Bab 16

Di pagi hari yang indah, seorang wanita terbangun dari tidurnya, membuka kedua matanya dengan perlahan sambil menggeliat. Senyum di wajahnya mengembang di kala melihat mentari yang masuk melewati sela-sela kaca bening jendela, seakan menyambutnya. 

Tubuh yang merasa nyaman membuatnya larut dan tak ingin beranjak dari ranjang, tapi hal itu segera di tepis mengingat akan kembali bekerja. Sesaat kemudian dia merasa ada yang aneh, dengan cepat melihat sekeliling ruangan yang tampak berbeda dari ruang kerjanya. "Sejak kapan dekorasi ruang kerja berubah seperti kamar Arya di Mansion?" gumamnya di dalam hati dan berbalik badan. Betapa terkejutnya dia saat melihat seorang pria tampan yang masih terlelap, sontak kedua kelopak matanya terbuka lebar. 

"Kenapa kau ada di sini?" pekik Naura membangunkan pria itu. 

"Ouh, kau sudah bangun." Lirih sang pria dengan suara seraknya khas bangun tidur, kembali melanjutkan tidurnya masih mengantuk semalaman tidak tidur. 

"Bangun. Mengapa kau bisa di sini?" 

"Ini kamarku, jadi aku berhak ada di sini." 

"Apa? Jadi aku memang ada di Mansion, tapi bagaimana?" Naura memukul pelan kepalanya, seingatnya dia tertidur di sofa ruang kerja. "Bagaimana aku bisa ada di sini, kau yang memindahkan aku?" 

Pria itu membuka kedua mata dengan malas, menatap sang istri kontrak seksama. "Kau berjalan saat kau tengah tertidur, tentu saja aku yang membawamu kemari. Kenapa kau tidak pulang semalam?" bentaknya kesal di buat khawatir oleh wanita itu dan sialnya mengapa dia bisa begitu khawatir hingga mengorbankan waktu tidur yang amat berharga. 

Naura terdiam dan beberapa kali kedua matanya berkedip, menandakan dirinya tak bersalah. "Tapi mengapa?" 

Arya mendekati wajah Naura dan menimbulkan kecanggungan, tangannya kembali memeriksa kening wanita itu untuk mengetahui suhu di tubuh yang sudah berkurang. 

"Ada apa denganmu?" Naura perlahan beringsut dari ranjang, suasana canggung membuatnya tidak nyaman juga risih. 

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu, mengapa kau tidak pulang ke rumah dan tidak menjawab pesan juga telepon dariku." Ucapnya sembari berdelik kesal. 

"Daya ponselku habis." 

"Apa itu bisa di jadikan alasan? Kenapa kau ini sangat ceroboh sekali, hah? Bagaimana terjadi sesuatu hal yang buruk padamu karena kecerobohan mu itu. Apa yang ingin kamu buktikan dengan menginap di butik? Semalam kau demam." Arya mengeluarkan semua uneg-unegnya pada wanita itu, mengatur nafas setelah perasaannya sedikit tenang. 

Naura terdiam tidak dapat menjawab, bibir yang seakan keluh tidak mampu mengutarakan perasaannya mengenai malam itu. 

"Kenapa kau diam saja?" 

"Memangnya aku harus apa? Ini bukanlah rumahku, kita hanya menikah kontrak dan satu lagi aku tidak mau menjadi mangsa dua pria mesum seperti kalian." 

Arya terdiam, memang benar apa yang di katakan Naura. "Tapi setidaknya kau memberitahuku, selama masa kontrak pranikah kau tetaplah tanggung jawabku." Tutur Arya yang melembut dan berjalan keluar dari kamar untuk menenangkan diri. 

"Dia mengkhawatirkan aku?" gumam Naura yang mencerna dan mempelajari arti sikap Arya, tapi menepisnya di kala takut menyalahi makna dari sikap peduli pria itu. Dia melihat alat pengompres dan merasakan suhu di tubuhnya yang terasa sedikit panas dari biasanya, sekilas tersenyum. 

"Ada apa denganku?" Arya mengusap wajahnya kasar, berjalan-jalan keluar untuk menenangkan pikirannya. Dia merasa hal yang aneh terjadi, tapi tidak tahu apa itu. "Ck, untuk apa aku harus peduli padanya?" baru saja dia mengatakan itu, tapi berbanding terbalik mengetahui wanita yang baru saja di tinggalkan belum sepenuhnya sembuh. 

Naura yang hendak beranjak dari tidurnya terhenti setelah pintu kamar di buka, melihat siapa yang masuk dengan terburu-buru. "Bukankah kau tadi kesal? Apa kesalnya sudah selesai?" 

Arya memikirkan alasan agar tetap bersama Naura, setidaknya sampai wanita itu pulih total. Tanda tanya yang tergambar jelas di wajah wanita itu terus menuntutnya menjelaskan apa yang terjadi. "Kau wanita yang sangat ceroboh, kondisimu belum sembuh total."

"Lalu?" 

"Aku hanya tidak mau kau kembali merepotkan aku." cetus Arya tanpa menoleh, lebih tepatnya mengalihkan perhatian agar tidak menatap sepasang bola mata indah itu. 

"Dasar pria aneh." Naura beranjak dan berdiri, rasa pusing tiba-tiba menyerangnya. Arya berinisiatif dan ligat menangkapnya agar tidak jatuh ke lantai. 

Pose romantis di antara keduanya terlihat sangat jelas hingga seseorang di balik pintu mengeraskan rahang juga mengepalkan kedua tangannya, daripada hati yang semakin sakit memutuskan untuk pergi dari tempat itu. 

Amar mengumpat kesal, di saat dirinya hanya ingin memastikan kondisi Naura yang membuatnya cemas bahkan tidak tidur semalaman. 

"Sial, lagi dan lagi aku melihat keromantisan mereka." Amar berjalan tergesa-gesa hingga tak sengaja menabrak seorang wanita cantik juga seksi, gaun ketat berwarna merah memperlihatkan lekuk tubuh bak gitar spanyol menyunggingkan senyuman khas. Wanita itu mendekat sambil menyentuh dadanya yang bidang dengan sensual. 

"Ini masih pagi dan kau menabrakku, ada apa?" tanyanya dengan suara manja dan terdengar seksi, Lili tersenyum merekah sengaja mendekati pria itu untuk menggodanya. 

Seketika itu pula iman yang di miliki Amar goyah dan melupakan kekesalannya, penampilan wanita di depannya sangatlah cantik juga menggoda tak sabar ingin menjelajahi dunia kenikmatan bersama. "Kau sangat cantik, aku sangat merindukanmu." Bisiknya di telinga. 

Lili tersenyum dan tak lupa menyentuh dada bidang, membuka tiga kancing kemeja membuatnya lebih leluasa menjelajah tubuh kekar yang begitu menggoda. Amar tak tahan dengan belaian yang membangkitkan sesuatu di dalam sana, langsung merespon sesuai dengan hasrat seorang lelaki normal.

"Ayolah, jangan menggodaku seperti itu." Tuturnya yang tak tahan akan perbuatan nakal Lili, memelas untuk tidak memancingnya hari ini. "Bukankah hari ini adalah jadwal pemotretan mu?" 

"Aku bisa menundanya hanya untuk memberikanmu kenyamanan itu, aku juga merindukanmu." Lili terus melempar sebuah kata bujukan, hanya itu caranya untuk membuat Amar bertekuk lutut. 

"Apa kau yakin?" Amar menatap intens kekasihnya itu mengusap bibir merah merekah yang memanggil dirinya dan menggodanya. 

"Semua yang ada padaku adalah milikmu." 

"Hem, terima kasih. Aku tak menyangka kau bisa seperhatian itu padaku." Naura menundukkan wajahnya, tetapan dari mata elang yang begitu lekat memiliki aura yang memabukkan siapa saja yang memandangnya. 

Arya membangu Naura berdiri dan mengangguk atas ucapan terima kasih, tapi tidak setuju dengan kalimat kedua yang keluar dari mulut wanita itu. "Itu aku lakukan atas tanggung jawab selama kontrak berlangsung." 

"Terserah kau saja, atur sesukamu." 

Arya segera memegang lengan Naura hendak menuntunnya untuk kembali berbaring keranjang, tapi wanita itu bersikeras ingin melakukannya sendiri tak mau pria itu mengikatnya dalam balas budi. 

"Aku bisa sendiri." 

Arya mengekspresikan senyuman mengejek di kala melihat Naura yang tidak bisa menyeimbangkan diri. "Tapi kondisi tubuhmu malah mengatakan sebaliknya, hentikan sikap keras kepalamu."

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

wah amar sama liliput sudah melebihi pasangan saja...membuat rasanya mau wuek gelli... Arya dan Maura saja masih bisa menjaga..🥺🥺😮😮

2023-01-24

1

✨Nana✨

✨Nana✨

amit2 kelakuan amar sm lily ya....gatau malu bgt pdhl itu drmh kakek,,,

2023-01-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!