Wajah sang ayah Marwan tersenyum tulus menyambut putrinya. Anak yang terdaftar dalam kartu keluarga nya itu sudah di anggap seperti anak kandungnya sendiri. Marwan sangat menyayangi Utari.
“Ayah, aku hanya pulang sebentar untuk mengunjungi ayah dan ibu, siang ini aku akan kembali ke Surabaya.”
Marwan mengangguk sambil mengusap kepala Utari. “Sekolah yang benar, dan jadilah orang sukses. Ayah selalu mendukung keputusan mu,” ujar Marwan. “Sebentar, kamu tunggu di sini.” Beberapa saat Marwan masuk ke dalam rumah kemudian kembali ke gazebo belakang rumah.
“Pegang ini,” ucap sang ayah sambil menyerahkan satu gepok uang kepada Utari.
“Ayah, aku masih punya uang simpanan. Simpanan aku selama bekerja di sini masih cukup kok,” tolak Utari.
“Bukan kah ibu mu selalu memotong uang gaji mu? Ambil lah ini. Ini simpanan ayah, sudah lama ayah ingin berikan ini kepada mu, tapi tidak pernah kesampaian,” ujar Marwan.
“Ta tapi ayah,” dengan berat hati Utari menerima pemberian tulus dari sang ayah.
“Bukan kah selama ini kamu yang selalu memberi kepada kami? Sekarang waktu nya kamu hidup untuk dirimu sendiri. Beli lah apa yang ingin kamu beli, lakukan hal yang menggembirakan. Jangan hanya sibuk mencari uang sampai lupa dengan dirimu sendiri,” lanjut Marwan.
“Terima kasih ayah, jaga kesehatan ayah.”
Setelah berpamitan, Utari kembali ke kamarnya. Beberapa barang yang sudah ia kemas langsung di bawa nya. Saat itu juga ia meninggalkan kediaman Milano untuk kembali ke Surabaya.
.
.
.
Beberapa saat sebelumnya di ruang makan…
sepeninggal Utari dari ruangan itu Morgan masih berdiri tertegun. Tak habis pikir dengan wanita yang baru saja ia lihat. Sosok yang selalu muncul dalam mimpinya.
Utari terlihat berbeda sekarang dan anehnya dia lah wanita yang ia lihat semalam saat ia mabuk.
“Aku sudah kenyang,” Morgan tak lagi melanjutkan sarapannya. Ia langsung pergi dari ruang makan.
Selvie menyusul di belakang Morgan, ia masih kesal kepada Morgan karena pergi begitu saja saat acara pernikahan sedang berlangsung.
“Mas. Mas aku ingin bicara,” ucap Selvie setibanya di dalam kamar.
“Tidak ada hal penting yang harus kita bicarakan.” tanggap Morgan sambil terus acuh.
“Mas, kita suami istri sekarang. Banyak yang harus kita bicarakan bersama. Sampai kapanpun segala hal dalam tumah tangga harus dibicarakan bersama,” gertak Selvie yang mulai terlihat emosi.
“Bukan kah perjanjian kita menikah hanya untuk sebuah status. Kamu sendiri yang setuju akan hal itu. Dan kamu tau pasti tidak ada perasaan apa pun di antara kita.”
“Tapi perasaan akan muncul seiring berjalannya waktu mas, kita hanya perlu usaha dan saling mendekatkan diri.”
“Jadi seperti itu rencana mu, menikahiku dan memaksa ku untuk mencintai mu?”
“Bagaimana pun aku istri mu sekarang,” Selvie berjalan maju mendekat kepada Morgan. Tekanan pada suaranya kini di turunkan dan ia berusaha tersenyum pada pria kaku itu. “Cobalah sejenak bersama ku mas, aku akan membuat mas tak bisa melupakan ku. Aku mohon.” Sambil melingkarkan lengannya di pinggang Morgan.
“Jangan berharap apa pun dari ku!” tolak Morgan sambil melepaskan pelukan Selvie dari tubuhnya.
“Aku sudah memesan ticket untuk bulan madu kita, dua hari dari sekarang,” ujar Selvie dengan tatapan tegas.
“Aku banyak kerjaan di kantor, tidak bisa ke mana mana dalam waktu dekat.”
Morgan yang sudah memegang setelan jas di tangannya langsung meninggalkan Selvie menuju kamar mandi. Ia kemudian keluar dengan setelan jas yang sudah melekat di tubuhnya.
“Aku tidak akan ke mana pun. Pekerjaan kantor tidak bisa aku tunda,” ulang Morgan.
“Urusan kantor kan masih ada ayah yang bisa tangani. Ayah yang menyarankan agar kita berlibur selama sepekan.”
“Urusan anak perusahan ada ayah mu, tapi di kantor pusat tidak bisa aku tinggalkan.” Morgan pun meninggalkan Selvie yang masih berdiri dengan wajah kesal.
“Sialan, pria hati batu itu! Setiap hari hanya memikirkan pekerjaan. Aku berhasil membuatnya menikahiku, tapi tidak bisa mendapatkan hatinya. Jika bukan karena ambisi ayah, aku lebih memilih tidak menikah dari pada menikahi pria batu itu!” gumam Selvie dalam hatinya.
Sementara itu di depan rumah sebuah mobil yang sudah terparkir di depan pintu sudah menunggu Morgan.
“Pagi pak,” sapa Eko, pria yang sedang duduk di balik kemudi.
“Pagi. Pak Danu kemana?” tanya Morgan kaget karena sopir pribadinya tiba tiba di gantikan orang lain.
“Pak Danu ijin pak, ia mengambil cuti 2 hari karena Istrinya melahirkan,” jawab Eko yang adalah kakak Utari.
“Kalau nggak ada pak Danu aku masih bisa nyetir sendiri. Kamu nggak perlu menggantikan tugas nya.”
“Pak Jerry yang menyuruh saya. Katanya bapak terlalu banyak minum kemaren, pasti butuh sopir,” jawab Eko.
“Ya sudah ke kantor pusat sekarang.”
“Baik pak.”
Selama perjalanan, Morgan terus memikirkan Utari. Padahal ia sudah berusaha melupakan Utari, tapi sangat sulit untuknya melepaskan bayangan Utari dari otaknya. Utari sudah hidup dengan nya lebih dari sepuluh tahun. Mungkin karena hal itu lah hingga Ia menjadi khawatir dan terus memikirkan gadis itu.
“Kamu sudah bertemu adik mu?” tanya Morgan tiba tiba.
“Maksud bapak Utari? Sudah 4 tahun aku tidak bertemu dengannya. Jika bapak tidak menyebut namanya, aku mungkin tidak ingat jika memiliki seorang adik,” ucap Eko ceplas ceplos. Ia mengungkapkan apa saja yang ada dalam otaknya.
“Ya kamu benar.”
“Bahkan kakak nya sendiri tidak pernah memikirkan adiknya. Bagaimana aku bisa terus memikirkannya? Aku sekarang memiliki seorang istri. Sebaiknya aku mulai belajar fokus pada istriku,” gumam Morgan dalam hatinya.
Morgan pun memutuskan untuk mencoba membuka hati nya untuk Selvie. Walaupun mereka menikah demi keuntungan perusahan. Morgan ingin mencoba menatap Selvie bukan sebagai sahabat lagi.
Saat itu juga Morgan menghubungi Selvie.
“Halo, makan malam lah dengan ku malam ini. Dan setelah beberapa pekerjaan di kantorku selesai, kita bisa memikirkan mengenai bulan madu kita,” ucap Morgan kepada Selvie istrinya.
Mendengar ucapan Morgan tentu Selvie sedang bersorak gembira dalam hatinya. Pria incaran nya selama beberapa tahun terakhir, akhirnya memiliki inisiatif terhadap hubungan mereka.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Siti Habibah
morgan otaknya gak pekah, gara" eko bilang blm pernah, ke temu sama adiknya....utari.
2024-11-17
0
@Kristin
Favorit ya Thor...
2023-02-24
1
Rose Yura🌹
mantap thor
2023-01-07
1