My Sweet Girl
Cittt...
Deritan ban mobil yang beradu dengan aspal, terdengar cukup nyaring di telinga. Alvaro menginjak rem mobilnya dengan tepat, hingga tinggal beberapa jengkal lagi mungkin akan mengenai gadis yang menyebrang di depannya dengan menggunakan sepeda motor. Alvaro keluar dari mobilnya dan menghampiri gadis yang masih terduduk di atas jalanan dengan motor yang menindih satu kakinya. Alvaro membantunya untuk mengangkat motor yang menindih kaki gadis itu.
Gadis berkaca mata itu berdiri dan menepuk kakinya dengan yang sedikit sakit. Lalu dia menatap ke arah pria yang membantunya itu. Disini memang dia yang salah, karena terburu-buru untuk pergi ke tempat bekerja, dia sampai tidak sadar jika menyebrang tanpa melirik kanan dan kiri dulu.
"Terima kasih ya, maaf karena aku menghambat perjalananmu"
Deg..Deg..
Debaran aneh yang baru pertama kali Alvaro rasakan saat mata di balik kacamata itu menatapnya. Bola mata hitam yang bersih, dengan tatapan yang polos itu seolah berhasil menghipnotis Alvaro.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya, permisi"
Alvaro mengerjap saat gadis itu sudah men-staterr motornya dan pergi dari harapannya. Dia jadi merutuki kebodohannya yang tidak menanyakan nama dan nomor telepon gadis itu. Alvaro menatap punggung gadis itu yang menjauh dari pandangannya.
Sial, kenapa bodoh sekali, dia adalah gadis pertama yang membuatku berdebar.
Alvaro mengacak rambutnya dengan kasar, dia berbalik dan masuk kembali ke dalam mobilnya. Siang ini dia harus sampai di restaurant miliknya. Ada rekan bisnis yang ingin menanam saham di restaurant miliknya ini.
Sampai di restaurant miliknya, Alvaro langsung masuk dan di sambut oleh anggukan beberapa pekerja yang berpapasan dengannya. Melewati ruangan karyawan, Alvaro sedikit mendengar kebisingan di ruangan itu. Membuatnya mengurungkan niatnya untuk melangkah ke lantai atas, dia berbalik dan mendekat ke arah pintu. Ruangan ini adalah loker tempat penyimpanan barang-barang karyawan. Alavaro membuka pintu dan melihat situasi di dalam.
Dia 'kan..
"Ada apa ini?" Tanya Alvaro membuat kedua pekerja wanita itu menoleh ke arahnya.
"Maaf Tuan, ini adalah karyawan part time yang baru bekerja hari ini. Tapi, dia sudah terlambat satu jam" kata Prita, si kepala pelayan di restaurant ini. Dia yang bertugas untuk menertibkan semua pelayan di restaurant ini.
Dan saat ini, Prita memang sedang melakukan tugas yang di berikan oleh Alvaro. Tapi saat dia melihat siapa karyawan baru yang sedang di tegur oleh Prita, entah kenapa Alvaro tidak rela.
"Kau keluar! Biar aku yang menertibkannya"
Pria mengangguk hormat pada Alvaro, lalu dia segera keluar dari ruangan itu. Sementara gadis yang tadi di marahi oleh Prita, hanya menunduk dengan tangan yang saling bertaut. Dia tidak menyangka jika bossnya adalah pria yang tadi hampir saja menabraknya.
Alvaro berjalan mendekatinya, dia menatap gadis itu dengan senyuman tipis. Ternyata kita di pertemukan lagi. Aku rasa kau memang jodohku.
"Kau...." Alvaro menatap ke arah kaki gadis itu, dia ingat jika saat tadi dia terjatuj dari motor kakinya sedikit terluka. Dan benar saja, dia masih belum mengobati luka di kakinya.
Alvaro yang tiba-tiba merangkul bahunya, membuat gadis itu terkejut dan menatap ke arah Alvaro dengan bingung dan terkejut. "Kau tidak mengobati kakimu, bagaimana jika terjadi infeksi"
"Ma-maaf Tuan, tapi saya benar-benar tidak papa"
"Sudah diam!" Alvaro mendudukannya di sebuah kursi kayu yang ada di ruangan itu. Dia mengambil kotak obat di salah satu loker dan mulai mengobati kaki gadis itu yang terluka.
"Siapa namamu?" Tanya Alvaro, masih dengan mengoleskan obat merah di kaki gadis itu.
"Tami"
Alvaro mengangguk, selesai dengan memasang plester di luka Tami. Dia berdiri dan menatap gadis berkacamata itu. "Jadi, kau bekerja paruh waktu disini?"
Tami mengangguk, dia semakin takut jika dirinya tidak akan mendapatkan pekerjaan ini karena kesalahannya. Apalagi tadi dia hampir saja membuat atasannya ini kecelakaan.
"Saya, mohon Tuan. Jangan pecat saya..." Tami memasang wajah memelasnya, dia sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk membantu orang tuanya, membiayai kuliah dirinya dan pengobatan adiknya. "....Saya janji ini terakhir kaliinya saya terlambat. Saya akan bekerja dengan baik"
Alvaro tersenyum tipis, melihat wajah memelas dari gadis berkamata di depannya ini. "Aku tidak marah, jika kau memberi tahu kenapa alasanmu bisa terlambat hari ini?"
Tami mendongak, dia menatap wajah Alvaro. Ternyata pria itu tidak semenakutkan bos besar pada umumnya yang selalu menindas karyawan kecil sepertinya. "Aku terlambat karena aku harus membantu Ayah menyiapkan untuk jualan"
Alvaro mengangguk, mendengar dari ceritanya membuat Alvaro semakin penasaran dengan gadis itu. "Baiklah, sekarang kau boleh mulai pekerjaanmu. Ambil seraga kerjamu pada Prita, wanita yang tadi menegurmu disini"
Tami mengangguk dengan sedikit membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat pada atasannya ini. "Baik Tuan, terim kasih karena sudah menerima saya"
"Iya"
Alvaro berlalu ke luar dari ruangan itu. Tidak mungkin aku melepaskannya. Gumamnya saat pintu ruangan dia tutup.
...💫💫💫💫💫💫💫💫...
Prita sebenarnya sedikit heran, kenapa Alvaro bisa segampang itu memaafkan kesalahan karyawan baru itu. Padahal yang mereka tahu, jika Alvaro adalah sosok pemimpin yang tegas. Prita saja melakukan ketegasan itu, semuanya juga karena perintah dari Alvaro. Memang atasannya itu selalu menginginkan karyawannya yang tertib. Yang menghargai waktu bekerja, disiplin dalam bekerja. Tapi saat ini Pria merasa heran, karena terlambat satu jam bukan waktu yang sebentar. Apalagi ini adalah karyawan baru.
Dan hari ini berlalu dengan cepat, Tami mengambil jaket dan tasnya di dalam loker. Memakai jaket dan menggendong tas ranselnya. Baru saja Tami akan keluar dari ruangan itu, tapi dua orang pekerja senior di sana menghalangi jalannya. Dia menghadang Tami di depan pintu keluar.
"Ada apa Kak?" Tami menatap kedunya dengan sedikit membenarkan kacamatanya yang melorot.
"Kau pakai pelet apa? Kenapa bos bisa luluh begitu saja dengan kesalahanmu itu?" Tanya wanita berambut di cepol
"Kau tahu, Tuan Alvaro itu adalah orang yang sangat disiplin. Dia tidak menerima alasan apapun dari orang-orang yang tidak menghargai waktu dalam bekerja" wanita yang rambutnya di ikat satu, ikut menimpali dengan menatap sinis pada Tami.
Tami menghela nafas, rasanya dia sudah terlalu terbiasa dengan kejadian seperti ini. Karena di kampus juga dirinya selalu menjadi bahan bullyan teman-temannya.
"Aku tidak tahu apa-apa, aku tidak melakukan apapun pada Tuan Alvaro. Aku hanya meminta maaf padanya atas kesalahan yang aku lakukan barusan"
"Cih. Kita tahu bagaimana wanita mura*han seperti kamu. Yang berpura-pura polos dan lugu, tapi kamu sedang menyimpan rencana yang besar untuk menjebak Tuan Alvaro"
"Tidak Kak, aku tidak punya niat seperti itu"
Tami mulai panik saat kedua temannya itu keluar dan mendorong tubuhnya yang juga ingin ikut keluar. Pintu ruangan tertutup dan terdengar suara pintu yang di kunci dari luar. Tami panik dan mencoba menggedor-gedor pintu. Berharap ada seseorang yang membukakan pintu.
Ya Tuhan, tolong aku.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
uyhull01
Tami itu bkan nya sahabat Ayra ya??
2023-01-04
0