Bab 5

Di malam hari, Lili berjalan-jalan menghilangkan kebosanan, melihat isi Mansion Atmajaya yang sangat mudah untuknya masuk ke dalam. Tersenyum bangga akan prestasinya, selangkah lebih dekat mencapai tujuan. 

Tak sengaja dia melihat seorang pria mengenakan piyama berwarna navy, dan mendekat saat mendapatkan kesempatan emas.

"Apa yang dilakukan pengantin pria di luar sini?" ucap Lili seraya menyerahkan segelas minuman dan segelas lagi untuknya. 

Arya sedikit terkejut tapi segera mengembalikan ekspresinya, menatap lurus ke depan melihat panorama indah di atas balkon. Tidak tertarik mengobrol dengan wanita yang terlihat jelas mendekati untuk menggodanya. 

"Sepertinya pernikahan kalian tidak bahagia." Tutur Lili dengan sengaja meraba tubuh Arya.

Arya sangat kesal dan sengaja menghempaskan tangan wanita di sebelahnya dengan kasar, dia sangat membenci wanita seperti Lili. "Urus saja urusanmu sendiri, pergilah dan jangan ganggu aku!" 

"Baiklah, aku akan pergi. Jika memerlukanku, hubungi saja." Lili memperagakan jarinya seperti telepon, tak lupa mengedipkan sebelah mata dan pergi dari tempat itu. 

"Kenapa wanita itu bisa menjadi sahabat Naura? Sangat serasi dengan Amar." Gumam Arya yang juga pergi meninggalkan tempat itu. 

Naura yang baru saja memejamkan kedua matanya di kejutkan oleh sebuah tangan melingkar di pinggangnya, berteriak seraya beranjak dari ranjang. 

"Apa yang kau lakukan?" pekiknya yang marah karena sudah dilecehkan. 

"Hanya ingin tidur dengan istriku." Jawab Arya polos, menepuk ranjang kosong di sebelahnya seraya menggoda istrinya. 

"Jaga batasanmu, Arya Atmajaya." 

"Kenapa? Apa aku bicara omong kosong? Kita sudah menikah dan ini hal yang wajar, kenapa kau selalu ribut mengenai ini?" 

"Ya Tuhan, kenapa aku bisa terjebak dengan pria sepertinya." Naura terpaksa tidur di sebelah suaminya, namun tak lupa memberikan batasan berupa bantal yang ditumpuk menjadi satu dan tinggi seperti sebuah benteng. 

"Memangnya kau sadar saat tidur? Bagaimana salah satu di antara kita melanggarnya?" Arya tersenyum melihat tingkah dari istrinya, sangat lucu dan juga menggemaskan dimatanya. 

Naura kembali berpikir ulang, ucapan Arya memang benar. Tidak seharusnya melakukan itu, tapi sudah terlanjur dan tak ingin malu. 

"Aku sudah memutuskannya, jangan ada yang boleh melanggarnya." 

"Hem, baiklah." 

Di pagi hari yang indah, mentari tembus melewati jendela dan mengenai pori-pori kulit. Membangunkan seseorang dari tidurnya, menggeliatkan tubuh dan merasa ada yang aneh. Hingga kedua matanya melotot saat melihat seorang pria tidur di sebelahnya. 

Beruntung kamar itu kedap suara, teriakan yang tidak akan didengar. Naura spotan menendang tubuh pria itu hingga terjengkang jatuh dari ranjang dengan wajah mencium lantai, dan baru tersadar kalau dirinya sudah menikah. 

"Oh astaga…maaf, aku refleks."

"Refleks katamu? Catat di setiap ingatanmu kalau kita sudah menikah." Geram Arya menggosok wajahnya yang sedikit sakit juga bengkak. 

"Aku sudah meminta maaf." 

Arya yang sudah terbangun segera masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dia merasakan tidur yang nyenyak setelah sekian tahun. Di bawah pancuran air shower, dia memikirkan sesuatu yang selama ini membuatnya dikenal kejam dan juga licik dalam bidang bisnis. 

"Sudah bertahun-tahun lamanya, akhirnya aku bisa tidur nyenyak saat memeluk wanita itu. Apa karena wajahnya yang sama? Tapi mereka orang berbeda, bagai langit dan juga bumi." Batin Arya melamun, tersadar saat seseorang mengetuk pintu. 

Arya memberikan kesempatan pada Naura masuk ke dalam kamar mandi, pikirannya masih tertuju pada istrinya yang sangat mirip dengan seseorang. 

Saat di meja makan, semua orang berkumpul menikmati sarapan yang telah tersedia. 

"Oh ya, aku tidak melihat ibumu." Celetuk Beno melirik Naura sekilas. 

Naura terdiam beberapa saat, hubungannya dengan sang ibu tidak terlalu baik. Beno yang mengerti kegugupan cucu menantunya memutuskan mengakhiri pembahasan itu dan beralih membahas perusahaan. 

"Aku ingin perusahaan milik Amar dikelola Arya, namanya yang sudah buruk hanya semakin mempersulit keadaan. Hari ini juga, Kakek akan pergi keluar negeri dan menetap disana. Di usia tua ku ini, tak ingin mendengar berita lebih buruk lagi. Lebih baik aku menyendiri di rumah kenangan nenek kalian." Putus Beno. 

"Tapi kenapa Kek? Aku bisa menangani masalah ini, bukankah inilah keinginan Kakek?" 

"Ya, sebelumnya aku mengatakan itu. Tapi sekarang aku berubah pikiran, tak ingin kesehatanku memburuk melihat tingkah Amar yang sangat memalukan itu." 

"Baiklah kalau itu keputusan Kakek, aku menghargainya." Ucap Arya. 

Arya dan Amar menatap sengit satu sama lain, konflik masa lalu dan saat ini masih saja merenggangkan hubungan mereka. 

Naura sedikit kesal melihat Lili dan Amar yang bersikap romantis, menggenggam sendok di tangan meluapkan sedikit kecemburuan. Arya meraih tangannya dan menciumnya dengan sangat lembut, memberikan perhatian dan juga kata-kata romantis untuk membalas perbuatan sepasang kekasih di depan mereka. 

"Sayang, hari ini ada pemotretan. Aku akan sedikit pulang terlambat," ucap Lili dengan nada manja. 

"Hem, hubungi aku jika perlu bantuanku." 

"Pasti."

Setelah kepergian Beno, dua pasang manusia saling menunjukkan kemesraan mereka dengan penuh kepalsuan. 

Lili menatap Arya, terkesan dengan suami mantan sahabatnya. Dia tertarik dan kembali menggodanya lagi, dengan sengaja menempelkan kakinya di kaki pria di hadapannya, memainkan gelas dengan bibir seksinya. 

Arya sangat kesal, dia segera menggendong tubuh Naura ala bridal style menjauh dari sepasang kekasih yang menurutnya gila. Amar mengeraskan rahang, dia tak rela melihat mantan calon istrinya di gendong pria lain. Dia ingin menyusul, tapi di cegat Lili. 

"Kau mau apa?" 

"Mengejar mereka."

"Dasar payah, kau hanya akan memperkeruh rencana kita." 

Naura menepuk dada suaminya sekuatnya, kesal karena dirinya diperlakukan semena-mena. 

"Turunkan aku!" pekiknya. 

"Ya, baiklah." Dengan cepat Arya menjatuhkan tubuh istrinya di atas sofa tanpa rasa bersalah.  

"Ada apa denganmu?" 

"Berterima kasihlah padaku, aku menyelamatkanmu." 

"Apa maksudmu?" 

"Kau pikir aku bodoh dan polos? Kau merasa cemburu dengan keromantisan mereka." 

"A-aku tidak cemburu." 

"Jangan berbohong, wajahmu menunjukkan kebenarannya." 

"Hem."

"Aku tahu kalau kau masih menyimpan perasaan padanya, lupakan pria sialan itu dan kembalilah pada rencana awal." 

"Terserah kau saja." 

****

Di malam hari, Naura yang kehabisan air minum segera mengambilnya dari dapur dan tak sengaja melihat gudang berdebu dengan lampu yang menyala. 

"Eh, bukankah gudang itu tidak pernah di buka? Dan sebelumnya lampu disana mati, apa ada seseorang di dalam sana?" batin Naura sambil mengucek mata, memastikan kalau dirinya tidak salah melihat. 

Naura melangkah mendekati gudang yang sangat berdebu, ingin menyelesaikan rasa penasarannya. Perlahan tapi pasti, dia melihat seseorang berjubah hitam dari sela pintu yang terbuka, memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan orang itu. 

"Siapa dia? Apa yang dilakukan di larut malam seperti ini?" gumamnya di dalam hati, sedikit merasa takut. 

Ketakutan membuat Naura tak sengaja menjatuhkan vas bunga, hingga sosok berjubah hitam menghilang dari pandangan. 

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

s Lili udah kya ulet bulu..
gateeeeel gateeeeel

2023-02-28

0

✨Nana✨

✨Nana✨

siapa itu ya...

2023-01-17

1

Kar Genjreng

Kar Genjreng

berharap jangan sampai Arya terkena kebakan liliprettt...sebal pas baca bagian nya berdua amar 😮😮

2023-01-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!