Menjelang sore Utari sudah tiba di Surabaya. Ia kembali melakukan pekerjaan sebagai karyawan part time sebuah salon kecantikan. Ia akan bekerja mulai dari pukul 4 sore hingga pukul 10 malam untuk mengisi waktu luang di tengah aktivitas kuliahnya.
Malam itu saat jam pulang kerja, Jessie dan Rayhan sudah menunggu Utari di depan Salon. Sudah menjadi kebiasaan mereka hampir setiap malam datang menjemput Utari dan mengajaknya makan malam. Tiga orang sahabat itu sudah hidup seperti sebuah keluarga. Mereka akan saling menyayangi dan saling menjaga.
“Tar,” panggil Jessie sambil melambai kan tangannya.
Utari berjalan cepat menuju mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan.
“Kalian kok tau aku disini?” tanya Utari. Karena setahu Utari, ia belum mengatakan kepada mereka kalau ia sudah kembali dari Jakarta.
“Feeling,” ujar Jessie.
“Kayak dukun aja,” gumam Rayhan dari balik kemudi.
“Dih, emang lu. Ga punya feeling sama sekali!?” sahut Jessie dengan tatapan sinis ke arah spion.
“Hmm, mulai lagi deh. Aku ga suka ya kalau ada yang berantem,” Utari mewanti wanti kedua sahabat nya itu yang memang demen beradu pendapat. Jessie si anak orang kaya yang manja dan Rayhan si pria mandiri dan penuh semangat juang.
“Kamu dengar sendiri kan ucapan nya barusan? Dia ngatain gue dukun?” protes Jessie.
“Lah emang aku ada sebut nama kamu?” sahut Rayhan dari balik kemudi.
“Ssssshhhhhhttt diam, kalau nggak stop mendingan aku turun sini!” gertak Utari.
Suasana dalam mobil menjadi hening sejenak. Wajah Utari menatap ke arah luar jendela, matanya menerawang gelapnya malam. Saat itu ia merasa enggan berpikir banyak karena perasaan kalutnya.
Hingga makan malam usai, Jessie dan Rayhan masih saling cuek. Sepertinya pertengkaran mereka bukanlah sebuah hal sepele.
Sebulan pun berlalu. Hubungan Jessie dan Rayhan menjadi semakin renggang. Mereka bahkan tidak pernah bertemu satu sama lainnya. Saat Utari bersama Jessie, Rayhan tak akan datang, begitu pun sebaliknya.
Hingga suatu pagi, mereka bertiga bersua di dalam kelas visual multimedia. Pertemuan yang tak bisa dihindari itu membuat Jessie dan Rayhan harus duduk bersama.
“Jess, Ray, kalian bisa kan nggak kayak anak kecil. Masa ga ada yang mau ngalah sih? Ayo baikan,” Utari menarik tangan Jessie dan Rayhan agar saling berjabat.
Meskipun sudah berjabat, wajah Jessie dan Rayhan tidak saling bertatap.
“Nggak bisa di biarkan, sepertinya masalah mereka bukan masalah sepele. Aku harus berbuat sesuatu,” gumam Utari dalam hatinya.
Usai jam kuliah ia membawa kedua sahabatnya itu menuju kantin langganan mereka dan mulai menginterogasi kedua sahabatnya itu.
“Jess, ada masalah apa? Kamu juga Ray, kenapa?” Utari menatap lekat wajah kedua sahabatnya.
“Kamu tanya aja Jess, dia akan menikah tapi nggak mau berbagi cerita dengan kita,” ucap Rayhan yang akhirnya menyerah akibat tatapan tajam Utari.
“Bener Jess kamu akan nikah?” tanya Utari.
Jessie mengangguk sambil manyun.
“Dengan siapa?” tanya Utari yang kini mulai penasaran.
“Dengan anak dari sahabat papa,” jawab Jessie, wajah yang semakin masam. “Aku bukan ingin merahasiakan. Aku sendiri masih memikirkan cara agar tidak menikahi pria pilihan papa.”
“Kamu nggak ingin menikahi pria itu?” tanya Utari.
“Dia nggak mencintai pria itu,” tambah Rayhan.
“Kalau kamu nggak suka kan tinggal protes ke orang tua kamu,” ujar Utari. Ia pun akhirnya ingat tujuan membawa kedua sahabat nya ke situ adalah untuk mendamaikan mereka. “Nah trus kalian kenapa bertengkar hanya karena hal sepele ini?” tanya Utari lagi.
“Dia nggak mencintai pria itu tapi sudah harus menikah tahun ini, jadi aku sarankan dia menikah dengan orang yang dia cintai. Iya wajar kan?” ujar Rayhan.
“Tapi siapa? Jadi aku minta dia perkenalkan aku kepada orang baik yang dia kenal, eh aku malah di semprot,” imbuh Jessie.
“Minta orang yang belum ia kenal untuk dinikahi kan ga banget?” ucap Rayhan.
“Kalau sudah kenal kan bisa jatuh cinta. Dari pada menunggu orang yang ga pernah peka jatuh cinta ya susah?!” bentak Jessie.
“Lihat dia mulai kasar. Aku hanya menyarankan agar mencari pria yang ia kenal saja kok susah?!” ujar Rayhan.
Utari yang berdiri di antara kedua sahabatnya itu mulai pening mendengar pertengkaran di antara mereka. Kedua orang bodoh itu sebenarnya sedang membahas apa? Dia sendiri tidak mengerti.
Tiba tiba pandangan Utari mulai gelap, ia memulai hilang keseimbangan dan jatuh terkulai di hadapan Jessie dan Rayhan.
Sontak kedua sahabatnya itu kaget. Mereka bergegas membawa Utari menuju rumah sakit terdekat.
Setelah tiba di rumah sakit, Utari langsung di tindak lanjuti di ruangan instalasi gawat darurat. Beberapa dokter di kerahkan untuk merawat Utari.
“Bagaimana keadaan sahabat saya dok?” tanya Jessie pada salah seorang dokter tang baru saja selesai memeriksa Utari.
“Tensi, detak jantung dan kadar oksigen dalam darah nya normal, agar lebih jelas kita tunggu hasil pemeriksaan lab,” ujar dokter itu.
Jessie menatap jengah ke arah Rayhan. “Utari pasti pingsan karena kamu. Coba tadi kamu ga marah marah,” sergah Jessie.
“Aku? Bukan nya kamu yang mulai membentak duluan?” Rayhan berusaha membela dirinya.
Pertengkaran kecil masih berlanjut di antara Jessie dan Rayhan. Walau pun dengan suara kecil, sahut sahutan dan adu argumen masih terus terjadi.
Hingga Utari sadar dan menyela keributan mereka saat itu.
“Kalian kapan akan damai? Apa nggak bisa tenang sedikit? Kalian bertengkar untuk hal yang tak berguna! Kenapa bukan kalian saja yang menikah?”
Jessie dan Rayhan berdiri tertunduk diiringi dengan wajah penyesalan.
“Maaf Tar, gara gara kami kamu sampai pingsan,” Ucap Jessie.
“Jadi kalian bisa damai sekarang?” tanya Utari. “Sini.” Ia mendekatkan kedua tangan mereka. Sedikit lama ia menggenggam kedua tangan sahabatnya itu, ia tak berniat melepaskan tangan mereka hingga seorang dokter tiba di ruangan itu.
“Pasien Utari?” Sapa si dokter kemudian menatap Jessie dan Rayhan.
“Apa hasilnya dok?” tanya Rayhan.
“Anda suaminya?” tanya dokter itu. “Selamat, istri anda sedang hamil sekarang.”
Utari tertegun pandangan menatap langit langit kamar berwarna putih. Apa dokter baru saja mengatakan hamil atau ia hanya salah dengar?
“Hamil dok?” tanya Jessie yang juga ikut syok.
“Iya, usia kandungan mbak Utari sekitar 5 minggu,” jawab dokter.
Ucapan yang tak mungkin salah lagi di telinga Utari.
“Saya akan memeberikan resep vitamin untuk menunjang kesehatan ibu dan janin. Selanjutnya calon ibu bisa rutin kontrol ke dokter kandungan ya,” ujar dokter itu.
“Baik dok terima kasih,” jawab Jessie kepada dokter yang kini mulai beranjak keluar dari ruangan itu.
Utari berbalik badan dan memejamkan matanya. Bulir airmata mengalir di kedua pipinya.
“Hal yang aku lakukan bersama Morgan kini membuahkan hasil. Bagaimana aku harus menghadapi hal ini? Apa kata orang orang? Aku akan melahirkan seorang anak tanpa suami? Anak ku akan menjadi seorang anak tanpa ayah. Aku tidak memikirkan konsekwensi seperti ini akan terjadi.”
.
.
.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Mr Crabb
sakti juga si morgan, 2 kali gol, langsung jackpot
2023-01-08
2
Orang Cantik
Next thor
2023-01-07
1
Rose Yura🌹
lanjut lagi
2023-01-07
1