Sesuatu yang tak bisa di gambarkan bagaimana perasaan yang tak karuan di hati Naura, cibiran itu jelas menyindirnya yang sangat berbeda dari ucapan dan juga refleks dari gerakan tubuhnya.
"Sebaiknya kau pergi ke kantor."
Arya bergidik mengangkat kedua bahunya dengan acuh, melihat kondisi wanita itu membuatnya khawatir hingga tidak ingin pergi kemanapun. "Aku bosnya jadi terserah mau pergi atau tidak."
"Itu bukan perusahaan milikmu melainkan kakek, jadi tidak ada alasan untuk tak berangkat ke kantor."
"Kakek pasti akan mendukungku."
"Benarkah? Kau penuh percaya diri sekali." Terlukis senyuman miring mencibir pria itu.
"Ya, tentu saja. Kau tidak mengenalku, ada begitu banyak alasan untuk meyakinkan kakek. Lagipula cuti untuk hari ini tak masalah."
"Hah, kau sangat pintar menjawab. Lalu, apa yang ingin kau lakukan?"
"Menemanimu ke dokter, ayo bersiap-siap! Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit, bisa saja ada penyakit dalam yang tidak kau sadari. Bukankah mengetahui lebih awal agar bisa di cegah kemudian? Sudahlah, kau tidak mengerti dengan teoriku."
Naura menghela nafas, mana mau di bawa ke rumah sakit hanya karena masalah sepele saja. Kondisi siapapun bisa drop apalagi tubuh yang di paksa bekerja lebih keras hanya suatu masalah. "Aku tidak ingin ke dokter." Sudah di putuskan dan final tak ingin di perdebatkan masalah itu lagi.
"Tapi kau harus__."
"Kenapa kau begitu perhatian padaku? Jangan sampai aku salah paham mengenai sikap yang kau tunjukkan padaku.
Arya mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas, sangat tipis dan terlihat seksi. Berjalan mendekat dengan tatapan intens yang terus melekat menyapu keseluruhan wajah wanita di depannya.
"Tunggu dulu, apa yang kau lakukan?" Naura sangat gugup dan memundurkan langkahnya, mata berani yang tersirat mempunyai tujuan tertentu yang tidak bisa di pahami olehnya.
"Kau gugup, apa sudah jatuh dalam pesona suamimu ini?" Arya melingkarkan tangannya di pinggang ramping wanita itu, menekannya hingga kedua pinggul mereka berdempetan.
Naura semakin gugup di buatnya di kala merasa sesuatu di bawah sana menegang, secepat mungkin mendorong tubuh kekar itu dan terlepas untuk sementara waktu tapi sialnya kembali dekat.
"Ini tidak benar." Sepasang mata indah tak sanggup untuk di pandang, Naura lebih mengutamakan keselamatan dan juga kesuciannya agar tetap terjaga, menghadiahkan itu untuk suaminya kelak. Bukan suami kontrak melainkan pria yang menjadi tambatan hati setelah hati di permainkan pria lain, seorang pria yang mengerti dan memahami dirinya.
"Apa kau tidak membaca isi kontrak itu? Di mana kita bisa melakukan hubungan intim layaknya suami istri normal, dalam kemarahan dan emosi kau menandatangani tanpa memeriksanya lebih dulu. Jadi, sah-sah saja jika aku meminta hakku sebagai suamimu."
Naura tak bisa berpikir panjang, sejelasnya dia memanglah ceroboh tanpa mempertimbangkannya untung rugi dari sebuah hubungan kontrak yang dijalin selama satu tahun lamanya, keringat yang membasahi dahi menandakan jika dirinya tidak bisa berkutik. "Arah bicaramu melaktur, tidak seharusnya kau membahas di luar topik."
Diam-diam Arya tersenyum geli melihat sikap Naura yang penakut, godaan demi godaan dia lancarkan pada wanita itu, hingga dirinya merasa kasihan dan melepaskannya. Bukan sebab itu saja, terbayang kenangan sang wanita dari masa lalunya. Secepat mungkin dia melepaskan kekhilafan sebelum di anggap pria yang tidak berpegang teguh pada prinsipnya.
"Astaga…apa yang aku lakukan." Arya segera sadar akan tingkat kejahilannya, dia tidak ingin jika dirinya terlalu terbuka pada wanita lain dan berjanji pada dirinya hanya mencintai Bella sampai akhir hayatnya.
*
*
Sudah tiga hari Naura berada di dalam Mansion, dan selama itu pula dua insan yang memadu kasih di kamar sebelah juga semakin gencar membuat suara desah*n, perlahan rasa itu berubah menjadi seperti biasa dan tidak masalah apa yang dia pengkhianat itu lakukan.
Notifikasi bergetar di ponsel, Naura segera mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memeriksa siapa yang menghubunginya di pagi hari sekali. "Lita? Kenapa dia tiba-tiba meneleponku?" gumamnya tak biasa dengan telepon dari sahabatnya.
"Halo."
"Kau dimana?"
"Aku di Mansion, ada apa?"
"Apa kau sibuk?"
"Setengah jam lagi aku akan sibuk berangkat ke butik dan bekerja."
"Aku meliburkan semua pegawai."
Dahi Naura berkerut, tanpa sepengetahuan Lita mengambil keputusan tanpa melibatkannya. "Kenapa? Apa ada hari spesial yang akan tiba?"
"Tidak juga, aku juga butuh liburan. Ada hal yang ingin aku katakan padamu, sebaiknya kau datanglah ke rumahku!"
"Suaramu terdengar serius, apa ada seseorang?"
"Ya, kau benar. Seseorang ingin menemuimu dan aku harap kondisimu sudah pulih total."
"Kau tenang saja, aku hanya demam seharu saja dan dua hari lainnya aku di kurung dalam sangkar emas ini. Apa kau tahu berita buruknya?"
"Apa itu?"
"Aku seperti rekaman yang sudah hafal setiap desah*n dua pengkhianat itu."
"Jadi bagaimana? Apa kau akan bertahan disana atau pergi dan melupakan balas dendam mu itu."
"Aku akan tetap melanjutkannya sampai kontrak itu berakhir."
"Hem, lumayan…ternyata kau tidak buruk seperti yang aku pikir. Cepatlah kesini karena seseorang ingin menemuimu."
"Baiklah."
Naura menutup telepon dan celingukan mencari keberadaan Arya di sekelilingnya, menghela nafas lega saat tak menemukannya di ruangan itu. "Bagus, akhirnya anjing penjaga sudah tidak ada di tempat." Gumamnya yang memutuskan untuk keluar secara diam-diam, pria yang menjadi suaminya itu selalu mengawasinya dan memastikan dia tidak keluar dari kamar.
Naura berhasil meloloskan diri dengan cara mengendap-ngendap, taksi online yang telah di pesan sudah menunggunya dan secepat mungkin masuk ke dalam untuk memerintahkan sang supir melajukan mobil.
Angin yang menerpa wajah di biarkan begitu saja, rambut yang terurai indah di biarkan tergerai. Perkataan dari Lita membuatnya penasaran, siapa yang mencarinya? Mencoba untuk menerka namun tak bisa menemukan siapa itu dan keputusan akhirnya menyerah.
Naura melangkah masuk ke dalam rumah sahabatnya, dengan penuh pertimbangan dan pikiran masak-masak, berharap jika itu bukanlah masalah besar.
Dua sudut mata mengarah pada seorang wanita paruh baya yang menengok dan tersenyum ke arahnya, zontal sangat aneh rasanya pertemuan sekian lama melihat semua itu dan benar-benar meresahkan. Dia sangat terkejut dan hampir tak mempercayai matanya sendiri, seorang wanita yang meninggalkannya.
"Naura." Pekik wanita paruh baya yang bergegas menghampiri, memeluk tubuh kaku tanpa ekspresi dengan kerinduan yang tak tertahankan. "Ibu sangat merindukanmu."
"Kenapa kau kembali?" tutur Naura dingin tanpa ekspresi, mengingat hubungannya dan sang ibu tidak berjalan baik."
"Jangan berkata seperti itu, aku ini tetap ibumu." Tekan wanita paruh baya setelah melepaskan pelukannya.
Naura tak menggubris perkataan dari wanita paruh baya yang begitu bersemangat menemuinya, melirik Lita marah karena sudah berhasil membohonginya. "Kau berbohong."
"Demi kebaikanmu." Jawab Lita yang merasa simpati akan hubungan sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Kar Genjreng
Ak belum baca tentang permasalahan.. Maura dan ibunya...apa kelewat 😭😭
2023-01-25
1
✨Nana✨
konflik apa ya antara naura sm ibunya?
2023-01-17
1
✨Nana✨
ada yg tau konflik naura dg ibunya itu apa?? apa q terlewat bacanya😩
2023-01-17
1