Pembantu Meresahkan
Berada di bawah kekangan lengan kekar Morgan membuat Utari kesulitan bergerak. Sebagian badannya tertutupi tubuh Morgan.
“Tuan! Tuan!”
“Tuan bangunlah.” Sambil mengguncang pelan bahu Morgan, Utari berusaha membangunkan pria itu.
“Tuan!”
Morgan tak merespon wanita yang terlihat sangat kesulitan mendorong tubuh di atas nya itu. Sepertinya Morgan sudah terlelap setelah kelehan menggauli Utari.
Detak jantung Morgan terdengar berdetak begitu kencang. Sesekali pria mabuk itu mengigau. “Bocah Bawel, bocah bawel kamu kah itu?” tanya Morgan.
Utari mengumpul sisa sisa tenaga nya yang ada, ia mendorong paksa tubuh Morgan yang terus menghimpit nya hingga tergeletak persis di samping badannya.
Utari berdiri segera dari pembaringan, ia mencari di sekitar pakaian yang ia kenakan sebelum nya. Ia harus segera pergi dari kamar itu.
Utari kembali mengenakan pakaiannya dengan buru buru. Ia mengantongi bra yang tak sempat ia kenakan. Sambil terus mencari di sekitar ranjang cela na dalam yang entah terlempar ke arah mana.
“Tidak, tidak aku harus pergi sekarang sebelum orang lain tau aku disini,” gumam Utari. Ia pun bergegas keluar dari kamar itu.
Dengan wajah gugup Utari berjalan cepat keluar dari rumah itu melalui pintu belakang.
“Utari!” sapa sang ibu yang sudah berdiri tepat di hadapannya. “Dari mana kamu?”
“I itu bu, Tari dari dalam. Tadi anu,” ia berusaha mencari alasan yang tepat dan berusaha tetap tenang. “ Ta-di lagi baca di ruang baca, ketiduran di sana bu,” lanjutnya terbata.
“Anak ini. Jangan pernah berpikir kamu adalah penghuni rumah ini, kamu hanya pelayan tuan. Kalau kamu di pecat karena ceroboh gimana? Kamu akan tinggal dimana?”
“Maaf bu, Tari nggak akan ulangi lagi,” jawab Utari sambil menunduk.
“Tuan sudah pulang?” tanya Sukma ibu nya.
“Tari nggak tau bu, mungkin belum, Tari nggak lihat,” jawab nya berbohong.
Sukma menggelengkan kepalanya sambil berdecak, “Ckck, sana kembali ke kamar kamu!”
“Iya bu.”
Utari berlalu dari hadapan Sukma. Wanita dengan istilah kepala asisten rumah tangga itu masuk ke dalam rumah utama, sedangkan Utari berlari kecil menuju bangunan lainnya di bagian belakang, bangunan di mana kamar para pelayan berada.
“Hufftt, untung saja,” gumam Utari dalam hatinya.
Waktu sudah menujukkan pukul dua dini hari. Perasaan Utari masih belum tenang. Ia masih memikirkan cela na dalam nya yang masih tertinggal di dalam kamar Morgan.
Tiba tiba terbesit dalam benaknya kejadian yang baru saja ia alami. Bagaimana mungkin ia pasrah begitu saja saat Morgan mulai melucuti pakaian nya satu persatu. Bukannya marah, ia malah menikmati kejadian itu.
Utari memukul kepalanya berulang ulang dengan pelan. “Bodoh bodoh, bagaimana aku akan menghadapi tuan besok. Bagaimana jika tuan mengatakan hal itu kepada ibu? Ya ampun, aku harus siap siap di tendang dari rumah ini, aku akan menjadi gelandangan sendirian tanpa rumah.”
Utari memasukkan seluruh badannya dari ujung kaki hingga ujung kepala ke dalam selimut. Ia terus berpikir keras kemungkinan apa yang akan terjadi dengannya esok hari.
“Ah, aku akan terus membantah kejadian itu. Tuan Morgan mabuk berat, ia pasti tidak ingat apa pun. Atau katakan saja wanita itu bukan aku,” Utari langsung keluar dari dalam selimut setelah menemukan ide brilian itu. “Tapi, cela na dalam ku ada di sana, haaaaaa bagaimana ini?”
Sepanjang malam Utari tidak tidur. Pikirannya sangat kalut. Hingga pagi harinya ia masih belum bisa memejamkan matanya hingga suara ketukan pintu terdengar.
Tok tok tok
“Tari,” suara sang ibu dari balik pintu.
“Tar, ayo bangun.”
Tok tok tok
“Iya bu,” sahut Utari. Dengan langkah gontai Utari berjalan ke arah pintu.
“Ada apa bu? Sekarang kan baru jam enam pagi,” ucap nya tak bersemangat.
“Kamu siapkan air jahe untuk tuan muda letakkan saja di samping meja nya. Biar bisa langsung di minum saat ia bangun. Trus siapkan rendaman air hangat dengan aroma citrus. Berendam air hangat saat mabuk bisa menghilangkan pengar. Ya setidaknya bisa mengurangi mual di pagi hari akibat alkohol. Ini kali pertama tuan mabuk seperti ini. Kamu harus siapkan semuanya dengan baik. Karena hari ini rapat penentuan tender dengan investor Jepang, tuan tidak boleh tidak fit,” ucap Sukma ibunya.
Utari melongo menatap ibunya. Ibunya sangat teliti dalam menjalankan pekerjaannya.
“Eh malah bengong, ayo sana,” lanjut Sukma.
“Tari cuci muka dulu bu.” Utari berbalik badan masuk kedalam kamar.
“Ya, aku harus menemukan cela na dalam ku. Ini kesempatanku sebelum tuan Morgan bangun,” gumam Utari dalam hatinya.
…..
Sementara itu di dalam kamar Morgan terbangun lebih awal pagi itu. Ia duduk termenung duduk di atas ranjangnya sambil mengingat ngingat kembali mimpi nya semalam.
Ia mengusap kepalanya asal kemudian mencoba berdiri dari ranjangnya. Karena agak sedikit pening Morgan kembali duduk.
“Apa karena minum terlalu banyak hingga aku bermimpi si bocah bawel itu? Haha aku tidur dengannya, aku tidur dengan bocah itu?” gumam Morgan dalam hatinya.
Morgan berdiri dari ranjangnya menuju lemari mengambil bathrobe untuk ia kenakan, kemudian tanpa sadar matanya tertuju ke arah bawah nakas, seonggok benda berwarna biru berada di sana.
“Apa ini?” Morgan mengamati benda yang baru saja di pungut nya. Cela na dalam berenda dengan pita besar di bagian belakang. “Cela na dalam wanita? Siapa yang meletakkan cela na dalam di kamarku?!”
Tok tok tok
“Siapa?” tanya Morgan.
“Tuan, saya Utari.”
“Masuklah,” sahutnya.
Saat itu juga Utari langsung masuk ke dalam kamar. Beberapa saat ia berdiam menatap wajah Morgan. Ia menunggu reaksi Morgan saat itu. Jika Morgan menyinggung kejadian semalam, berarti ia harus berlutut di hadapan Morgan, ia harus memohon agar pria itu tetap merahasiakan kejadian semalam. Ia juga harus memohon agar tidak di usir dari rumah itu.
“Ada apa? Kenapa menatap ku seperti itu?” tanya Morgan tiba tiba.
“Tu-tuan sudah bangun? Kenapa bangun lebih awal? Tuan mabuk parah semalam, seharus nya tuan masih tidur. Ayo tidur lagi tuan,” ucap Utari terdengar gugup.
“Tidur? Kamu menyuruhku tidur lagi? Aku ada rapat penting pagi ini. Aku harus ke kantor lebih awal,” jawab Morgan sambil terus menyembunyikan tangan kirinya ke belakang.
“Kalau begitu tuan mau mandi? Saya akan menyiapkan rendaman air hangat aroma citrus untuk tuan,” ucap Utari lagi.
“Untuk apa?”
“Untuk menghilangkan efek dari mabuk parah tuan semalam.”
“Kamu disini? Kamu melihatku mabuk parah semalam?”
“Ti-tidak, tentu saja tidak. Ibu menyuruhku melakukan ini. Kata ibu tuan mabuk berat semalam. Ini air jahe untuk tuan, Ibu juga yang menyuruhku membuatkan ini untuk tuan,” jawab Utari, ia bergegas menuju nakas meletakkan nampan dari tangannya.
Melihat pakaian Morgan berserakan di atas lantai, Utari langsung memungut satu persatu pakaiannya. Matanya meneliti sekeliling sambil mencari cela na dalam miliknya. Tidak menemukan di atas lantai, Utari mencari ke atas ranjang.
“Bercak merah, ya sprei ini juga harus aku ganti sekarang sebelum tuan melihatnya. Sepertinya ia memang mabuk berat. Ia tidak ingat yang dilakukannya. Haha, tentu saja, dalam keadaan sadar, tidak mungkin ia akan tidur dengan pembantunya sendiri.”
“Sprei itu baru di ganti kemaren, kenapa sudah di?”
“Bau alkohol, saya mencium bau alkohol yang sangat tajam di sini. Tuan mandilah, saya akan segera menyelesaikan pekerjaan saya dan keluar dari sini,” Utari dengan gesit melakukan pekerjaannya.
Beberapa saat utari keluar dari kamar Morgan dengan setumpuk pakaian kotor. Utari berjalan cepat menuju mesin cuci dan mulai menggiling semua pakaaian yang ia bawa dari kamar Morgan.
Sambil menunggu cucian, Utari terus terus termenung.
“Aku tidak menemukan cela na dalamku. Apa kemaren aku lupa, aku tidak mengenakan itu? Ya mungkin saja aku tidak mengenakan benda itu kemaren. Bukankah aku memang pelupa? Ya semoga saja, semoga saja aku tidak mengenakan cela na dalam ku.”
.
.
.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
CUKUP T∆U $∆J∆
Utari sangat meresahkan 😂
2024-05-12
1
CUKUP T∆U $∆J∆
udh digondol kucing kek nya😂
2024-05-12
1
CUKUP T∆U $∆J∆
noh nyangkut di rak sepatu😂
2024-05-12
1