Bab 6

Seperti biasanya, Naura kembali di hadapkan dengan momen romantis antara Amar dan juga Lili. Diam-diam dia meremas ujung pakaian, merasakan sesuatu di dalam sana masih tidak rela jika dirinya di khianati oleh dua orang yang sangat di percaya.

Dia menatap dua objek yang membakar hati, tatapan sengit menusuk terus di lempar. Perlahan dia menuruni tangga dengan begitu anggunnya, berjalan melewati dua orang yang dengan sengaja memperlihatkan kemesraan mereka.

"Kau sangat rapi, dimana suamimu aku tidak melihatnya." Lili celingukan sembari tersenyum miring.

Naura menoleh serta tersenyum indah. "Sayang, kenapa kau lama sekali? Aku menunggumu." Pekiknya yang memilih duduk di sofa tak jauh dari dua orang yang mengkhianatinya, meraih anggur yang tersedia di meja dan memakannya.

"Iya Sayang." Sahut Arya yang juga turun dari tangga, memasang jam mahal di tangan sambil melemparkan senyuman hangat pada istrinya.

Amar menatapnya dengan tajam, karir dan jabatan yang dia pertahankan sudah di rebut oleh adik tirinya. Sangat berbeda dengan Lili yang menatap Arya berbinar cerah, terpesona akan ketampanan dari pria itu.

"Ayo, aku sudah siap." Arya menggandeng istrinya mesra berupaya berakting sebaik mungkin untuk memanasi Amar, dendam yang di dalam hati akan terbalaskan lewat Naura yang notabene mantan calon istri dari kakak tirinya.

"Kalian mau kemana?" Amar akhirnya mengeluarkan suara menanyakannya, sejujurnya dia tidak rela dengan hubungan mantan calon istrinya bersama dengan adik tirinya.

Arya menoleh tersenyum miring. "Apa urusannya denganmu?" ucapnya dengan pandangan remeh dan segera keluar dari tempat itu.

"Kau cemburu melihat kemesraan mereka?" tanya Lili dengan tatapan tersirat.

"Sudahlah, jangan memulainya lagi." Amar juga pergi dari tempat itu di susul oleh Lili.

Lili menghentikan langkah Amar dan menatapnya penuh penekanan. "Kau masih menyimpan rasa pada calon istrimu itu 'kan?"

"Ya, aku masih memiliki sedikit rasa padanya. Apa kau puas sekarang?" Amar meninggikan intonasi suaranya, merasa kesal dengan Lili yang seakan mengekangnya.

"Kau tidak boleh memiliki rasa padanya, dia sudah menjadi adik iparmu sekarang."

"Memangnya kau siapa yang mengatur kehidupanku?"

"Aku kekasihmu."

Amar melambaikan tangan dan berlalu pergi, tak ingin berdebat karena merasa pusing jika terus melanjutkan hal yang tak berujung.

"Amar…Amar, aku belum selesai bicara." Pekik Lili yang jengkel menatap punggung sang kekasihnya yang mulai menghilang dari pandangan.

Sementara di sisi lain, Naura menghela nafas mengingat dirinya sudah menikah dengan Arya. Berakting menjadi pasangan yang saling mencintai sangatlah tidak mudah untuk meraihnya, tapi dia terpaksa demi membalaskan rasa sakit di khianati oleh sahabat juga calon suaminya itu.

"Kau masih memikirkan pria brengsek itu?" celetuk Arya yang diam-diam memperhatikannya.

"Tidak." Elaknya yang menoleh ke asal suara sekilas kemudian fokus di luar jendela mobil.

"Jangan berbohong, aku bukanlah pria bodoh yang tidak mengerti arti raut wajahmu."

"Hah, terserah kau saja. Tapi kita mau kemana?"

"Ke suatu tempat untuk menghilangkan beban pikiran."

Naura hanya mengikuti saja kemana suami kontraknya itu membawa pergi, baginya berada di Mansion sepanjang hari dan melihat keromantisan Amar dan Lili hanya akan membuatnya stres dan sekarang dia memerlukan sedikit hiburan juga ketenangan akibat gagal menikah dengan pria yang di rebut oleh sahabatnya.

Dia menghirup oksigen sebanyak yang dia bisa dan mengeluarkannya secara perlahan, melakukannya sebanyak tiga kali. Pandangan mata yang menyejukkan di saat dirinya berada di danau hijau, menyukai tempat itu.

"Bagaimana? Apa kau menyukai tempat ini?"

Naura mengangguk dan tersenyum. "Aku menyukainya, bagaimana kau tahu tempat seperti ini?"

Arya terdiam beberapa saat dan menghela nafas. "Tempat ini sangat spesial bersama dengan orang spesial yang pernah aku bawa ke sini, banyak kenangan indah yang terukir."

"Lalu, mengapa kau membawaku ke sini? Aku tidak mau menjadi salah satu kenanganmu yang datang ke tempat ini." Cetus Naura membuat Arya terkekeh.

"Tak aku sangka kau ternyata cerewet, pantas saja Amar selingkuh."

"Apa maksudmu berkata seperti itu, hah?" Naura mengarahkan tatapan tajam juga menusuk, seakan ingin menggerogoti tubuh pria yang ada di sebelahnya.

Arya kembali terkekeh dan menjauhkan jari telunjuk yang menunjuknya. "Aku mengatakan kebenarannya."

"Ck, sangat menyebalkan." Naura berjalan menuju mobil yang terparkir, masuk ke dalam karena dirinya tidak mood.

Arya tertawa melihat sikap Naura yang begitu sensitif. "Oke, maafkan aku."

"Hem."

"Sebagai permintaan maafku, bagaimana kalau aku mentraktirmu?"

"Baiklah, aku hargai usahamu."

Arya membawa Naura ke sebuah tempat yang cukup ramai akan pengunjung dan mendapatkan pelayanan yang baik membuat mereka tidak perlu mengantri panjang.

"Makanlah makanan manis, kau pasti akan merasa baikan."

Naura melihat beberapa cemilan manis di atas meja membuat kedua matanya berbinar cerah, air liurnya hampir saja menetes. "Terima kasih."

Arya tersenyum sembari memotret wanita yang ada di hadapannya, dia mengelus hasil potret itu dengan haru dan membandingkannya pada salah satu foto seorang wanita yang wajahnya sama persis.

"Andai kau ada di sini, pasti kita akan bersama selamanya." Batin Arya, terlihat guratan kesedihan di wajahnya namun secepat kilat memulihkannya seperti semula.

Kebencian Arya bermula saat di masa lalu terlibat kisah cinta segitiga, antara dirinya, Amar, dan Bella. Seorang wanita yang sangat mirip dengan Naura, tapi sayang wanita itu lebih memilih kakak tirinya yang brengsek dibandingkan dirinya.

Memendam perasaan cinta yang begitu dalam dan bertepuk sebelah tangan, sang wanita lebih memilih kakak tirinya.

Arya sangat patah hati mengetahui hal itu, tapi dirinya tidak pernah meninggalkan Bella seorang diri dan menjadi seorang sahabat yang diam-diam menyimpan perasaannya. Sering kali dia melihat perselingkuhan Amar dengan beberapa orang wanita yang sudah menjadi tabiat buruk dari pria itu.

Awalnya Bella memaafkan kesalahan Amar yang saat itu menjadi sepasang kekasih, namun saat kedua mata melihat secara langsung bagaimana sang kekasih berhubungan intim pada seorang wanita membuatnya tak bisa menerima dan memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Sejak saat itu Arya dan Amar tak pernah akur dan sering berselisih paham hingga sekarang.

Awalnya Arya terkejut saat mengetahui calon dari kakak iparnya yang sangat mirip dengan Bella, dan bertekad untuk menghancurkan Amar lewat wanita itu. Beruntung Naura setuju akan pernikahan kontrak, sasaran utama dan musuh yang sama membuat keduanya bersekutu.

"Kenapa kau diam saja?" tanya Naura yang hampir menghabiskan cemilan di atas piringnya.

Arya segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana dan tersenyum. "Melihat caramu makan saja membuat aku kenyang, habiskan saja!"

"Kau sungguh tidak ingin mencicipinya?"

"Tidak."

Naura menatap Arya aneh dan mengambil salah satu cemilan manis dan menyuapinya langsung ke dalam mulut pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.

Terpopuler

Comments

✨Nana✨

✨Nana✨

berarti si amar ini termasuk penjahat kelamin jg yak🤭🤭😆😆

2023-01-17

1

Kar Genjreng

Kar Genjreng

semoga kedepannya bukan kawin kontrak tetapi pernikahan sah.. di hadapan Tuhan...ha ha ha..Arya dan Naura semoga bahagia dan langgeng seperti doa Kakek... hemmmmm 🤭🤭😁😁😁👍👍👍💪💪💪

2023-01-16

1

Naina

Naina

Sangat seru nanti klau hubungan arya sama naura membaik..naura tau klau arya punya wanita di masa lalunya yg mirip dengannya..seolah² naura merasa dirinya cman sebagai pengganti

2023-01-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!