Ketika Nafsu Birahi Lebih Besar Daripada Nafsu Menafkahi

Ketika Nafsu Birahi Lebih Besar Daripada Nafsu Menafkahi

Hamil lagi !!!

Dadang nampak mondar mandir didepan kamar mandi Rumahnya. Lelaki berperawakan kekar itu, bukanlah hendak buang hajat. Namun menunggu Siti. Istrinya yang kini tengah menggunakan testpack. Perasaan was-was menghampiri Dadang, berdiri lama disini namun tak juga mendapatkan kejelasan dari Istrinya, yang nampak betah didalam sana.

" Dek ! Gimana ? sudah belum ?"

Suara Dadang nampak bergema, seolah tak sabar dengan hasilnya.

Siti nampak lesu ketika keluar kamar mandi. Tanpa bicara perempuan berusia 30 tahun itu memberikan testpeck pada sang suami.

" Positif Dek ? " Suara Dadang terdengar berat. Sedikit kecewa dengan hasil yang menunjukkan garis dua pada alat uji kehamilan itu.

" Ya Bang ! Aku nggak mau tahu , pokoknya gugurin !" Siti tiba-tiba luruh kelantai. Ketiga anaknya masih kecil-kecil. Usia si bungsu bahkan belum genap dua tahun.

Jika harus punya anak lagi, naluri seorang Ibu milik Siti merasa tak sanggup.

Sungguh bukan soal rezeki yang dia takutkan. Tapi soal didikan.

Bagaimana dia bisa mengurus mereka dengan baik, jika beban pikiran tentang kelakuan suaminya yang tak pernah berubah.

" Kamu sih nggak KB . Aku kan sudah bilang buat KB !"

Dadang memandang Acuh kearah Siti. Bukannya simpati dan menenangkan sang Istri . Lelaki itu malah makin membuat Siti down.

" Anter aku ke bidan Siska. Siapa tahu dia ada solusinya !"

" Uangnya ada ? " cicit Dadang heran.

Siti mengangguk sebagai jawaban. Setelah izin ke tetangga dengan alasan untuk suntik KB. Sekaligus menitipkan Bara si bungsu. Setelah Bara anak bungsunya anteng di gendongan Salma tetangga Mereka.

Siti dan Dadang segera meluncur ke rumah Bidan Siska.

Untung di sana sepi, sehingga Siti langsung bisa mengatakan keluhannya.

" Terakhir haid kapan ? "

Siti menggeleng sebagai jawaban " Aku KBnya kadang 1 bulan sekali kadang yang tiga bulan sekali mbak"

" Oh jadi nggak tahu kapan haid terakhir ? "

" Ya." , Siti mengigit Bibirnya, nampak ragu untuk mengutarakan keinginannya yang nekat datang kesini "Apa bisa digugurkan mbak, minum sejenis obat gitu?"

" Ya mbak. Anak kami masih kecil-kecil. Gimana ngurusnya nanti !"

Dadang juga nampak menimpali.

Bidan itu nampak ragu, " Anak itu anugerah loh mbak ! Banyak yang menunggu bertahun-tahun tapi nggak dikasih.."

"saya mohon mbak...!" Siti menangis tanpa bisa dicegah. sedangkan Dadang nampak merangkul menenangkan.

" Gimana kalau USG dulu saja. Biar tahu berapa usia kandungannya, kalau masih dibawah dua bulan. Bisa dikuret..Di klinik A bagus tuh..."

Siti tercenung, duit darimana .Karena klinik yang direkomendasikan sang Bidan merupakan Klinik mahal, dengan pasien minimal kepala desa ,hhh

" duh mahal kan tuh klinik mbak ? gimana yah " Siti lagi-lagi nampak mengigit bibir, " USG aja mahal mbak, apalagi kalau harus Kuret..!"

Lagipula Siti benar-benar ngeri jika harus dikuratori.

" Nanti saya yang akan hubungi pihak klinik , saat kalian datang ke sana. Biar biayanya agak ringan. Saya niatnya bantu. Kebetulan saya kenal salah satu Dokter kandungan di sana. kalian bisa datang besok, karena jadwal praktek dokternya rabu dan kamis.."

" Ok mbak kita pikir-pikir dulu ya. Soalnya uangnya nggak ada." Siti kini menatap ragu-ragu kepada bidan muda didepannya, " Kalau obat pil gimana mbak, ada yang bilang bisa gugurin pakai semacam pil gitu"

" Sekarang kan obat-obatan lagi diawasi ketat mbak . Jadi kita nggak bisa kalau beli obat apapun tanpa resep dokter. Memang dulu obat semacam itu dijual bebas. Tapi sekarang, nggak lagi.."

Penjelasan Bidan Siska membuat Siti menunduk. digenggamnya erat uang 50 ribu yang dari tadi dia siapkan, mana tahu ada obat dengan harga sesuai kemampuannya. Sungguh tekadnya sudah sangat bulat. Tapi nampaknya keuangan mereka sedang tak mendukung.

" Pikirkan dulu gimana baiknya, kalau mbak setuju kuret. Mbak nanti hubungin saya aja. Biar saya kasih tahu ke teman saya."

Bidan itu menjelaskan lagi. Siti mengangguk , kemudian mengajak Dadang keluar karena sepertinya tak akan mendapatkan solusi seperti yang diinginkannya .

Ketika naik motor , Siti teringat dukun beranak yang mungkin bisa membantunya. Segera Ia meminta Dadang untuk menuju ketempat sang Dukun.

Sepanjang jalan menuju ke rumah sang Dukun. Siti terus meremas perutnya, berharap agar janin ini bisa di keluarkan,

" Saya hamil Mak ! bisa diurut saja. Kalau kuret saya takut.."

Siti langsung bicara ke intinya. Ketika mereka telah duduk berhadapan dengan sang Dukun.

Dukun itu biasa dipanggil Mak asih. sosoknya memang pendiam, Dan dia hanya mengangguk seraya mengisyaratkan Siti untuk segera tiduran dengan posisi kaki ditekuk.

" Kira-kira udah berapa bulan itu Mak ? "

Dadang bertanya ditengah aktifitas sang dukun memijat perut sang istri,

" Masih muda ini ! Balum berbentuk gumpalan, masih sangat rapuh. Mudah -mudahan setelah saya urut, segera keluar. ."

Ujar Mak Asih seraya menekan-nekan perut Siti.

" Setelah ini minum sprite ya ? Dan rutin minum yang anget-anget biar luruh.."

" Ini mesti datang untuk urut lagi atau enggak Mak ? "

Siti yang tengah memperbaiki posisi bajunya kembali bertanya

" Nggak usah. Cukup kok itu."

Mak Asih menghidupkan Rokok kemudian menyesapnya perlahan.

" oh kalau gitu makasih ya Mak.. Kita pamit , takut anak-anak nangis dan nyariin.."

Siti menyelipkan uang 50 ribu tadi ke tangan Mak Asih.

******

Segala cara Sudah Dadang dan Siti lakukan, untuk mengugurkan kandungannya. Namun mungkin Tuhan punya kehendak lain, karena janin itu masih teguh bertahan.

waktu yang berlalu membuat Siti Seperti orang hamil pada umumnya . Dia mulai merasakan pusing dan mual-mual.

Apapun yang Ia makan maka akan dimuntahkan kembali. Jangankan makanan. Air putih pun terasa mengaduk-aduk perut Siti.

Kondisi Siti yang seperti ini telah berlangsung berminggu-minggu, membuat Dadang emosi karena Siti tak pernah lagi memasak, mencuci pakaian. Bahkan beberes rumah.

Dadang memang membantu, namun lelaki itu akan mengomel panjang saat melakukannya, Siti merasa tertekan. Apalagi anak-anaknya tak terurus.

Beruntung ia mempunyai tetangga yang baik, yang setiap pagi dan sore selalu memandikan si bungsu.

" Dek ! inikan kehamilan kamu yang ke empat ? lawan dong jangan terlalu dimanja."

Siti yang masih berbaring di ranjang, kembali mendengar omelan Dadang

" Aku bisa mati kalau terus-terusan seperti ini ! Aku udah cari nafkah. masih harus masak, cuci baju. Bahkan rumah berdebu pun kamu biarin. Kamu pulang aja sana ke rumah Bibi, Aku muak."

Siti menangis , kenapa Dadang tega mengusirnya," Selama ini kan aku yang ngerjain semuanya Bang, aku juga nggak mau kondisiku seperti ini ! Bahkan minum air putih pun aku takut . Kamu seharusnya mikir gimana aku mau punya tenaga jika minum pun, aku bakalan muntah.."

" Makanya nurut kata suami. Aku kan suruh kamu KB. Malah ngeyel.."

Siti yang malas berdebat, Tak menghiraukan ucapan Dadang. Dia masih fokus dengan Hpnya sebagai pengalihan atas rasa lemas dan jenuh. Apakah ia harus memulai semuanya dari awal lagi saat ia juga hamil Bara karena kebobolan . Siti merutuki tubuhnya yang selalu saja selemah ini jika sedang hamil. Namun dia akui jika kehamilan keempatnya ini merupakan yang terparah, hingga membuatnya benar- benar kehilangan tenaga.

Terpopuler

Comments

Gunawan

Gunawan

kaya di dunia nya ya aja

2023-02-20

1

Gunawan

Gunawan

mantappp

2023-02-20

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Sama kaya aku tu Siti.

2023-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 Hamil lagi !!!
2 Siti yang salah ?
3 Tetangga terbaik
4 ipar baik
5 Amarah Dadang
6 Amarah Dadang 2
7 Dadang mengadu ke Emak
8 Nasehat Bapak
9 Dadang meminta maaf
10 Emak dan menantu istimewa
11 ipar Julid, Hesti menjerit
12 Anugerah terindah Siti
13 Menantu-menantu Emak
14 Pecah seribu
15 Apa keinginan Dadang ?
16 Alasan Dadang Dan nasehat Bapak
17 Emak berubah ?
18 Siti pendarahan
19 penyesalan Dadang
20 Cerai ?
21 Kedatangan Bude
22 keputusan Siti
23 keputusan Siti 2
24 Surat perjanjian
25 Awal yang Baru
26 Isi hati Siti
27 Awal mula
28 Dilamar !!!!
29 Serius !!!!
30 Tidak setuju ?
31 kamu istimewa
32 ketemu Keluarga Dadang
33 Bude!!! Aku jatuh CINTA...
34 panik !!!
35 Bertemu mantan
36 Bude tak setuju .
37 Terima kasih bude ..
38 ketakutan bude
39 Restu bude
40 Lamaran
41 menikah
42 Malam pertama
43 Bolong ( malam pertama 2)
44 Menantu pertama
45 Rumah mertua
46 kapan hamil
47 Mandul ?
48 kejutan tak terduga
49 Pilihan !!
50 Keramas
51 Keputusan dan pilihan
52 Masalah yang akhirnya datang.
53 Menantu beda perlakuan
54 Hadiah adik ipar
55 Bissmillah...
56 Ada apa dengan Emak ?
57 Harapan
58 Akhirnya.....
59 Emak sakit
60 Belanja
61 Rumah Baru , Awal baik atau buruk ?
62 Perut atau bawah perut ?
63 Hutang suami, hutang istri ?
64 Terlena
65 Solusi.. atau ?
66 Masalah yang sama
67 Solusi
68 Suami Idaman
69 menantu idaman
70 tulah karena fitnah
71 Uang kiriman !
72 Abang pulang, masalah datang
73 Cucu perempuan
74 Lamaran Agung
75 Agung Menikah
76 Rezeki tak terduga (ipar baik)
77 Menantu tertua
78 Betah di rumah.
79 Hubungan Baik
80 Ada apa dengan ku ?
81 Sesal !?
82 Titik balik ?
83 Entah kemana akan bermuara ?
84 keputusan final
85 Akhir dan Awal
86 Sesal
87 ikatan Ayah dan anak
88 Move on duluan
89 Istri Baru Dadang
90 Siapa Sandra ?
91 Dadang Pergi
92 Akhir bagi Dadang , Awal untuk Siti
93 Sandra berulah
94 Tuduhan
95 Rencana
96 Kalah Cepat
97 Rama Si sulung
98 Siti mengadu !!
99 Pengakuan Dadang
100 Siti dalam kenangan
101 Kemarahan Dadang
102 Sandra dan Sampah
103 Salsa dan masa lalu Siti
104 Sandra melahirkan.
105 Karma ?
106 kembalinya Ratu julid
107 Tetap Salah
108 Kehancuran Dadang, sukses Siti !
109 Perasaan Siti
110 Kedatangan Agung
111 tabur tuai?
112 Luka dan bahagia
113 Fakta Sandra
114 Langkah awal Dadang
115 prank
116 Dio sakit
117 Dio sakit 2
118 teguran yang manis
119 Trauma Dio
120 Bunda Elis
121 sipolos Bara
122 Karma lagi ?
123 Pasangan pas
124 Sandra oh Sandra..
125 Dilema !!
126 Rumah tangga atau rumah duka
127 Siasat Sandra , taktik Salsa
128 Kejutan Untuk Rama
129 pengakuan Siti
130 Fian kecewa
131 Akhir (Tamat)
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Hamil lagi !!!
2
Siti yang salah ?
3
Tetangga terbaik
4
ipar baik
5
Amarah Dadang
6
Amarah Dadang 2
7
Dadang mengadu ke Emak
8
Nasehat Bapak
9
Dadang meminta maaf
10
Emak dan menantu istimewa
11
ipar Julid, Hesti menjerit
12
Anugerah terindah Siti
13
Menantu-menantu Emak
14
Pecah seribu
15
Apa keinginan Dadang ?
16
Alasan Dadang Dan nasehat Bapak
17
Emak berubah ?
18
Siti pendarahan
19
penyesalan Dadang
20
Cerai ?
21
Kedatangan Bude
22
keputusan Siti
23
keputusan Siti 2
24
Surat perjanjian
25
Awal yang Baru
26
Isi hati Siti
27
Awal mula
28
Dilamar !!!!
29
Serius !!!!
30
Tidak setuju ?
31
kamu istimewa
32
ketemu Keluarga Dadang
33
Bude!!! Aku jatuh CINTA...
34
panik !!!
35
Bertemu mantan
36
Bude tak setuju .
37
Terima kasih bude ..
38
ketakutan bude
39
Restu bude
40
Lamaran
41
menikah
42
Malam pertama
43
Bolong ( malam pertama 2)
44
Menantu pertama
45
Rumah mertua
46
kapan hamil
47
Mandul ?
48
kejutan tak terduga
49
Pilihan !!
50
Keramas
51
Keputusan dan pilihan
52
Masalah yang akhirnya datang.
53
Menantu beda perlakuan
54
Hadiah adik ipar
55
Bissmillah...
56
Ada apa dengan Emak ?
57
Harapan
58
Akhirnya.....
59
Emak sakit
60
Belanja
61
Rumah Baru , Awal baik atau buruk ?
62
Perut atau bawah perut ?
63
Hutang suami, hutang istri ?
64
Terlena
65
Solusi.. atau ?
66
Masalah yang sama
67
Solusi
68
Suami Idaman
69
menantu idaman
70
tulah karena fitnah
71
Uang kiriman !
72
Abang pulang, masalah datang
73
Cucu perempuan
74
Lamaran Agung
75
Agung Menikah
76
Rezeki tak terduga (ipar baik)
77
Menantu tertua
78
Betah di rumah.
79
Hubungan Baik
80
Ada apa dengan ku ?
81
Sesal !?
82
Titik balik ?
83
Entah kemana akan bermuara ?
84
keputusan final
85
Akhir dan Awal
86
Sesal
87
ikatan Ayah dan anak
88
Move on duluan
89
Istri Baru Dadang
90
Siapa Sandra ?
91
Dadang Pergi
92
Akhir bagi Dadang , Awal untuk Siti
93
Sandra berulah
94
Tuduhan
95
Rencana
96
Kalah Cepat
97
Rama Si sulung
98
Siti mengadu !!
99
Pengakuan Dadang
100
Siti dalam kenangan
101
Kemarahan Dadang
102
Sandra dan Sampah
103
Salsa dan masa lalu Siti
104
Sandra melahirkan.
105
Karma ?
106
kembalinya Ratu julid
107
Tetap Salah
108
Kehancuran Dadang, sukses Siti !
109
Perasaan Siti
110
Kedatangan Agung
111
tabur tuai?
112
Luka dan bahagia
113
Fakta Sandra
114
Langkah awal Dadang
115
prank
116
Dio sakit
117
Dio sakit 2
118
teguran yang manis
119
Trauma Dio
120
Bunda Elis
121
sipolos Bara
122
Karma lagi ?
123
Pasangan pas
124
Sandra oh Sandra..
125
Dilema !!
126
Rumah tangga atau rumah duka
127
Siasat Sandra , taktik Salsa
128
Kejutan Untuk Rama
129
pengakuan Siti
130
Fian kecewa
131
Akhir (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!