Tetesan air mata terus mengalir membasahi kedua pipi, hati yang berkecamuk seakan di tikam belati membawa tubuhnya jatuh ke lubang sedalam-dalamnya. Seorang wanita menangis melihat apa yang terjadi, sangat nyata di hadapan mata.
Naura mengepalkan tangan dengan sangat erat, melihat dua orang yang sedang bercumbu.
"Amar berselingkuh dengan sahabatku sendiri?" batinnya seraya menutup mulut menggunakan kedua tangan. Tak bisa menggambarkan suasana hatinya saat ini, pernikahan yang akan terjadi tiga hari lagi malah melihat momen panas di hotel yang tak sengaja didatanginya.
Naura memutuskan untuk pergi dari sana setelah menutup pintu yang dengan ceroboh tidak dikunci oleh dua sejoli yang tengah bercocok tanam.
"Apa kamu sudah percaya sekarang?" celetuk seorang pria yang menghentikan langkah Naura.
Naura menoleh, menatap wajah tampan dari calon adik ipar. "Hem, aku sudah melihat segalanya." Ucapnya seraya menyeka air mata dan berusaha tetap tegar.
"Ayo menikah denganku." Tegas pria itu enteng. "Aku sudah memperlihatkan segalanya padamu, mengenai kebenaran dari Amar dan juga tabiat buruknya. Apa kamu masih ingin melanjutkan pernikahan konyol itu?" Arya tersenyum seakan ingin memberikan pilihan kedua.
"Apa maumu?" ketus Naura yang menatap tajam pada Arya, calon adik iparnya. Melihat suasana kiri dan kanan, tak ingin ada orang lain yang mengenali mereka dan bisa merusak citra keduanya.
"Ikuti aku!" Arya berjalan lebih dulu, sedangkan Naura yang sedikit ragu terpaksa mengikuti pria itu yang selalu saja memberikannya tawaran.
Keduanya berada dalam mobil hitam, saling menatap dengan pikiran masing-masing.
"Aku punya tawaran menarik untukmu!" Arya memberikan sebuah berkas yang berisi perjanjian pranikah, membuat dahi Naura berkerut.
"Perjanjian pranikah? Apa maksudmu memberikan ini?"
"Apa kau masih berniat melanjutkan pernikahan dengan Amar atau tidak?"
"Sudah aku katakan sebelumnya, aku tak ingin berurusan denganmu. Apa pedulimu mengenai urusanku? Ini tidak akan berpengaruh apapun padaku." Naura memang tak berniat untuk melanjutkan pernikahan yang akan diadakan tiga hari lagi, tapi dia juga tak ingin menikah kontrak dengan Arya.
"Eits, kamu mau kemana?" Arya tersenyum tipis sambil memegang tangan Naura menghalangi niat wanita itu untuk keluar dari mobilnya.
"Aku tidak tertarik berurusan dengan Amar maupun dirimu, lepaskan aku!" tegas Naura yang menatap pria itu tajam.
"Ini tawaran yang sangat menarik, apa kau tahu? Amar memang mencintaimu, tapi kebiasaannya yang ingin berhubungan dengan banyak wanita tidak akan terlepas begitu saja. Coba saja kau pikirkan, menikah denganku akan membawa dampak yang sangat baik untuk kita berdua bagai simbiosis mutualisme, saling menguntungkan."
Naura mulai memikirkan rencana Arya yang ingin memberikannya tawaran gang begitu menarik, dengan membatalkan pernikahan dengan Amar dan menikahi calon adik iparnya sendiri, maka rasa sakit di hatinya segera terbalaskan dengan tuntas.
"Berapa lama pernikahan kontrak berlangsung?"
"Tidak lama, hanya satu tahun saja. Kita mempunyai musuh yang sama, bukankah sesama musuh bisa jadi sekutu untuk memperkuat kekuatan?"
"Hem." Naura langsung mengambil berkas perjanjian pranikah kontrak yang akan di jalaninya satu tahun, tanpa membaca isi surat kontrak secara menyeluruh. Dia menyerahkan berkas itu dan memberikan kepada Arya yang sedari tadi tersenyum dengan sikapnya diselimuti dendam, amarah, dan rasa sakit di hati akibat dikhianati.
"Apa kau tak ingin membaca isi perjanjian pernikahan kontrak?" Arya seakan memberikan wanita itu kesempatan untuk merubah keyakinan, tetapi Naura menggelengkan kepala dan keluar dari dalam mobil hitam.
Arya melihat kepergian wanita cantik itu dan tersenyum, tanda tangan di perjanjian pernikahan mereka. Setelah puas, dia mulai mengemudikan mobil menjauh dari tempat itu.
"Dasar wanita." Lirihnya pelan dan menggelengkan kepala.
Naura menangis sejadinya di danau hijau, tempat yang selalu didatangi saat merasakan sedih. Meluapkan seluruh kekesalannya, rasa sakit pengkhianatan dilakukan oleh orang terdekatnya.
"Amar sialan! Berani sekali dia berselingkuh dengan Lili, sahabatku sendiri. Apa kesalahanku dimasa lalu? Mengapa mereka begitu kejam dan menusukku dari belakang? Aku membenci kalian berdua." Pekik Naura sekeras-kerasnya, melemparkan batu sejauhnya yang dia bisa.
Rasa sakit dikhianati terasa sedikit plong, dia memutuskan untuk duduk di kursi yang tersedia pinggir danau. Meneguk air mineral dengan rasa kebencian dan tak terima dengan penghianatan yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri. Masih terbayang bagaimana dua orang yang sangat dipercaya bercumbu mesra tepat di hadapannya, namun dia masih bersikap positif dengan mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
"Setidaknya aku tahu bagaimana karakter asli pria itu, beruntung sifatnya terbongkar sebelum pernikahan terjadi. Apa dia pikir aku ini wanita lemah dan menerima segalanya dengan lapang dada? Aku pasti membalas mereka yang mengkhianatiku." Batinnya seraya meneguk air mineral, tenggorokan yang tadinya kering akibat berteriak cukup keras.
Naura segera kembali ke apartemen, melihat suasana tempat itu yang di dekorasinya dengan sangat rapi dan cantik beberapa bunga kesukaannya terpajang di dalam vas bunga.
"Hah, aku wanita yang cukup bodoh percaya dengan mulut manis Amar dan Lili." Monolognya dan langsung menghempaskan tubuh di atas sofa empuk seraya menonton televisi, dimana begitu banyak pemberitaan media mengenai pernikahannya dengan Amar, pria tampan dan juga CEO dari perusahaan Wijaya.
"Kenapa channel televisi hanya memberitakan hal ini saja?" Naura kembali kesal dan mematikan saluran televisi, memutuskan untuk tidur.
Di sisi lain, seorang wanita dan pria baru saja selesai bermain. Mereka tampak sangat mesra, dan tak akan menyangka mengenai hubungan itu.
"Permainanmu sangat hebat sekali, aku menyukainya." Puji Amar sambil membelai wajah wanita dalam dekapannya.
Lili tersenyum saat mendapatkan pujian itu, sengaja menghidupkan televisi untuk mengetahui pemberitaan hari ini. Dia tersenyum puas penuh kemenangan, pria yang berada bersamanya saat ini sebentar lagi akan menikah dengan sahabatnya sendiri.
"Naura yang malang, dia begitu bahagia dengan pernikahannya. Tapi, calon suami sahabatnya malah menghabiskan waktu denganku." Lili mencium kekasih dari sahabatnya dengan sangat lembut.
"Jangan membahasnya sekarang, tapi kita berdua." Bisik Amar seraya menggigit pelan telinga kekasih gelapnya.
"Kau nakal sekali, tapi aku menyukainya."
Sudah lama Lili menyimpan dendam pada Naura, sahabatnya itu merupakan wanita karir yang sukses dalam menjalankan bisnis. Dia sangat iri dengan penghasilan dan pencapaian dari sahabatnya, terutama mendapatkan kekasih seperti Amar Atmajaya seorang CEO tampan dan juga kaya raya. Segala yang dimiliki harus juga dia miliki, menusuk dari belakang dengan menghianati tak membuatnya merasa menyesal.
"Aku ingin lihat bagaimana pernikahan kekasih gelapku dan sahabatku dilangsungkan, pasti kehidupan rumah tangganya akan hancur." Batin Lili tersenyum licik, mengira kalau Naura akan menikah dan dia lebih leluasa menyakitinya.
"Aku pria tampan dan juga sangat kaya raya, tidak masalah mempunyai kekasih gelap ataupun istri kedua, kekayaanku tidak akan habis dalam tujuh turunan." Gumam Amar yang tersenyum tipis seraya melanjutkan rutinitas panas mereka.
Pernikahan digelar dengan sangat mewah, dimana empat hati mempunyai tujuan yang berbeda. Telah merancang skenarionya sendiri, dan melupakan ada adanya sebab dan akibat atas perbuatan mereka setelah melangkah.
Naura tersenyum melihat cermin besar di hadapannya, pantulan bayangan dirinya yang tengah mengenakan gaun putih pengantin serta rambut yang dicepol indah. Tak lupa beberapa aksesoris yang melekat di tubuh semakin membuatnya sangat cantik, inner beauty terpancar dengan sangat jelas. Hari yang ditunggu-tunggu datang juga, pernikahan yang mempunyai maksud terselubung untuk pembalasan dendam.
"Amar, jangan mengira dirimu menang terlebih dahulu, kamu kalah dua langkah dariku." Ucap Naura di dalam hatinya, tersenyum tipis saat membayangkan bagaimana ekspresi dari calon suaminya itu.
Ponselnya yang bergetar mengalihkan perhatiannya, melihat beberapa orang yang membantu berdandan. Segera dia mengusir mereka, lalu membaca pesan masuk dari Arya. Kembali menyunggingkan senyuman di wajahnya, saat rencana mereka akan berjalan sebentar lagi.
"Wow, sepertinya Arya mempunyai dendam pribadi pada Amar." Lirih Naura yang memutuskan keluar dari kamar setelah selesai bersiap-siap.
Senyum di wajahnya terukir sangat indah, berjalan dengan anggun menjadikan dia pusat perhatian semua orang penampilannya seperti bidadari turun dari kayangan. Perlahan tapi pasti satu persatu menuruni tangga, berjalan menghampiri mempelai pria.
Sedangkan Amar tak bisa mengedipkan matanya, melihat penampilan dari calon istrinya yang sangat cantik membuatnya tak tahan untuk segera memiliki.
"Naura sangat cantik sekali, akan aku buat malam pertamanya berkesan." Guman Amar di dalam hati, tersenyum nakal saat hasrat laki-lakinya di uji.
Semua orang dari kalangan bisnis dan tamu undangan yang sangat penting menghadiri acara itu, berniat untuk ikut merasakan kebahagiaan dari sang mempelai.
Naura yang sudah sampai di altar pernikahan menolak uluran tangan dari Amar, langsung menyambar mikrofon yang dipegang oleh pembawa acara.
"Sebelum pernikahan ini dimulai, aku ingin meminta waktu hanya lima menit saja." Ucap Naura dengan lantang.
"Drama apa ini? Jangan membuang waktu." Kata Amar mendekati calon istrinya yang tak menggubris perkataannya.
"Pernikahan hanya terjadi dalam dua orang yang saling percaya dan juga mencintai, aku sangat bahagia dengan apa yang terjadi sebelumnya tapi cinta itu hanyalah omong kosong."
Mendengar perkataan dari Naura membuat suasana di dalam gedung itu riuh, mereka mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada calon pengantin.
"Sebelum aku mengatakan hal yang lebih jauh lagi, kalian boleh melihat di layar monitor ini." Naura langsung memperlihatkan layar monitor yang sengaja dipasang sebelumnya oleh bawahan Arya.
Semua orang tampak terkejut, terutama Amar dan juga Lili yang berada di layar monitor sedang melakukan hal-hal yang tidak senonoh, tanpa sensor memperlihatkan kepada semua orang berniat untuk mempermalukan mereka.
"Sudah cukup! Kau sangat keterlaluan sekali." Amar sudah tidak bisa membendung amarah, karena telah dipermalukan di hadapan publik.
"Ada apa, Sayang? Bagaimana dengan kejutanku, apa kau menyukainya?" Naura tersenyum simpul mendekati Amar yang tengah memendam amarah.
"Cepat hapus video itu!" Amar memberikan peringatan agar Naura segera menghentikan aksi menghina dirinya. Video syur yang sudah tersebar membuat Naura dan seseorang di balik layar tersenyum kemenangan.
"Amar, kau akan kalah." Gumam Arya di balik layar.
Lili berkeringat dingin dan juga sangat pucat, dirinya yang telah diketahui oleh publik menjadi kekasih gelap dari sahabatnya sendiri. Semua orang mulai menatapnya dengan rendah begitu pula kepada Amar buruk.
"Sial, bagaimana dia mendapatkan video itu?" Batin Lili, ingin sekali dirinya menghilang dari pandangan orang-orang. Tapi apa daya? Saat ini dia dan Amar telah di cap buruk dan berimbas pada karir.
"Untuk sahabatku, Lili. Terima kasih atas penghianatan yang selama ini kau berikan, aku tidak menyangka mempunyai sahabat yang busuk sepertimu menusukku dari belakang." Naura menunjuk sahabatnya dengan tatapan tajam, tentu saja mempermalukan dua orang yang sudah mengkhianatinya.
"Hentikan ini semua, jadi kau sengaja melakukan ini padaku?" sentak Amar yang menarik tangan Naura dengan kasar, dirinya kehilangan wajah di hadapan semua orang yang mengetahui tabiat aslinya.
"Aku memang wanita bodoh, mempercayai segala rayuan mautmu itu. Tapi seseorang mulai menyadarkanku, bagaimana sifat aslimu yang sebenarnya."
"Apa kau puas sekarang?"
"Tentu saja aku puas." Sahut Naura tersenyum tipis, berjalan dengan arogan.
"Apakah anda menerima perlakuan dari tuan Amar?" ucap salah satu reporter yang mendekati Naura mewakili para reporter lainnya.
"Seperti yang kalian lihat, aku tidak mengampuni sang pengkhianat."
"Bagaimana dengan acara pernikahan ini, banyak pemimpin perusahaan asing yang meluangkan waktunya?"
"Pernikahan ini akan tetap berlangsung, aku tetap memikirkan para kolega bisnis yang sudah menyempatkan waktu untuk hadir dalam acara pernikahan ini." Jawab Naura dengan raut wajah santai.
"Apa kau pikir aku ingin menikah dengan wanita sepertimu? Yang sudah mempermalukanku di hadapan semua orang. Aku bersumpah tidak akan menikahi wanita ular sepertimu!" Ketus Amar menatap punggung Naura dengan tajam menyimpan amarah yang sebentar lagi akan meluap.
Naura segera berbalik dan tersenyum tipis. "Siapa yang ingin menikahimu? Kau percaya diri sekali."
"Apa? Lalu kau menikah dengan siapa?"
"Itu mempelai prianya, calon suamiku yang sebentar lagi menjadi suamiku." Naura menunjuk seseorang yang berjalan ke arah mereka.
Perhatian semua orang teralihkan, seorang pria mengenakan jas abu-abu terlihat sangat tampan. Amar sangat terkejut melihat siapa mempelai pria pengganti, yang ternyata adalah adiknya sendiri.
"Arya?"
Semua orang tampak terkejut, melihat pengusaha muda yang juga berbakat dalam bidang bisnis. Kakak beradik yang tidak pernah akur dipertemukan dalam altar pernikahan, Arya muncul sebagai peran pria pengganti.
Arya tersenyum sangat tipis menghampiri Naura, sengaja mengecup tangan mempelai wanita membuat suasana semakin panas.
"Oho, jadi ini konspirasi kalian berdua untuk mempermalukanku?" Amar langsung menatap adiknya dan juga calon istri secara bersamaan, penuh kebencian.
"Konspirasi? Kau lah yang mempermalukan dirimu sendiri, jangan menyalahkan orang lain untuk itu."
"Kalian berdua bermuka tebal."
"Terserah apa yang ingin kau katakan, aku juga tidak peduli. Kau menyia-nyiakan intan berlian dan menukarnya dengan kerikil berlumpur."
Arya memegang tangan Naura dan membawanya menuju di hadapan pendeta, mengucapkan janji suci pernikahan yang begitu sakral. Sementara Lili dan Amar pergi meninggalkan tempat itu, mereka sangat malu mendapatkan citra yang buruk.
"Aku tidak menyangka kalau mereka melakukan ini, aku pasti membalas kalian!" batin Amar yang penuh tekad.
"Sial, berani sekali Naura mempermalukanku di hadapan semua orang. Lalu, bagaimana dengan karirku sebagai model?" gumam Lili di dalam hati, mengumpati mantan sahabatnya.
Arya dan Naura tersenyum penuh arti, keduanya berhasil membuat dua orang pengkhianat kehilangan wajah di hadapan publik.
"Ini baru awalnya saja, kau akan melihat hal yang lebih dari ini, Amar." Batin Arya tersenyum licik.
Lili mengejar Amar yang pergi meninggalkan altar pernikahan, namanya yang dibanggakan kink citranya juga rusak karena telah dipermalukan oleh Naura. Kehilangan wajah pada semua orang memang membuat keduanya tak bisa menatap siapapun lagi.
Amar pergi tanpa mengatakan apapun, sorot mata penuh dendam juga kebencian, api kemarahan yang tak bisa dibendung olehnya. Dia memukul tembok melampiaskan rasa kesal yang telah di permainkan oleh Arya dan juga calon istrinya.
"Sial, mereka telah mempermainkan aku. Aku tidak akan tinggal diam dan akan menghancurkan mereka!" tekad Amar yang sudah bulat, kembali melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa menuju mobil yang terparkir.
"Amar, tunggu!" Lili mengatur nafas saat kekasih gelapnya itu menghentikan langkah.
"Apa?"
"Aku ingin ikut bersamamu."
"Itu tidak perlu, aku butuh waktu sendiri."
"Tapi aku juga korban disini, kita sama-sama di permalukan oleh mereka."
"Hem, baiklah." Amar menghela nafas, dengan terpaksa menyetujui permintaan dari kekasih gelapnya yang selalu memuaskan hasrat sebagai seorang laki-laki yang tidak pernah diberikan oleh Naura.
Di dalam mobil, Amar masih memikirkan kejadian memalukan itu. Kerugian yang begitu banyak diterima olehnya, video syur itu juga membuat nama baik yang selama ini dijaga menjadi hancur. Tangan yang berada di stir mobil mulai mencengkram kuat, tatapan lurus kedepan dan rahang yang mengeras.
"Aku tidak bisa menerima hal ini, pasti otaknya ada pada Arya. Aku berjanji akan menghancurkan kalian berdua, tunggu saja tanggal permainannya." Gumam Amar di dalam hati yang menyimpan dendam.
Lili juga sangat kesal saat mengetahui Naura yang menikah dengn Arya, seorang pria tampan dan juga pemilik perusahaan terbesar, tidak kalah dari Amar. Rasa dengki kembali mengusik jiwanya yang hendak menghancurkan, dan berniat untuk merebut.
"Bersenang-senanglah sekarang, Naura. Aku pastikan merebut apa yang kau punya, nikmatilah kemenangan sementaramu." Batin Lili tersenyum licik.
Ya, Lili sangat terobsesi merebut apa yang menjadi milik Naura. Semua yang di sukai oleh mantan sahabatnya itu, dan terkadang dia juga mencuri barang-barang kesayangan milik wanita malang yang beruntung menikah dengan Arya.
"Apa kamu hanya diam saja disini? Sebaiknya kita mengucapkan selamat pada mereka." Lili berusaha meracuni pikiran kekasih gelapnya itu.
"Apa maksudmu?" Amar menatap tajam Lili, semakin marah saat mendengar perkataan itu.
"Begini, kau jangan mau kalah dari mereka. Bermain cantik untuk menghancurkan keduanya, hancurkan kesombongan mereka."
"Apa kau punya rencana?"
"Tentu saja." Jawab Lili dengan sombong seraya mengibaskan rambutnya menyombongkan diri.
****
Pernikahan yang penuh dengan drama akhirnya usai, menjadi pemberitaan di semua awak media. Seorang perancang busana menikah dengan Arya yang terkenal kejam dan licik di dunia bisnis, banyak yang tak menyangka kalau pernikahan mendadak itu terjadi.
Naura menyusuri pandangan melihat sekeliling ruangan itu, kamar pengantin yang telah dihias dengan indah dan juga romantis. Menatap malas dan mendelik kesal, masih menyimpan kemarahan di khianati oleh dua orang yang sangat dipercaya.
"Apa gunanya semua dekorasi indah ini?" Naura menanggalkan satu persatu dekorasi indah dan mematikan lilin, dirinya dipenuhi rasa benci dan bahkan cinta itu masih tersisa.
"Apa dengan merusak kau bisa tenang? Norak sekali." Ucap seseorang yang tak lain Arya, pria yang telah sah menjadi suaminya sendiri.
"Diamlah! Pergilah dari sini!" usir Naura yang menatap Arya jengkel.
"Apa kau lupa? Kita sudah sah menjadi suami istri."
"Hah, aku tidak peduli. Lagipula ini pernikahan kontrak saja, tidak perlu mengingatkanku akan hal itu."
Naura tersenyum saat melihat kondisi kamar pengantin yang sangat berantakan, puas akan maha karyanya yang merusak dekorasi indah yang kini seperti kapal pecah, sangat berantakan. Meringis meratapi nasibnya yang malang, mencintai seorang pria secara berlebihan malah mendapatkan balas pengkhianatan dari sahabat kecilnya.
"Kau seperti orang gila."
"Apa kau tahu? Takdir ini begitu lucu, mempermainkan kehidupan dengan membolak-balikkan keadaan. Kemarin kau menjadi calon adik iparku, tapi sekarang malah menjadi suami ku."
"Memangnya apa yang kau harapkan darinya, kesepakatan di antara kita ini sudah benar. Jangan mengikuti hatimu saat merasakan semua pilihan dalam hatimu dipenuhi keraguan, kau sudah menandatangani kontrak pernikahan. Di depan kakek dan semua orang kita pasangan suami istri, bersikap romantis jika berhadapan di hadapan publik." Jelas Arya yang ikut duduk di sebelah Naura.
"Sudah cukup mengingatkan ku!"
Naura sangat jengkel mendengar perkataan Arya yang seperti menggurui nya, namun kemarahannya mereda saat pintu yang diketuk dari luar.
"Buka pintunya!" Arya berbaring dan hanya memerintah, malas membukakan pintu apalagi dirinya sangat lelah menyambut tamu yang memberikan selamat.
"Aku?"
"Hem, tentu saja kau."
Naura menghela nafas, berjalan gontai karena dirinya juga lelah. Membukakan pintu dan melihat seorang pegawai hotel berdiri di hadapannya.
"Ada apa?"
"Tuan besar meminta kalian untuk pergi menemuinya!"
"Baiklah, kami akan menemuinya."
Setelah menutup pintu kamar, dia segera mengganti pakaian. Mengenakan gaun seharian sangatlah melelahkan.
"Siapa?"
"Pegawai hotel."
"Tapi kenapa?"
"Kakekmu meminta kita untuk menemuinya di ruangannya."
"Hem, jangan lupakan sandiwara ini."
"Ya ya ya, jangan mengatakan itu berulang kali. Dinding pun mempunyai telinga dan bisa mendengar semua perkataan mu."
Naura dan Arya yang telah mengganti pakaian milik pengantin, mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Sandiwara yang di mainkan hanya untuk keuntungan pribadi, balas dendam, dan juga cerita di masa lalu yang belum terungkap.
Terlihat seorang pria tua dengan rambut perak, namun masih terlihat tampan di usianya yang sudah tak muda lagi. Tersenyum melihat sepasang pengantin berjalan menghampirinya, menyambut kedatangan mereka dengan hati yang gembira.
"Selamat atas pernikahan kalian berdua."
"Kami diminta untuk menemui Kakek, sebenarnya ada apa?" Arya mengerutkan kening, tak tahu apa yang berada di dalam benak pria tua berambut perak itu.
"Begini, selama ini aku tidak tahu kala Amar begitu buruk. Aku sempat pilih kasih antara kau dan dia, tapi sekarang aku yakin kalau kau bisa menjaga nama dan juga citra yang selama ini aku bangun."
"Hem, lalu?"
"Kakek ingin kalian tinggal di Mansion utama."
"Tapi aku masih punya apartemen untuk kami."
"Jangan menolak permintaan pria tua seperti ku, di usiaku ini sangat membutuhkan keluargaku." Pinta Beno dengan penuh harap.
Beno memang tidak bisa menerima perbuatan yang dilakukan Amar, tapi dia tetap seorang kakek yang tak ingin hidup berpisah dari kedua cucu laki-lakinya.
"Ini yang aku tunggu." Batin Arya tersenyum sekilas, tidak ada yang tahu apa niatnya.
Sementara Naura sangat kesal, tapi Arya sudah mengatakan sebelumnya kalau ini pasti akan terjadi.
"Ini saatnya aku balas dendam, baik Amar ataupun Lili. Aku tidak akan mengampuni kalian berdua, dan akan membalasnya dengan bermain cantik." bGumamnya di dalam hati.
"Baiklah, kami setuju." Jawab Arya dan Naura serempak, berkontak mata beberapa detik melemparkan senyuman indah penuh arti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!