Naura menuruni tangga dengan begitu anggunnya, sudah bersiap untuk berangkat ke butik karena harus menyelesaikan pekerjaannya. Sudut mata menangkap keberadaan dua orang yang pernah mengkhianatinya, sangat marah dan juga kesal jika di pagi harinya melihat wajah mereka.
Amar memperhatikan Naura yang berlalu pergi tanpa sarapan, tahu dirinya yang hampir memperk*sa adik iparnya sendiri. "Tidak ada yang boleh pergi tanpa sarapan terlebih dahulu." Tuturnya yang menatap tajam punggung wanita itu.
Seketika langkah kaki Naura terhenti, tersenyum miris jika lelaki itu begitu cepat melupakan perilaku yang tidak senonoh padanya. Tanpa menjawab, dia kembali lanjut melangkah dan tidak peduli dengan ketegasan Amar.
"Aku tidak mengizinkanmu pergi." Ucap Amar melarang membuat wanita di sebelahnya tidak suka dan memendam kebencian besar pada Naura.
Beberapa langkah Naura menoleh dengan sekilas, menunjukkan ekspresi datar. "Bukan urusanku." Ucapnya tegas dan pergi.
Naura sangat marah pada kedua pria yang hendak melecehkannya, dia tidak tahu apa yang harus di perbuat selain menghindari mereka dan mulai hidup sesuai dengan keinginannya.
Masuk ke dalam mobil yang di pesan secara online, tapi terkejut saat melihat siapa yang tiba-tiba masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya.
Dia sangat terkejut dan ingin sekali mengumpati pria itu, padahal dirinya berusaha menghindar. "Keluarlah!" satu kata yang keluar dari mulutnya tanpa adanya toleransi.
"Tidak, aku akan mengantarkanmu ke butik." Keukeuh pria di sebelahnya, mengeluarkan beberapa lembar uang merah dan memberikannya kepada sang sopir taksi online.
Naura menepis uang yang akan di berikan pada pemilik taksi sambil menatap tajam dan menusuk pada Arya. "Tidak perlu. Aku bisa sendiri!" tekannya.
Karena tidak punya pilihan lain, apalagi hati wanita di sebelahnya yang seperti batu cukup sulit di atasi dengan baik-baik. Kembali menyerahkan uang pada sang supir taksi online dan memintanya untuk tidak membawa Naura, kekuasaan dan kekayaan membuatnya begitu mudah menyesuaikan keinginan hati.
Arya menggendong paksa istrinya untuk masuk ke dalam mobil, acuh akan perkataan Naura yang mengumpat dirinya dan bahkan berusaha memberontak.
"Diam disini! Atau aku akan berbuat lebih." Kecam nya yang melawan sikap keras kepala dari sang istri.
Naura hendak keluar dari mobil, tapi gerakan pria itu sangat cepat. Niatan untuk kabur seakan sirna di hembus angin, patuh bagai seekor anjing pada tuannya.
Di sepanjang perjalanan Naura membuang wajah dan lebih menatap keluar jendela, masih terbayang bagaimana perlakuan Arya yang tiba-tiba ingin melecehkannya.
"Maaf soal semalam." Celetuk Arya membelah kebisuan yang sedari tadi membuat suasana hening, melirik sekilas dan kembali fokus mengemudi.
"Aku…aku tidak sadar melakukan itu, tolong maafkan aku." Ucapnya penuh penyesalan.
"Apa kau tidak berpikir bagaimana takut nya aku? Awalnya aku mengira kau menyelamatkan aku dan menjadi superhero, tapi kau hanyalah pahlawan kesiangan yang mengambil keuntungan." Akhirnya Naura mengeluarkan uneg-uneg yang sejak tadi di tahannya, memukul lengan Arya sekuat tenaga.
Takut ada bahaya di jalanan, Arya segera menepikan mobil dan melepaskan sabuk pengaman. "Lampiaskan kemarahanmu padaku, aku tidak akan mengeluh."
Kesempatan bagi Naura, dia memukul dada Arya sekuat tenaga sampai dia benar-benar puas melampiaskannya di iringi teriakan keras. Nafas yang memburu akibat emosi yang meluap, menghentikan aksinya saat tangannya terasa sakit.
Arya pasrah menerima terjangan dari Naura, memang di sini dialah yang bersalah. "Apa kau sudah memaafkan aku?" tuturnya menatap penuh harap, ada sedikit kesedihan disana.
Naura mengangguk seraya mengatur nafasnya, jantung yang bekerja dua kali lipat lebih cepat seperti ikut dalam lomba lari.
Arya kembali mengemudikan mobil dan mengantarkan wanita cantik di sebelahnya ke butik sementara dirinya mau ke kantor.
Raut wajah yang tidak bersahabat terlukis dengan sangat jelas, cemberut di sepanjang kaki melangkah tak terima dirinya hampir di perk*sa.
"Kau kenapa? Wajahmu kusut sekali." Lita merasa ada yang tidak beres pun mengikuti kemana langkah sahabatnya.
Dia terkejut saat wanita itu menghamburkan pelukan, semakin membuatnya penasaran. Memberikan ketenangan dan juga rasa nyaman terlebih dahulu barulah dia bertanya. "Apa yang membuatmu gelisah?"
Naura mulai meneteskan air mata saat ketidakadilan menyerangnya. "Aku hampir di perk*sa."
"APA?" Lita sangat terkejut. "Siapa yang ingin melecehkanmu?"
"Amar dan Arya." Jawabnya jujur tanoa sadar.
"Apa Amar sudah gila? Dia bahkan memiliki Lili di sampingnya dan mengapa dia ingin memperk*samu? Apa dia tidak tahu jika kau sekarang adik iparnya. Lalu, apa masalah Arya memperk*sa mu? Dia itu suamimu." Ucapnya yang blak-blakan tanpa mengerti kalau Naura sedang kelabakan. "Ceritakan aku secara detail tanpa ada yang di tutupi."
"Ya Tuhan…aku keceplosan, bagaimana ini?" batin Naura kebingungan.
"Kenapa kau diam saja, ayo ceritakan!"
Naura hanya menceritakan bagaimana mantan calon suaminya itu hendak melecehkannya, tapi untungnya ada Arya yang menyelamatkannya. Sedangkan Lita tidak mengerti bagaimana Arya yang ingin memperk*sanya padahal status suami istri yang sah.
"Ada kejanggalan disini." Ujar Lita dengan tatapan menyelidik, itu artinya sang sahabat masih perawan dan belum melakukan hubungan intim dengan Arya.
"Itu hanya firasatmu saja."
"Kau masih virgin, apa yang kau lakukan selama menikah dengan Arya?" Lita sungguh tak menyangka memiliki seorang sahabat seperti Naura, selain ceroboh juga bodoh. Andai itu dia, pasti memastikan hamil anak dari pria tampan yang kaya raya membuat kehidupannya di kelilingi harta berlimpah tanpa harus bekerja keras lagi.
Anggukan kepala pelan menunjukkan kepasrahan dari Naura, akhirnya rencananya tercium oleh Lita. "Pernikahan yang di lihat banyak orang bukan sungguhan." Ungkapnya jujur, menundukkan sedikit wajah mengingat dia hanya ingin membalaskan dendam pada Amar.
"Lantas apa yang sebenarnya terjadi?"
"Aku dan Arya menikah kontrak selama satu tahun."
"Jadi kau melakukan itu untuk membalas rasa sakit di hatimu saja?" Lita mengangkat sebelah alisnya ke atas penasaran jawabannya.
Naura menghela nafas panjang dan kembali mengangguk. "Ya, untuk itu aku tidak ingin kontak fisik terjadi walau orang-orang mengetahui status ku yang telah bersatu dengan Arya Atmajaya."
Seketika Lita memijit pelipisnya memikirkan tindakan konyol dan juga bodoh dari Naura, tapi di satu sisi dirinya bangga saat mempunyai seorang sahabat berstatus sebagai istri Arya Atmajaya walaupun hanya perjanjian pranikah. "Mengapa kau suka sekali membuat hidupmu rumit." Cetusnya sambil menyandarkan punggung di sofa, ingin menyegarkan otaknya yang sudah terkontaminasi oleh pikiran sang sahabat.
"Maafkan aku yang tidak memberitahukan masalah ini."
"Aku tahu kau masih trauma dengan perbuatan Lili, hingga kau cukup sulit percaya pada orang lain."
"Maaf."
"Tidak masalah, aku ini sahabatmu dan tidak akan menusukmu dari belakang."
"Kau yang terbaik." Naura memeluk Lita dan tersenyum, melupakan perbuatan dari dua orang pria yang di cap sebagai bajingan ulung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Gak suka dgn sikap keras kepala si songong naura. udalah jd istri itu jgn sok jual mahal sama suami sah. nanti di rebut pelakor lili tau rasa lu
2023-02-09
1
Kar Genjreng
sedih 😭😭 mengapa tinggal satu rumah dengan penghianat kedua duanya..sahabat dan mantan.😮😮 semoga jangan sampai di perkosa oleh mantan... untuk masih punya sahabat yang baik Maura 😔😔 semangat 💪💪👍👍
2023-01-24
1
✨Nana✨
untung naura msh pnya seorang sahabat yg baik dan bs dipercaya,,,,bs mendengarkan naura curhat
2023-01-17
1