Bab 12

Naura tersenyum saat melihat penampilannya yang sempurna dengan memakai gaun berwarna hitam menonjolkan kulit putih indah berseri miliknya, menyesuaikan outfit dengan acara malam ini. Dirinya sudah puas melihat hasil dari make up tipis yang dikenakannya, rambut yang di capol dan di hiasi oleh beberapa aksesoris pendukung lainnya. 

"Hah, aku harus repot menggunakan penampilan yang bukan gayaku." Gumamnya tidak menyukai penampilan itu yang terlihat seperti orang lain. Dia terpaksa sedikit berdandan untuk meyakinkan kencan itu di jalankan oleh dua orang yang saling mencintai. 

Perlahan dia turun dari tangga dengan begitu anggunnya, tidak peduli bagaimana semua orang menatapnya. Tersenyum penuh cinta dan kembali berakting sebaik mungkin, setelah melihat mantan calon suami dan juga mantan sahabatnya juga berada di sana. 

"Maaf membuatmu menunggu lama." Ucap Naura tersenyum manja sambil memegang lengan suami kontraknya. 

Arya terdiam untuk beberapa lama melihat penampilan dari ujung rambut hingga ujung kaki dari istrinya yang tampak memukau, bahkan kedua matanya belum bisa melepaskan pandangannya. 

"Kau baik-baik saja? Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dari penampilanku?" serentetan pertanyaan Naura yang memojokkan pria itu, dan berpikir jika penampilannya terlihat aneh karena selama ini jarang bermake up. 

Arya terdiam bukan tanpa alasan, dirinya kembali teringat pada Bella yang sangat menyukai dandanan seperti wanita yang ada di hadapannya. Dia terpukau sekaligus takjub akan kecantikan alami dari Naura, kenangan di masa lalu terus saja membayangi pikirannya. 

Bukan hanya dia saja yang terpukau tapi juga Amar, seakan mantan kekasihnya yang bernama Bella hidup kembali. 

"Aku tidak apa-apa, kau terlihat sangat cantik sekali." Puji Arya tulus, keduanya bergandengan mesra menuju ke sebuah mobil yang terparkir di halaman Mansion.

Amar masih saja menatap dua orang yang bahkan sudah menghilang dari balik pintu, hal itu malah membuat Lili jengkel dan dengan sengaja mencubit pinggang. 

"Auh, kau kenapa?" cetus Amar menggosok pinggang yang terasa panas dingin sambil menatap kesal. 

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu." 

Amar berlalu pergi meninggalkan tempat itu, dia tidak ingin perdebatan di mulai dan lebih baik untuk menghindarinya. 

"Kita belum selesai bicara, Amar." Pekik Lili yang sangat emosi. 

Penampilan Naura persis seperti mantan kekasihnya bernama Bella, hingga bayangan itu selalu saja menyelimuti hati dan juga pikirannya menjadi tidak tenang. Dia melamun sembari meneguk alkohol, ingatan di masa lalu kembali terbuka. 

Amar yang sangat hobi bergonta-ganti pasangan karena cenderung tidak pernah nyaman bersama satu orang wanita, apalagi Bella yang saat itu tidak pernah mau di ajak bercinta malah membuatnya bosan lebih cepat. Tidak adanya petualangan cinta menggairahkan, dan itulah yang membuatnya mencari pelampiasan baru. 

Amar menghela nafas, karena sesungguhnya kematian dari Bella juga karena dirinya yang berselingkuh hingga wanita itu mati secara mengenaskan dan membawa cinta tulus. Dia kembali bernostalgia mengenai kenangan manis saat bersama kekasihnya yang telah tiada karena ulahnya, dan sadar jika hal itulah penyebab hubungannya dan Arya renggang. 

Sebuah tangan perlahan menyusup di dadanya, dengan cepat dia mengalihkan pandangan. 

"Aku sangat merindukanmu." Bisik Lili seraya menggodanya. 

"Aku juga, mari kita lupakan semuanya." Amar kembali bersemangat dan melancarkan aksi yang begitu dia rindukan dari wanita itu, wanita yang hanya dijadikan lampiasan hasrat di saat membutuhkannya. 

Keduanya kembali menjelajahi indahnya surga dunia, Amar begitu lembut dan memperlakukan Lili bak ratu. Tentu saja dia melakukan hal itu untuk kenyamanan sang wanita yang sudah membantunya melepaskan hasrat dari seorang laki-laki normal sepertinya. 

Diam-diam Arya mengambil kesempatan melirik Naura yang terlihat sangat cantik di malam itu, apalagi melihat sikap sang wanita tampak anggun. 

"Aku tahu kau sedari tadi menatapku secara diam-diam." 

"Itu karena kau sangat cantik." 

"Ya, aku tahu. Katakan yang lainnya!" ujar Naura sambil menatap sepasang mata tajam yang begitu memukau di hadapannya. 

"Hanya itu." 

"Hem, kau sudah berusaha keras memujiku, terima kasih." 

"Tidak masalah." 

Keduanya berkencan ala pangeran dan juga tuan putri, tempat yang sangat romantis bagi dua insan. "Tempatnya sangat indah, apakah kau yang menyiapkannya?" 

"Jangan salah paham, ini ide kakek." Jawab Arya dengan cepat, tak ingin dirinya ketahuan berbohong. 

"Sudah kuduga." 

"Bagaimana kalau kita berdansa dulu? Aku akan mengirimkannya kepada kakek untuk dijadikan bukti." 

"Apa itu di perlukan?" sejujurnya Naura enggan untuk berdansa, dia lebih tertarik dengan makanan yang terhidang di atas meja, sangat menggugah selera. 

"Ya, sebagai bukti." 

Dengan terpaksa Naura bangkit dari kursinya, pandangan yang tak lepas dari makanan di atas meja. 

Sesaat Arya terbuai dengan keromantisan mereka dan berharap jika waktu berhenti cukup lama, merasakan kehadiran Bella kembali. Tapi suasana yang romantis itu tidak berjalan lama di saat mendengar suara keroncongan yang begitu nyaring terdengar di telinga, Naura tersenyum kaku dan penuh harap agar dansa terselesaikan dengan cepat. 

"Bisakah kita mengakhiri dansa karena saat ini aku sudah sangat lapar." Ucap Naura, kedua matanya berbinar penuh harap. 

"Baiklah."

"Eh, apa kau sudah mengambil buktinya?" tanya Naura seraya memasukkan makanan ke dalam mulutnya. 

"Sudah." Arya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkah wanita yang menjadi istrinya itu makan dengan tergesa-gesa. "Makanlah dengan perlahan tidak ada yang berniat mengambil makananmu." 

"Ini sangat lezat, apa kau mau?" tawar Naura yang menghilangkan sikap elegan dan kembali pada kepribadiannya yang sederhana. Segera dia menyuapi mulut Arya, sangat senang mencicipi hidangan yang begitu lezat. "Lezat bukan?" tanyanya seraya tersenyum. 

Arya mengunyah makanan yang disuapi langsung oleh wanita itu, dia tak menduga Naura bisa bersikap bar-bar. "Sangat lezat." Jawabnya mengangguk dan membalas senyuman itu. 

"Pasti biayanya sangatlah mahal, seharusnya kau membawaku ke tempat sederhana saja." 

"Apa kau lupa siapa suamimu?" ucap Arya berlagak sombong. 

"Hanya suami kontrak. Tidak selamanya kita hidup di atas, ada kalanya roda berputar." 

"Jadi kau tidak menyukai kejutan kencan ini?" 

"Bukan begitu maksudku, sejujurnya aku tidak terlalu menyukai kemewahan dan bahkan suka makan di pinggir jalan. Sebaiknya kau berhemat kita tidak tahu bagaimana nasib kedepannya."

Arya bagai di sentil oleh Naura karena selama ini tidak ada yang pernah memintanya untuk hidup berhemat, gelimangan harta membuatnya angkuh tak ingin mencoba kelas menengah kebawah. 

"Bella dan Naura hanya memiliki wajah yang sama, tapi mereka sangat jauh berbeda. Dia lebih menyukai barang-barang mewah dan juga branded, juga tempat yang menguras kantong. Sangat berbeda dengan wanita yang ada di hadapanku, dia memikirkan nilai uang." Ucapnya di dalam hati, perlahan dirinya mulai nyaman dengan status pernikahan kontrak itu. 

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

jelas beda Arya...Kaks tiri mu saia yang bodoh...sudah Tuhan pulihkan jodoh yang baik bagai berlian ..malah membuangnya...cari di batu koral...
Ak berdoa semoga berjodoh dengan Arya


Naura yang cantik dan sederhana...itu baru istri yang baik Arya jaga ya 🤣🤣🤣😮😮😮😮

2023-01-19

1

✨Nana✨

✨Nana✨

naura emang beda kan arya,,,dia layak km pertahankan dan km perjuangin

2023-01-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!