Bab 9

Kejadian yang benar-benar memalukan di rasakan oleh Naura, dia selalu menghindar dari Arya karena tidak sanggup akan kenyataan dunia dan juga nasib sialnya. 

Lili tak sengaja melihat Naura dan tersenyum, berjalan untuk menghampiri dengan sejuta kelicikan di otak. Tinggal di Mansion Atmajaya membuatnya merasa di untungkan, setidaknya dia sudah mengendalikan Amar. 

"Akhir-akhir ini aku lihat kau seperti menjaga jarak dari suamimu, awas jangan sampai kelepasan." Ucap Lili.

Naura melihat sekilas seraya memiringkan bibirnya. "Ternyata otakmu isinya hanya bisa tahu merebut saja, kenapa tidak dari dulu aku menyadarinya." 

"Karena kau sangatlah bodoh." Lili tertawa bahagia di atas penderitaan mantan sahabatnya. 

"Sebaiknya kau urus kekasihmu itu dan berhentilah ikut campur dengan urusanku." Naura menyeret tangan Lili keluar dari dalam kamarnya dengan kasar, menutup dan mengunci pintu. 

"Dasar wanita sialan!" umpat Lili geram, menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan seraya berlalu pergi dari tempat itu. 

Tak lama pintu kamar kembali terbuka membuat Naura sedikit terkejut, melihat sang pelaku yang tak lain suaminya sendiri. 

Perlahan Arya berjalan mendekatinya, tatapan tajam juga dingin mengarah pada satu tujuan. 

"Berani sekali kau memutuskan sambungan telponku tadi siang." 

"Jadi nomor tidak di kenal itu adalah kau?"

"Siapa lagi jika bukan aku." 

"Mana aku tahu kalau itu kau." Jawab Naura enteng, tidak mau membebani pikirannya.

"Mana ponselmu!" Arya menadahkan tangan meminta ponsel yang menjadi privasi dari istrinya. 

Naura menautkan kedua alisnya, mana mungkin dia menyerahkannya. "Tidak akan aku berikan!" tegasnya. 

"Oho, jadi kau mencoba bermain-main denganku rupanya." Arya jengkel dan merebut benda pipih dari sang empunya secara paksa, mengutak-atik sesukanya seraya tersenyum puas saat nomornya di simpan dengan nama "Suamiku". 

"Ini ponselku." Naura mengambil benda pipih itu di tangan Arya, menatapnya tajam sebagai kecaman. Setelah memeriksa ponselnya, ada nama kontak yang begitu asing di lihat. "Nama ini terlihat sangat jelek." Dia tidak menyukainya dan hendak menghapus, tapi pria yang ada di hadapannya melarang hingga keduanya jatuh dengan begitu romantis. 

Kedua pasang mata saling beradu untuk beberapa detik, mereka terdiam saat hanya mendengar suara detakan jam, hembusan nafas di antara keduanya menjadi alunan tambahan. Posisi Naura yang berada di bawah dan terlihat intim tak sengaja di lihat oleh Amar lewat celah kunci. 

Amar mengepalkan kedua tangannya, sangat geram bercampur kesal melihat keromantisan mantan calon istrinya bersama dengan adik tirinya. 

"Ck, Arya hanya bisa merenggut segalanya dariku. Akan aku rebut kembali ketenangan mereka." Ucapnya di dalam hati seraya berlalu pergi dari tempat itu. 

Naura mendorong tubuh Arya kasar sambil mengumpatnya. "Ingat batasanmu, kita hanya menikah kontrak!" tekannya menatap dengan ancaman. 

Arya mengangkat kedua tangannya. "Tanganku ada di atas." 

"Sangat meresahkan." Naura keluar dari kamar, dirinya butuh merileks kan dirinya setelah apa yang terjadi.

Naura mencelupkan ke dua kakinya ke dalam kolam renang dan menikmati waktu sendiri dalam menenangkan pikirannya, dia sedikit merasa kalau Arya hanya memanfaatkannya saja. 

Angin yang berhembus menerpa wajahnya dan menyingkirkan rambut menutupi wajah cantik itu. "Kenapa Arya begitu tertarik untuk menikah kontrak denganku? Apa yang dia tutupi?" gumamnya sembari menghela nafas. 

Naura tersenyum saat kedua kakinya di ayun ke dalam kolam renang, tapi dia terkejut saat merasakan dorongan oleh tangan seseorang hingga dirinya tercebur ke dalam kolam renang. 

"Tolong!" pekik Naura yang berusaha untuk menghirup oksigen, melambaikan kedua tangannya di atas berharap ada yang menolongnya. Terlihat sosok yang mendorongnya berdiri di pinggir kolam renang seraya melipat kedua tangan di depan dada, karena situasi yang mendesak dan darurat tak bisa melihat dengan sangat jelas. 

"Siapapun…tolong! Aku tidak bisa berenang." Naura tampak kelelahan, tidak ada yang menyahut membuatnya hampir berputus asa. "Apa aku akan mati dengan cara seperti ini?" gumamnya di dalam hati, meringis akan nasibnya yang konyol. 

Di pinggir kolam renang tampak seorang wanita tersenyum puas akibat ulahnya yang dengki, siapa lagi kalau bukan Lili. "Rasakan itu, aku sangat mengharapkan kematianmu." Lirihnya licik. 

Sementara Arya mencari keberadaan Naura yang belum juga kembali, dia khawatir kalau wanita yang menjadi istrinya itu kabur. Dari kejauhan, dia melihat sebuah tangan yang melambai dari kolom berenang dan segera berlari. 

"Naura." 

Terdengar dua suara cemplungan yang masuk ke dalam kolom renang, bukan hanya Arya yang panik melihat kondisi Naura. 

Arya hendak menarik tubuh istrinya tapi di halangi oleh seseorang yang juga menarik di sisi yang lain. Dia memberikan tatapan ancaman, tajam, juga mematikan pada kakak tirinya yang hendak menolong. 

"Dia istriku, kau tidak berhak." Sergah Arya. 

Amar tidak peduli dan ingin membantu mantan calon istrinya itu, menarik di sisi lain tak mau mengalah. Lain halnya dengan ekspresi yang terlukiskan di wajah Lili sang pelaku yang sedari tadi bersembunyi agar tidak ketahuan. 

"Sial, mengapa Amar juga ikut terlibat disana. Argh, rencanaku gagal total." Kesal Lili yang pergi dari tempat itu. 

Perdebatan dua orang pria tetap saja di menangkan Arya yang berhak sebagai suami dari Naura, membawanya ke atas darat dan melakukan pertolongan pertama. Dia sangat cemas melihat wanita itu pingsan, dengan cepat menekan dada berharap air yang tidak sengaja tertelan segera keluar. 

Amar mengeraskan rahang dan diam-diam mengepalkan kedua tangannya saat melihat Arya mencium bibir Naura untuk memberikan pertolongan pertama langkah kedua, pergi dari tempat itu saat melihat situasi sudah di kendalikan. 

Naura terbatuk setelah mengeluarkan banyak air yang tak sengaja tertelan olehnya, tubuhnya gemetar merasakan hawa sejuk menyentuh kulit. Namun tidak berlangsung lama saat tubuhnya menghangat setelah handuk tebal melingkar di tubuh, melihat Arya yang tampak khawatir dengan kondisinya. 

"Terima kasih." Lirih Naura. 

"Huss, jangan katakan apapun dulu." Arya membawa Naura kembali ke kamar mereka, tak lupa dia memberikan teh jahe membantu untuk menghangatkan tubuh. "Minumlah! Kau akan merasa baikan setelahnya." 

Naura tersenyum sekilas, meraih secangkir teh jahe di tangan Arya. "Terima kasih sudah menolong ku." 

"Sama-sama."

Sementara di ruangan lain, Amar membuka pintu dengan paksa dan menunjukkan taring kemarahan. Di lokasi kejadian dia melihat sekilas sang pelaku yang tak lain adalah Lili, memberikan wanita itu pelajaran. 

"Kenapa kau melakukan itu, hah?" Amar mencengkram dagu Lili dengan erat, tatapan kebencian juga tertuang pada wanita itu. 

"Ada apa denganmu?" sanggah Lili yang berpura-pura tidak mengetahui apapun. 

"Tidak perlu berpura-pura, aku melihatmu disana." Amar semakin menambah cengkraman di dagu wanita itu. 

Lili menghempaskan tangan Amar kasar. "Iya, aku pelakunya. Kenapa kau begitu peduli pada istri adikmu sendiri?" 

Plak

Amar menampar pipi kanan Lili hingga meninggalkan bekas memerah. "Naura tidak bisa berenang dan kau pasti tahu itu, jika sekali lagi kamu membahayakan nyawanya? Maka kau akan aku kubur hidup-hidup." Ancam nya dalam kemarahan, pergi dari tempat itu tanpa peduli kemarahan dan juga kekesalan dari wanita yang baru saja dia tampar.

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

sukurin...benar benar jalang murahan liliprettt ya...gila semoga mendapatkan balasannya yang seberat berat'nya suatu hari...ya Thor kasih hukuman berat...kena penyakit kelamin... dan berbahaya dan mematikan 🤭🤭🤭🤭

2023-01-19

3

✨Nana✨

✨Nana✨

sukurin km lili dasar jalang gatau malu...hobi bgt ngerusuhin hub orng deh jd benalu pula

2023-01-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!