ketiga anak Siti dan Dadang kini telah lelap dalam tidur mereka. Jam di dinding menunjukkan pukul 21 WIB. Mata Siti memang masih cerah. Namun dia lebih memilih fokus kegawai nya. Keberadaan Dadang seolah tak terlihat olehnya.
Ketika suaminya itu mendekat , Pikiran Siti langsung tertuju pada sesuatu yang akan dilakukan Dadang ! Akankah Dadang minta haknya sebagai suami. Bukankah mereka baru saja berdebat panjang. Sifat Dadang yang tak ingin tahu kesakitan Siti ini memang menjadi kebiasaan atau bahkan mungkin sudah jadi candu. entahlah Siti benar-benar berusaha keras agar terbiasa dan memaklumi sikap dan sifat laki-laki yang telah menjadi imamnya selama lebih satu dekade itu.
" jangan mendekat ! " Siti nyaris berteriak ketika Dadang berusaha memeluknya. " Aku tidak mau tidur anak-anak terganggu. Jadi hentikan. "
Dadang tampak sedikit tersinggung dengan reaksi Siti yang seolah jijik itu " Abang cuma mau minta Maaf dek ! "
" Aku maafkan. Tapi aku nggak mau disentuh untuk saat ini " Siti membalik badannya kearah Bara, setelah meletakkan Hape di bawah bantalnya, mengantisipasi jika Dadang menggunakan gawainya untuk nonton B*kep. Memang jika telah menjadi hobi akan sulit untuk dicegah dan diingatkan.
Dadang beringsut mundur, setelah menyelimuti Siti yang kini seolah telah terlelap. Meski agak kesal kenapa Siti menyembunyikan Hp. tapi tetap saja dia sadar akan kesalahannya.
Dadang menahan Diri agar tak keluar dan memilih warung kopi sebagai tempat nongkrongnya. Dia yang memang susah jika tidur terlalu awal. memilih mencuci pakaian yang menumpuk. Piring kotor pun masih nampak berantakan di atas meja makan.
sejujurnya Melihat kondisi ini ingin rasanya Dadang mengomel, namun wajah Bapak seolah menari di pelupuk matanya. Tak bisa dia bayangkan jika harus bercerai dengan Siti dan mengurus anak-anak mereka seorang diri.
****
Siti mengucek matanya yang masih sangat berat. Ternyata pura-pura tidur demi mnghindari Dadang membuatnya benar-benar ketiduran dan baru terbangun ketika mendengar Bara yang berceloteh dengan Dadang , sang Ayah.
" Aku sudah masak sambel balado dek, juga sayur Sop untuk Anak-anak.."
Siti hanya berlalu dan langsung mengambil handuk untuk mandi. Aroma sop menguar di indra penciumannya .
Dadang memang hanya bisa memasak sayur dengan jenis yang sama, Tapi anak-anak yang seolah ketagihan dengan masakan sang Ayah, Menjadi alasan untuk Siti tak protes maupun mengusulkan lauk jenis lain.
Siti memperhatikan setiap sudut Rumah yang telah Rapi. Piring telah tersusun di rak, baju-baju pun telah memenuhi halaman belakang rumah .
Siti tersenyum kecil, meski sudah sering Dadang melakukan semua ini setelah pertengkaran mereka. Namun tetap saja tindakan Dadang ini membuatnya merasa lucu.
" Dek. Kata Bu Susi kita bisa ngajuin pinjaman mekar lagi. soalnya pinjaman lama kita kan sudah mau selesai.." Dadang bicara hati-hati setelah melihat Siti duduk didekatnya seusai mereka makan.
Siti memperbaiki posisi Bara di pangkuannya, Bara memang tengah asyik nonton yout*be .
"memang mau ambil berapa ? untuk apa uangnya ?"
Dadang nampak bersemangat mendengar respon Siti " Buat bayar bank bulanan dek. Sekalian nambahin modal buat kamu jualan online.."
Siti kini fokus kearah Dadang
" Abang serius suruh Siti Jualan lagi. Nanti malah marah , dibilang Siti main hp terus ? "
" Ya kalau bermanfaat sih Abang ridho' in Dek. Maaf Ya Abang nggak ngertiin kamu yang niatnya baik untuk keluarga kita "
Dadang mengambil alih Bara dari pangkuan Siti. " Buatin Kopi dek, Rasanya udah lama Abang nggak minum kopi buatan kamu !"
Siti langsung beranjak dan mengerjakan apa yang diminta Dadang. Sebenarnya dia senang Dadang mensuport nya untuk jualan dan berniat untuk memberinya modal. Tapi jika modal itu didapat dengan cara berhutang. maka sama saja akan menyusahkan mereka juga nantinya. Apalagi mengingat tabiat Dadang yang tak bisa lihat ada uang nganggur sedikit jiwa malasnya akan kembali.
suara Air yang telah mendidih membuyarkan lamunan Siti. Dengan segera dia menuangkan air tersebut pada gelas yang telah terisi kopi beserta gula.
" Gimana dek ? Kamu setuju kan? " Dadang masih penasaran dengan jawaban Siti kembali mencecar istrinya itu dengan pertanyaan yang sama, sekembalinya Siti dari membuat Kopi.
" Ini Bang awas kena Bara."
Siti mewanti -wanti Dadang sebelum akhirnya mengambil Bara dari Dadang, " Kalau menurutku nggak usah deh Bang ! maaf bukannya Siti nggak menghargai Kerja keras Abang. Tapi apa nggak pusing , kalau setiap Minggu harus mikirin Uang belanja dan juga uang mekar. walaupun nggak makan pake lauk kayaknya lebih baik deh Bang. Daripada stress mikirin gimana dapat uang buat bayar Hutang riba itu.."
Siti menjelaskan hati-hati. Takut Dadang salah mengartikan pendapatnya.
"Kan Rezeki udah ada yang atur dek. Lagian Abang kan sudah berusaha. Sebentar lagi juga bakalan musim panen kopi jadi bisalah kalau harus bayar perminggu.. "
" Yah udah Bang. Aku udah ingetin kamu. Nanti kalau pusing mikirin gimana bayarnya jangan ngadu ke aku.."
Siti mengendong Bara, karena memang ini adalah waktu tidur siang Bocah itu.
Dadang nampak memikirkan ucapan Siti. Tapi Dia juga bingung karena harus membayar bank bulanan seminggu lagi. nominalnya memang kecil tapi jika menilik pendapatan Dadang yang hanya 50 ribu perhari tentu sangatlah tak seimbang.
"Dek ! Abang bakalan tetap pinjam. Abang janji nggak akan musingin kamu soal pembayarannya lagi !!!"
Suara Dadang yang sedikit keras membuat Bara terusik tidurnya, namun dengan Sigap Siti kembali mengelus punggung Bara hingga terlelap lagi.
Siti juga enggan menjawab seruan Dadang, prediksinya tentang keputusan Dadang kini telah terbukti, entah niatnya memang ingin meminta izin Siti atau hanya ingin memberi tahu saja. yang pasti meskipun Dadang telah bicara dan meminta pendapat Siti, keputusan akhirnya tetap saja Dadang yang akan menentukan Setuju ataupun tidaknya Siti tidak akan mempengaruhi keputusannya.
Bara yang telah terlelap,membuat Siti memanfaatkan waktu untuk mengintip lapaknya, siapa tahu ada orang yang berminat dengan dagangannya.
Senyumnya mengembang, ketika menemukan dua pesan dari dua akun yang berbeda. mereka ingin membeli gamis beserta baju Koko anak.
Dengan cepat Siti membalas pesan tersebut . sekaligus menghubungi Temannya untuk kembali memesan Barang yang tadi telah disetujui konsumen.
Sebagai pejuang online tentu saja jika ada yang memesan Barangnya maka Siti akan terlecut semangatnya untuk menambah dan melengkapi jenis pakaian yang dijualnya. Dengan senyum merekah Siti segera memposting produk-produk terbaru, yang sebelumnya telah dikirimkan oleh agen tempatnya menjadi reseller. Siti berharap rezekinya dan hubungan Rumah tangganya dengan Dadang sama-sama diberi kemudahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Dewi Payang
Amin....
2023-03-08
1