Ayo Menikah

Ayo Menikah

Bab 1

Tetesan air mata terus mengalir membasahi kedua pipi, hati yang berkecamuk seakan di tikam belati membawa tubuhnya jatuh ke lubang sedalam-dalamnya. Seorang wanita menangis melihat apa yang terjadi, sangat nyata di hadapan mata.

Naura mengepalkan tangan dengan sangat erat, melihat dua orang yang sedang bercumbu. 

"Amar berselingkuh dengan sahabatku sendiri?" batinnya seraya menutup mulut menggunakan kedua tangan. Tak bisa menggambarkan suasana hatinya saat ini, pernikahan yang akan terjadi tiga hari lagi malah melihat momen panas di hotel yang tak sengaja didatanginya. 

Naura memutuskan untuk pergi dari sana setelah menutup pintu yang dengan ceroboh tidak dikunci oleh dua sejoli yang tengah bercocok tanam. 

"Apa kamu sudah percaya sekarang?" celetuk seorang pria yang menghentikan langkah Naura. 

Naura menoleh, menatap wajah tampan dari calon adik ipar. "Hem, aku sudah melihat segalanya." Ucapnya seraya menyeka air mata dan berusaha tetap tegar. 

"Ayo menikah denganku." Tegas pria itu enteng. "Aku sudah memperlihatkan segalanya padamu, mengenai kebenaran dari Amar dan juga tabiat buruknya. Apa kamu masih ingin melanjutkan pernikahan konyol itu?" Arya tersenyum seakan ingin memberikan pilihan kedua. 

"Apa maumu?" ketus Naura yang menatap tajam pada Arya, calon adik iparnya. Melihat suasana kiri dan kanan, tak ingin ada orang lain yang mengenali mereka dan bisa merusak citra keduanya. 

"Ikuti aku!" Arya berjalan lebih dulu, sedangkan Naura yang sedikit ragu terpaksa mengikuti pria itu yang selalu saja memberikannya tawaran. 

Keduanya berada dalam mobil hitam, saling menatap dengan pikiran masing-masing. 

"Aku punya tawaran menarik untukmu!" Arya memberikan sebuah berkas yang berisi perjanjian pranikah, membuat dahi Naura berkerut. 

"Perjanjian pranikah? Apa maksudmu memberikan ini?" 

"Apa kau masih berniat melanjutkan pernikahan dengan Amar atau tidak?" 

"Sudah aku katakan sebelumnya, aku tak ingin berurusan denganmu. Apa pedulimu mengenai urusanku? Ini tidak akan berpengaruh apapun padaku." Naura memang tak berniat untuk melanjutkan pernikahan yang akan diadakan tiga hari lagi, tapi dia juga tak ingin menikah kontrak dengan Arya. 

"Eits, kamu mau kemana?" Arya tersenyum tipis sambil memegang tangan Naura menghalangi niat wanita itu untuk keluar dari mobilnya. 

"Aku tidak tertarik berurusan dengan Amar maupun dirimu, lepaskan aku!" tegas Naura yang menatap pria itu tajam. 

"Ini tawaran yang sangat menarik, apa kau tahu? Amar memang mencintaimu, tapi kebiasaannya yang ingin berhubungan dengan banyak wanita tidak akan terlepas begitu saja. Coba saja kau pikirkan, menikah denganku akan membawa dampak yang sangat baik untuk kita berdua bagai simbiosis mutualisme, saling menguntungkan."

Naura mulai memikirkan rencana Arya yang ingin memberikannya tawaran gang begitu menarik, dengan membatalkan pernikahan dengan Amar dan menikahi calon adik iparnya sendiri, maka rasa sakit di hatinya segera terbalaskan dengan tuntas.  

"Berapa lama pernikahan kontrak berlangsung?" 

"Tidak lama, hanya satu tahun saja. Kita mempunyai musuh yang sama, bukankah sesama musuh bisa jadi sekutu untuk memperkuat kekuatan?" 

"Hem." Naura langsung mengambil berkas perjanjian pranikah kontrak yang akan di jalaninya satu tahun, tanpa membaca isi surat kontrak secara menyeluruh. Dia menyerahkan berkas itu dan memberikan kepada Arya yang sedari tadi tersenyum dengan sikapnya diselimuti dendam, amarah, dan rasa sakit di hati akibat dikhianati. 

"Apa kau tak ingin membaca isi perjanjian pernikahan kontrak?" Arya seakan memberikan wanita itu kesempatan untuk merubah keyakinan, tetapi Naura menggelengkan kepala dan keluar dari dalam mobil hitam. 

Arya melihat kepergian wanita cantik itu dan tersenyum, tanda tangan di perjanjian pernikahan mereka. Setelah puas, dia mulai mengemudikan mobil menjauh dari tempat itu. 

"Dasar wanita." Lirihnya pelan dan menggelengkan kepala. 

Naura menangis sejadinya di danau hijau, tempat yang selalu didatangi saat merasakan sedih. Meluapkan seluruh kekesalannya, rasa sakit pengkhianatan dilakukan oleh orang terdekatnya. 

"Amar sialan! Berani sekali dia berselingkuh dengan Lili, sahabatku sendiri. Apa kesalahanku dimasa lalu? Mengapa mereka begitu kejam dan menusukku dari belakang? Aku membenci kalian berdua." Pekik Naura sekeras-kerasnya, melemparkan batu sejauhnya yang dia bisa. 

Rasa sakit dikhianati terasa sedikit plong, dia memutuskan untuk duduk di kursi yang tersedia pinggir danau. Meneguk air mineral dengan rasa kebencian dan tak terima dengan penghianatan yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri. Masih terbayang bagaimana dua orang yang sangat dipercaya bercumbu mesra tepat di hadapannya, namun dia masih bersikap positif dengan mengambil hikmah dari kejadian tersebut. 

"Setidaknya aku tahu bagaimana karakter asli pria itu, beruntung sifatnya terbongkar sebelum pernikahan terjadi. Apa dia pikir aku ini wanita lemah dan menerima segalanya dengan lapang dada? Aku pasti membalas mereka yang mengkhianatiku." Batinnya seraya meneguk air mineral, tenggorokan yang tadinya kering akibat berteriak cukup keras. 

Naura segera kembali ke apartemen, melihat suasana tempat itu yang di dekorasinya dengan sangat rapi dan cantik beberapa bunga kesukaannya terpajang di dalam vas bunga. 

"Hah, aku wanita yang cukup bodoh percaya dengan mulut manis Amar dan Lili." Monolognya dan langsung menghempaskan tubuh di atas sofa empuk seraya menonton televisi, dimana begitu banyak pemberitaan media mengenai pernikahannya dengan Amar, pria tampan dan juga CEO dari perusahaan Wijaya. 

"Kenapa channel televisi hanya memberitakan hal ini saja?" Naura kembali kesal dan mematikan saluran televisi, memutuskan untuk tidur. 

Di sisi lain, seorang wanita dan pria baru saja selesai bermain. Mereka tampak sangat mesra, dan tak akan menyangka mengenai hubungan itu. 

"Permainanmu sangat hebat sekali, aku menyukainya." Puji Amar sambil membelai wajah wanita dalam dekapannya. 

Lili tersenyum saat mendapatkan pujian itu, sengaja menghidupkan televisi untuk mengetahui pemberitaan hari ini. Dia tersenyum puas penuh kemenangan, pria yang berada bersamanya saat ini sebentar lagi akan menikah dengan sahabatnya sendiri. 

"Naura yang malang, dia begitu bahagia dengan pernikahannya. Tapi, calon suami sahabatnya malah menghabiskan waktu denganku." Lili mencium kekasih dari sahabatnya dengan sangat lembut. 

"Jangan membahasnya sekarang, tapi kita berdua." Bisik Amar seraya menggigit pelan telinga kekasih gelapnya. 

"Kau nakal sekali, tapi aku menyukainya." 

Sudah lama Lili menyimpan dendam pada Naura, sahabatnya itu merupakan wanita karir yang sukses dalam menjalankan bisnis. Dia sangat iri dengan penghasilan dan pencapaian dari sahabatnya, terutama mendapatkan kekasih seperti Amar Atmajaya seorang CEO tampan dan juga kaya raya. Segala yang dimiliki harus juga dia miliki, menusuk dari belakang dengan menghianati tak membuatnya merasa menyesal. 

"Aku ingin lihat bagaimana pernikahan kekasih gelapku dan sahabatku dilangsungkan, pasti kehidupan rumah tangganya akan hancur." Batin Lili tersenyum licik, mengira kalau Naura akan menikah dan dia lebih leluasa menyakitinya. 

"Aku pria tampan dan juga sangat kaya raya, tidak masalah mempunyai kekasih gelap ataupun istri kedua, kekayaanku tidak akan habis dalam tujuh turunan." Gumam Amar yang tersenyum tipis seraya melanjutkan rutinitas panas mereka. 

Terpopuler

Comments

Ahsin

Ahsin

calon suami dan sahabat bangkei

2024-04-12

0

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

belom halal kok udah celab celub aja nih s Amar..dose Mar dose

2023-02-28

0

pipi gemoy

pipi gemoy

pede si Amar🤣

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!