeli alat-alat latihan dan setengahnya lagi gunakan untuk menata lahan parkir.."
"Satu lagi, kirim anak buahmu untuk melindungi mahasiswa yang sedang KKN di Lerengwilis.. Cukup suruh mereka nongkrong di warung samping balai desa saja.." Dewa memberi perintah kepada Loreng.
"Siap boss.." jawab Loreng.
"Kalau begitu aku pergi dulu.. Siapapun yang tidak menuruti perintahku, siap-siap tulang kalian akan berpindah tempat.." Dewa mengancam mereka semua.
"Siap bos, aku akan mengatur mereka.." jawab Roni
Dewa meninggalkan sasana dan mampir membeli martabak telor sebelum pulang ke rumah.
Roni bingung dengan ucapan Loreng. Diapun menanyakan kepada Loreng, "Reng.. Ada urusan apa sama Suwarno..?" tanya Roni.
Lorengpun menceritakan kejadian yang menimpa Wawan hingga dia disewa Suwarno untuk menghabisi Dewa. Roni hanya menelan ludah mendengar cerita dari Loreng, ada ketakutan yang menggelayuti hatinya, "Apa bos Dede itu siluman..? Tulang Wawan dibuat hancur dengan satu remasan saja, bagaimanapun Wawan itu seorang petinju.." gumam Roni dalam hati.
*****
Sementara itu di rumah Dewa, Naia dan Silvia asik mengobrol sambil menunggu Dewa pulang, "Mas Dede lama banget ya Vi..? Kemana aja sih dia..?" tanya Naia tampak cemas.
"Kamu menghawatirkan mas ganteng..? Eh, Naia.. Kamu jujur deh, kamu suka kan sama dia..?" tanya Silvia serius.
"Eh.. Apaan sih, b-bukan anu, eee.. i-itu kan dia bawa motor si Oki kan ya.. Takutnya nanti motornya itu mogok apa gimana gitu.. Lah, siapa bilang aku suka sama mas Dede..? Jangan ngarang deh ah.." jawab Naia gagap.
"Nai.. Aku kenal kamu gak satu dua bulan.. Kita berteman itu dari SMP.. Aku itu tau apa yang ada dalam pikiranmu.. Masih gak mau jujur sama aku..?" tanya Silvia.
Mendengar ucapan Sulvia, Naia menjadi sedih, "Aku bingung Vi.. Aku gak mau sakit hati lagi.."
"Maksudnya mas Dede akan menyakiti kamu gitu..? Atau gimana..?" tanya Silvia penasaran.
Naia menghembuskan nafasnya, "Hhehhh.. Kamu ingat sama Reno kan..?" tanya Naia.
"Reno mantanmu itu..? Oh.. jadi kamu trauma diputusin cowok..?" tanya Silvia.
"Bukan.. Kami terpaksa putus.. Papa gak ingin aku pacaran karena sebenarnya aku udah dijodohin sama anak temen papa.. Kata papa, temen papa itu yang bantu papa saat masih susah, bahkan temen papa itu juga yang bantu papa ngelamar sampai nikah sama mama.." ucap Naia murung.
"Oohh.. Jadi kamu dijadikan alat untuk papamu membalas budi gitu..? Lalu kamu tau cowok yang akan dijodohkan sama kamu itu seperti apa..?" sahut Silvia.
"Gak tau apakah ini untuk membalas budi atau apa.. Yang jelas mereka sudah sepakat saat papa masih belum berjaya seperti saat ini.." Naia terdiam beberapa saat, dia menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya, "Aku belum pernah bertemu sekalipun dengan cowok itu, tapi yang pasti dia adalah kakak pertama Nuraini, seorang tentara.."
"Rencananya kami akan bertunangan saat aku lulus SMA, tapi waktu itu dia tidak datang di acara pertunangan kami dan keluarga Nur bilang bahwa sudah satu tahun lebih kakaknya tidak ada kabar sama sekali.. Keluarga Nur sebenarnya ingin membatalkan perjodohan ini, tapi papaku menolak dan tetap ingin melanjutkannya.." jawab Naia.
"Setahuku dari cerita Nur, kakaknya sampai sekarang juga gak ada kabarnya. Apa dia masih hidup apa gak juga gak diketahui.. Lalu kamu gak coba ngomong sama om Wira apa yang sebenarnya kamu inginkan..?" tanya Silvia.
"Sudah beberapa kali aku bilang ke papa, tapi tiap aku bahas masalah itu, sepertinya malah menambah beban pikiran papa. Apalagi setelah kejadian penculikan adikku itu, makin buat papa takut kalau aku dekat dengan seseorang.." ucap Naia.
"Maaf ya Nai.. Masalah ini aku malah gak tau.. Eee.. Mungkin kalau kamu sama mas Dede, om Wira bakalan setuju deh. Kan juga udah teruji dianya.." ucap Silvia sambil memeluk Naia. Disaat bersamaan, hp Naia berbunyi
Twiiing.. Twiiiing..
Naia mengambil hp nya dan membaca pesan yang masuk dari Nuraini.
[Nuraini] |Kak Naia dimana sekarang..? Kok gak ada di basecamp..? Silvia juga gak ada..|
[Naia] |Ini Silvia sama aku, lagi di rumah mas Dede. Kamu mau nyusul aja kesini..? Sebentar aku kirim share lokasinya.|
[Nuraini] |Okey.. Otewe ya..?|
"Siapa Nai..? Mas Dede kah..?" tanya Silvia.
"Bukan.. Nur lagi nyari kita.. Aku kasih tau kita disini.." jawab Naia.
"Eh.. Oiya, apa Nur tau kalau kamu dijodohin sama kakaknya..?" tanya Silvia.
"Jelas tau lah.. Makanya Nur panggil aku kakak, padahal umurnya tua dia setahun.." jawab Naia.
"Oohhhh.. Jadi gitu, dia udah anggap kamu kakak iparnya.. Tapi Nur kan masih punya kakak satu lagi..? Kenapa gak ganti dijodohin sama dia aja..?" tanya Silvia.
"Eh.. Kamu pikir aku barang apa..? Gak jadi yang satu pindah yang kedua.." ucap Naia sambil melotot.
"Hahahaha.. Becanda Nai.." jawab Silvia
Setelah mendapat share lokasinya, Nuraini langsung menyusul Naia dan Silvia di rumah Dewa. Tidak butuh waktu lama Nuraini sampai di rumah Dewa, "Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam.. Sini masuk Nur.." ucap Naia.
"Eh.. Kalian cuma berdua aja..? Mana nih yang punya rumah..?" tanya Nuraini.
"Masih keluar tadi ke bank katanya. Pinjam motor kita tadi, tapi belum balik sampai sekarang.." jawab Silvia sambil menuangkan teh.
"Lalu yang tinggal disini mas Dede aja..? Gak ada istrinya gitu..?" tanya Nuraini.
"Ada calon istrinya.. Niiiiihhhh.. Hihihihi.." jawab Silvia sambil nunjuk Naia.
"Eh.. Apaan sih Vi..? Jangan mulai lagi deh.." jawab Naia sebel.
Nuraini paham bahwa Naia merasa tidak enak hati dengannya karena candaan Sulvia, "Gak pa pa kok kak Nai.. Nur akan dukung siapapun pilihan kak Nai.. Yang penting kak Nai bisa bahagia dan selalu tersenyum.." jawab Nuraini sambil tersenyum.
"Nah tuuuuu... Nur aja setuju, lalu tunggu apa lagi..?" sahut Silvia.
"Udah ah.. Jangan bahas masalah itu dulu.. Ya..?" jawab Naia.
"Eh.. eh.. Dimana ya kamar mandinya..? Kebelet niiihh.." ucap Nuraini.
"Itu lurus aja lalu belok kiri.. Kebiasaan deh, suka beser.. Hihihi.." ucap Silvia
Dengan tergesa-gesa Nuraini segera menuju kamar mandi, Naia dan Silvia hanya tertawa kecil melihat ekspresi Nuraini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Faizal MohdNor
lanjut thor,smangat tulis novel
support dr malaysia
2023-01-27
2