Stay With Me
Gadis berambut keriting, menggendong bola basket di tanganya, dia mengenakan baju olahraga yang sudah di siapkan oleh sekolah.
''Jangan sok jago!'' desis gadis berambut keriting itu menatap jengah cowok di hadapanya, yang sok cool, sok ganteng dan sok segalanya.
Cowok itu tertawa kecil. ''Citing, kali ini gue nggak akan kalah sama lo!'' jawabnya dengan percaya diri, seraya menyugar rambutnya kebelakang.
Gadis itu memutar bola matanya malas. ''Sejak kecil...lo selalu kalah main sama gue!'' ucap gadis itu mengibas rambutnya di depan cowok itu, sehingga cowok di hadapnya menutup matanya, saat merasakan rambut gadis di hadapnya menyapu wajahnya.
''Bukan sejak kecil saja, sampai sekarang lo masih kalah sama gue,'' lanjutnya dengan menyombongkan diri membuat cowok itu, mengambil bola basket dari gadis di hadapanya.
''Kita buktikan sekarang!'' tantang cowok itu.
''Apa taruhanya?'' tanya gadis itu.
''Terserah lo mau minta apa,'' balas cowok tampan itu, membuatnya menyungkirkan senyuman penuh arti.
''Kalau lo kalah, berhenti ganggu gue!''
''Gue nggak mau!'' ogah cowok itu. Enak saja gadis di hadapnya menyuruhnya untuk berhenti mengejar dirinya.
''Kalau lo nggak mau, udah jelas dong kalau gue yang bakalan menang.''
''DYTA!!!''
''FAREL!!
Kedua nama yang di panggil namanya, langsung melihat keasal suara. Farel dan Dyta saling bertatapan. ''Gawat, ibu Sri!''
Guru berbadan kekar, berkacamata bulat, pipihnya yang bakpau, dengan polesan lipstik merah terang, serta raut wajahnya yang garang, langsung menghampiri Dyta dan juga Farel.
''Bolos lagi kalian, Hah!'' Ibu Sri langsung menjewer telinga Dyta dan Farel.
''Sakit, bu!'' keluh Dyta.
''Kita nggak bolos bu, ini lagi jam olahraga kelas X dan XII,'' ucap Farel, dan dibalas anggukan setuju oleh Dyta.
''Fungsi jam tangan kalian apa, Hah! Apa jam tangan yang kalian pakai, jam tangan mati! Sudah satu jam lebih, pelajaran olahraga selesai!'' marahnya kepada Dyta dan Farel.
''Ibu Sri kalau ngomong mikir dulu, bu. Mana ada orang kayak pake jam mati!'' Farel membalas ucapan Ibu Sri, seraya menahan perih di telinganya, karna Ibu Sri belum juga melapskan tangannya dari telinga mereka berdua.
Ibu Sri langsung membawa Farel dan Dyta, menuju ruangan kepala sekolah. Tanpa berniat melepaskan tanganya yang menjewer telinga Dyta dan Farel.
Farel dan Dyta sudah berada di ruangan kepala sekolah. Kepala sekolah bername tag Ibu Annisa itu menatap Dyta dan Farel secara bergantian.
Sementara mereka menunduk.
''Kalian selalu saja menambah jam olahraga!''
Dyta dan Farel tidak mengucapkan sepatah katapun, selama di ruangan kepala sekolah. Mereka berdua masih mengenakan pakaian olahraga.
Sementara teman-teman mereka sudah berhanti pakaian sejak satu jam yang lalu.
Dengan wajah menunduk, Dyta melirik ke sampingnya. Ada Farel yang senyum-senyum tidak bersalah, saat cowok itu menginjak sepatunya di bawah sana.
Dyta mengepalkan tanganya, dia sudah menatap tajam Farel, memberikan kode kepada cowok itu, untuk menghentikan kakinya dibawah sana, untuk berhenti menginjak sepatunya.
“Awas aja lo, Rel. Gue bakalan hajar lo nanti! “
''Dyta, Farel!''
''Iya, bu!'' jawab mereka berdua dengan kompak.
''Kalau kalian masih menambah, jam olahraga minggu depan, ibu tidak akan segan-segan menyuruh pak Bono untuk tidak mengikutkan kalian berdua, di jam olahraganya, selama dua minggu!'' Kepala sekolah mulai mengacam.
Farel dan Dyta saling berpandangan. Lalu mengangguk mengiyakan ucapan kepala sekolah.
Setelah di berikan wejangan oleh ibu Annisa, kedua murid itu sudah di persilahkan keluar.
''Farel!''
Sepertinya Farel tau, jika Dyta akan mengajarnya, setelah mereka keluar dari ruangan kepala sekolah.
‘’Kejar gue ciiting, kalau bisa!'' ejek Farel menjulurkan lidahnya kepada Dyta.
Mereka berdua kejar-kejaran dilapangan sekolah.
''Sini lo, Rel! Dari kecil lo selalu gangguin hidup gue!'' teriak Dyta masih mengejar Farel.
Farel tertawa, suatu kepuasan bagi Farel membuat Dyta marah padanya.
Dyta mengatur nafasnya, keringat bercucuran di wajahnya yang cantik itu, mengejar Farel.
''Segitu doang?'' ledek Farel membuat Dyta menatapnya tajam.
Dyta menegakkan badanya, membuka sepatunya. Lalu tersenyum kicik kearah Farel.
''Kena lo!'' Dyta melempar sepatu vans kesayanganya, kearah Farel.
Dannnn
Farel menunduk saat sepatu Dyta melayang kearahnya.
Plak…
Dyta melototkan matanya, saat sepatu vans kesayanganya itu berhasil di hindari oleh Farel dan mengenai seseorang.
Farel menaikkan alisnya sebelah, saat melihat kebelakang. Sepatu yang di lempar oleh Dyta untuk dirinya mengenai wajah seseroang.
Dia asing di mata Farel, sebelumnya dia tidak melihat cowok itu di lingkungan sekolah sini.
“Apa dia murid baru?”
Cowok itu memgambil sepatu, yang berhasil menampar wajahnya. Lalu menatap Dyta sang pelaku.
Dyta meneguk salivanya susah payah, tatapan dingin cowok itu membuat jantungnya tidak karuan.
Matanya sungguh tidak asing untuk dia pandangi, seperti sudah lebih dulu dia menatap wajah dinginya, serta matanya yang memancarkan kesedihan.
Cowok itu berjalan, seraya memegang sepatu vans Dyta. Dia memberhentikan langkah kakinya tepat di dekat Farel.
''Ruangan kepala sekolah dimana?'' tanya cowok itu dengan dingin.
''Tuh,'' tunjuk Farel, tepat pada ruangan yang pintunya terbuka lebar.
''Terimakasih,'' ucapnya lalu melewati Farel.
Cowok itu berhenti di depan Dyta, membuat jantungnya semakin tak karuan. Bertatapan dengan jarak dekat, membuat Dyta semakin merasakan gejolak sesuatu didalam dadanya.
Cowok itu memberikan sepatu sepatu Dyta. Sepatu yang di lemparkan untuk Farel mengenai wajah cowok lain.
Dyta mengambil sepatunya, tanpa mengalihkan pandanganya dari cowok di hadapanya.
Ini pertama kalinya ia melihat cowok di hadapnya, namun mengapa ia merasa jika ia sudah mengenalnya dari dulu.
Dyta sudah mengambil sepatunya, menatap sepatu yang sudah mengenai wajah cowok ganteng nan dingin itu.
“Dyta Kevinya.”
Dia membaca name tag, Dyta. Lalu melewati gadis itu.
''Terimakasih,'' ucap Dyta membalikkan tubuhnya.
Cowok itu memberhentikan langkah kakinya, lalu membalikkan tubuhnya, menatap gadis bernama Dyta itu.
''Sama-sama Dyta Kevinya,'' ucapnya lalu melanjutkan langkah kakinya membuat Dyta kembali melotokan matanya.
''Gimana bisa dia tau nama gue?'' Dyta menggeleng tidak percaya, jika cowok itu mengucapkan namanya.
Farel merangkul pundak Dyta, membuat Dyta menatap tajam Farel.
''Lo bertanya, dari mana dia tau nama lo itu?''
Dyta mengangguk, lalu Farel tersenyum mengejek.
''Dari sini,'' tunjuk Farel, di papan nama Dyta, tertuliskan nama aslinya membuat Dyta langsung menepuk jidatnya.
''Rel, lo tau nggak.''
''Nggak.''
''Jelas lo belum tau, karna gue belum selesai ngomong!'' desis Dyta.
Mereka berdua berjalan, dengan Farel masih merangkul Dyta. Padahal, belum ada satu jam mereka berkelahi.
''Tatapan cowok tadi itu, kayak nggak asing, Rel,'' ucap Dyta serius, membuat Farel tertawa.
''Lo mikir, itu pasti Agrif?'' tebak Farel yang sudah tau, arah pikiran Dyta.
Dyta mengangguk. ''Gue kangen dia, Rel. Pasti dia udah tumbuh dewasa kayak lo.''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
.
selamat ka... semoga aku bisa nulis yang baik kaya kakak
2024-05-28
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-04-21
0
Tulip
udah pada besar mereka. si farel apa si agrif nih yg bakal dptin dyta
2023-03-06
0