Dilanda kebosanan di kala dirinya tidak bisa melakukan apapun, ponsel yang seharusnya menjadi pelipur lara seketika lenyap di sita oleh pria yang tak berperasaan, zaman sudah semakin canggih tapi mengapa dirinya masih terjebak dalam penjajahan. Dia mengumpat sepanjang waktu, dan memutuskan menonton televisi yang siarannya tidak ada yang menarik dan memutuskan untuk mematikannya.
"Huff…sangat-sangat bosan, pria itu telah mencuri separuh nafas ku. Berani sekali dia memanfaatkan statusnya sebagai seorang suami kontrak merebut hal privasi milik orang lain, apa dia selalu begitu? Sikapnya kian hari tidak bisa di prediksi, terkadang marah tanpa alasan dan lembut beberapa saat kemudian. Tunggu dulu! Apa dia memiliki kepribadian ganda? Ya Tuhan…tolong bantu aku untuk mempercepat masa kontrak pernikahan ini, aku mencabut semua keinginanku untuk membalaskan dendam, dan tidak ingin terjebak dengan pria aneh itu." Monolognya yang berbicara sendiri, mungkin orang melihatnya percaya kalau dirinya itu tidak waras.
"Apa kau gila?"
Dan benar saja saat terdengar suara yang benar-benar mengklaim dirinya gila, Naura segera menoleh dan tersenyum saat mendapatkan kembali ponselnya. "Ponselku." Sentaknya meraih benda pipih tanpa menghiraukan kondisi pria yang terlihat sangat jengkel.
"Apa ponsel itu sangat berharga?"
"Tentu saja, ini privasi bagi sebagian besar orang dan aku akan menguncinya agar kau tidak semena-mena lagi." Tegas Naura.
Arya menyunggingkan senyuman tipis di wajah tampannya, melihat kepercayaan dari wanita yang menjadi istri kontraknya. "Apa kau pikir aku bodoh? Berusahalah bagaimana kau mengunci ponsel itu, sangat mudah untuk membukanya."
Naura menatap sinis dan juga menusuk pada pria itu. "Apa kau pikir aku percaya? Kau hanya bisa membual saja."
"Bisa ku buktikan." Sahut Arya tersenyum kemenangan, karena dia sudah mengutak-atik ponsel itu dan pastinya terhubung di ponsel juga laptop miliknya.
Melihat sikap yang meyakinkan dari Arya mengundang kekesalan semakin mencuat keluar, Naura mendekati wajahnya dan meneliti setiap inci wajah tampan itu. "Tuan penasaran, saatnya anda menangis karena aku dengan mudah mengganti ponsel yang baru." Dia kembali ke posisi semula seraya menyerahkan benda pipih itu ke tangan sang pria. "Terserah mau kau apakan benda itu, aku bisa menggantinya yang baru dan mengingat semua di sana." Ujarnya dengan sombong.
"Kau." Geram Arya yang kehabisan cara menghadapi wanita itu.
Suasana kembali tegang di saat Arya yang menindih tubuh Naura, tersirat sesuatu di dalam sana dan di bawah yang bergejolak hendak mengamuk.
Naura sangat terkejut dengan sebuah benda yang begitu terasa, sangat terkejut dan segera mendorong tubuh Arya hingga terjatuh ke lantai. "Sepertinya aku harus waspada darimu, tolong kondisi buah pisang emas mu itu."
"Berarti kau tidak merasakannya dengan benar. Heh, milikku ini bukan selevel dengan pisang emas tapi pisang raja dan juga pisnag tanduk."
"Ck, kau mengatakan itu tanpa beban."
"Kau ingin melihatnya? Boleh saja, tapi jangan sampai kau menginginkannya karena aku tidak akan memberikanmu untuk mencicipinya." Arya tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya menggoda sang istri dan sesekali mencolek tubuh Naura.
"Bedebah sialan! Bisa tidak kau tidak mencolek ku." Ketus Naura kesal.
"Apa ada larangan mengenai suami yang mencolek istrinya?"
"Oh halo, kau tahu sendiri kalau hubungan kita ini tidak seperti yang kau pikirkan. Jadi berhentilah bersikap kalau kau suami ideal."
"Heh, ternyata menggodamu lebih menyenangkan."
"He…he…he. Teruslah berusaha Tuan penasaran urusan orang."
"Wow, panggilan itu terdengar seksi." Arya menutupi rasa sesuatu di sana dengan bersikap seperti itu.
Naura kembali mencoba untuk menghubungi teman laki-lakinya yang bernama Bian, tidak tahu apa di lakukan Arya lada ponsel kesayangannya.
"Halo."
"Naura?"
"Aku belum sempat membaca balasan pesan singkatmu, apa yang kau bicarakan?"
"Bukan aku tapi kau."
"Eh, aku tidak mengerti."
"Kau keterlaluan sekali, menikah tapi tidak mengundangku? Apa aku benar-benar di singkirkan dari daftar tamu?"
"Hem, ayolah…ini sangat mendadak."
"Sampai-sampai tidak mengundangku? Kau tega sekali."
Naura tahu dan mulai mencerna kenapa Bian tiba-tiba ketus dan marah padanya, menatap sinis pada pria yang dengan santainya melambaikan tangan juga tersenyum padanya. "Sial, pasti si kaparat itu yang melakukannya. Awas kau!" geramnya di dalam hati, memperagakan tangan di kepal dan membelah leher jenjangnya menggunakan jari jempol, memberikan isyarat 'kau akan mendapatkan bagianmu, bersenang-senang saat ini'.
"Kau tidak akan tahu apa yang aku alami."
"Memangnya apa? Kau tidak ingin mengatakannya padaku?"
"Bukan begitu, tidak semua hal yang bisa aku bagi untuk saat ini. Aku harap kau bisa memahamiku setelah kita sudah lama menjalin pertemanan ini."
"Hem, baiklah."
"Tapi mengapa kau meneleponku tadi?"
"Bukan masalah besar, aku hanya mengatakan kalau kembali ke Indonesia dan ingin bertemu denganmu lebih dulu."
"Baiklah, kabari aku jika kau sudah sampai."
"Tentu."
Setelah sambungan telepon terputus, Naura melempar ponselnya sembarang arah dan berlari memberikan Arya pelajaran karena sudah menyinggung privasinya. "Dasar bedebah, berani sekali kau mengangkat telepon dari Bian. Apa yang kau katakan padanya?" pekiknya yang mengejar pria itu, tak lupa dengan sepatu yang tadinya terpasang di kaki kini berpindah ke tangan menjadi sebuah senjata melempari sang suami.
Bugh
"Auhh." Arya meringis kesakitan sambil memegangi bahunya yang terkena lemparan sepatu dari wanita itu, menatapnya dengan jengkel.
"Bagaimama dengan tanda cinta dariku, kau menikmatinya 'bukan?" Naura membungkuk dan mengejek Arya, dia sangat suka melihat ekspresi dari sad boy.
"Aku akan mengadukanmu pada kakek karena sudah bertindak kekerasan dalam rumah tangga." Ancam Arya.
"Oh, apa kau pikir aku takut? Mengadu saja pada kakek mu dan jangan lupa untuk tidur di bawah ketiaknya." Ledek Naura.
Keduanya bagai kucing dan tikus bermain kejar-kejaran, membuat semua perabotan berjatuhan dan ada beberapa foto tergantung pecah. Amar sangat terkejut dan penasaran apa yang terjadi di kamar sebelah, hatinya menjadi gelisah saat barang-barang berjatuhan.
"Apa mereka tengah berhubungan intim?" pikir Amar yang mendekatkan telinganya ke dinding, dia tidak menduga jika sepasang suami istri itu begitu absurd dan juga liar.
Amar tidak menduga jika aktivitas dari suami istri di kamar sebelah sangat memukau, dia yang bahkan seorang Casanova tidak sampai membuat kegaduhan dan semakin gencar untuk kembali mendapatkan sang mantan calon istrinya. Pikiran jahat mulai bermunculan, walau bagaimanapun juga Naura harus kembali padanya. Kini dia menyesal karena sudah melepaskan wanita yang di anggap membosankan, ternyata jauh dari ekspektasinya.
Siapa saja pasti akan salah paham dengan tindakan Naura dan Arya, mengira mereka berhubungan suami istri tapi nyatanya sangat berbeda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Diii
wow....hubungan liar yg bikin orang salah paham
2023-03-17
0
Kar Genjreng
setiap ketemu perang ga pernah akur.. heran ya aduhhh nanti kedengaran dengan yang merebut calon Suami mu loe
. Naura
2023-02-16
0
Arifa Zahra
hahah kayak tom and jery kalau kejar kejaran hancur semua barang
2023-02-13
0