''Irfan,'' panggil Dyta, ''siapa dia?'' lanjutnya dengan serius, dia penasaran siapa cowok itu.
''Dia murid baru di sekolah ini, namanya Lion,'' jawab Irfan.
Dyta masih setia bertatapan dengan murid baru bernama Lion itu, Dyta asing dengan namany. Tetapi, mengapa dia merasa jika tatapan itu tidak asing untuk dia pandangi.
Dyta melotokan matanya saat Raka melemparkan Lion bola basket, secara tiba-tiba, untung saja Lion gercep menangkap bola basket tersebut, dengan matanya yang dingin masih bertatapan dengan Dyta.
Lion dan Raka saling bertatapan. Farel dan Dyta masih setia bersedekap dadah, melihat pertandingan antara Lion dan Raka yang tidak lama lagi akan di mulai.
''Kak Lionnnnnn!!!!'' teriak Dyra.
''Pasti menang!!!!'' Tim cheerleader
Itu adalah suara tim cheerleader, meneriaki nama Lion menjadi penyemangat.
''Dasar cewek cantil,'' tawa Farel melihat Dyra begitu semangat.
Dyra begitu semangat meneriaki nama Lion, hingga Hasya menarik baju Dyra, sehingga gadis itu langsung membalikkan tubuhnya.
''Kenapa, Sya? Lo mau bilang juga kalau kak Lion tampan?'' cerocos Dyra, tidak membiarkan Hasya mengucapkan apa yang ingin dia ucapkan.
''Bukan itu,'' sanggahnya kepada Dyra.
‘’Terus apa?'' tanya balik Hasya.
''Jangan cuman kasi semangat sama kak Lion. Kita harus adil, kita juga harus kasi semangat kak Raka,'' ucap Hasya membuat Dyra tertawa.
''Gys, Ikuti gue, yah!'' pintah Dyra kepada tim cheerleader.
''Kak Rakaaaaaa!!!''
‘’Pasti menang!!!''
''Adik lo tuh,'' tunjuk Farel menggunakan dagunya, melihat Dyra begitu heboh.
Dyta tertawa kecil. ''Dia emang gitu sejak lahir,'' balas Dyta membuat Farel juga tertawa.
Mata Farel tertuju kepada Riki, sosok cowok yang di percaya Tegar untuk menjaga adik dan sepupunya.
Farel melihat Riki sedang berjalan menghampiri Hasya, lalu dia berbisik kepada gadis itu lalu menarik tanganya pergi meninggalkan tim cheerleader.
''Lo mau kemana?'' Dyta mencekal pergelangan tangan Farel.
''Gue ke toilet bentar,'' jawab Farel dan dibalas anggukan kepala oleh Dyta.
''Buruan balik, Rel! Pertandingannya udah mau di mulai!'' teriak Dyta kepada Farel yang sudah melenggang pergi.
Farel sudah tidak mendengar teriakan Dyta.
Farel berjalan dengan cepat, dia penasaran mengapa kembaran Raka itu menarik tangan keponakanya keluar dari lapangan.
Huft
Farel bernafas legah, saat melihat Hasya berpelukan dengan Tegar di depan gerbang sekolah.
Dia telah berburuk sangka kepada Riki, dia pikir Riki akan macam-macam kepada ponakanya yang polos itu.
Seseorang menepuk pundak Farel, sehingga Farel langsung melihat cowok yang sempat dia ikuti berdiri di sampingnya.
''Gue tau, apa yang lo pikirin,'' ucap Riki membuat Farel menyungkirkan senyuman singkat.
''Sorry,'' balas Farel dan hanya dibalas anggukan kecil oleh Riki saja.
''Lo nggak lihat kembaran lo tanding basket?'' tanya Farel, sehingga mereka berdua saling bertatapan.
Riki tersenyum tipis, lalu matanya fokus menatap kedepan.
''Nggak. Gue nggak suka basket,'' jawabnya dengan dingin, itu adalah ciri khas Riki sejak kecil.
Farel hanya mengangguk.
Farel pergi meninggalkan Riki, dia ingin menghampiri kedua keponakanya itu.
''Tegar!'' panggil Farel, sehingga Hasya dan Tegar langsung melihat keasal suara. Rupanya yang menghampiri mereka adalah Farel.
''Pulang tanpa sepengetahuan bunda lo, lagi?'' tanya Farel bersedekap dadah membuat Tegar tertawa kecil.
''Iya,'' jawabnya. ''Tau ajalah bunda, dia bakalan nahan kalau gue pulang.''
Di sekolah Tegar, sedang berlangsung rapat. Sehingga dia langsung kesini untuk menemui Hasya, adiknya.
Waktu yang dia tempuh, dari sekolahnya ke sekolah Hasya, membutuhkan waktu tiga jam lamanya, kalau tidak kejebak macet.
Dia sengaja tidak menberitahukan Rara jika dia ada di sini, jika dia pulang kerumahnya, kemungkin besar Rara akan menahan putranya itu untuk tinggal selama beberapa hari. Sementara jam kosongnya hanya hari ini saja, karna kepala sekolah di sekolahnya sedang mengadakan rapat bersama guru-guru.
Tegar dan Farel sudah sama-sama kelas 12. Hanya saja, Farel lambat sekolah dan dia sudah ketinggalan kelas tahun lalu.
''Ayah lo tau, kalau lo ada di sini?'' tanya Farel lagi dan dibalas anggukan kepala oleh Tegar.
Hanya Frezan saja yang tau, karna Frezan selalu mengerti apa yang Tegar inginkan. Ini juga demi masa depanya kelak.
Dia akan pulang kerumahhya jika ada libur dari sekolah.
''Om Farel kemarin ke pantai nggak ajak-ajak,'' jengkel Hasya, seraya memanyunkan bibirnya membuat Farel mengacak rambut keponakanya itu.
''Lo nggak boleh ikut, Sya. Ganggu tau nggak,'' balas Farel seraya tertawa kecil membuat Hasya semakin mencebikkan bibirnya.
Jauh-jauh kesini, Tegar hanya ingin melihat Hasya saja. Ingin melihat wajah adik kesayanganya itu, dia juga ingin melihat wajah kedua sepupunya Dyta dan Dyra.
Namun dia urungkan niatnya, dia tidak mau jika Dyra sampai mengatakan kepada Rara, jika dirinya ada di sini, apa lagi Dyra orangnya cerewet.
Dia tidak mau, jika Rara kecewa padanya karna tidak menemuinya.
Tegar sudah bertemu dengan Frezan di kantor tadi, dia yang singgah di kantor milik ayahnya untuk menemui Frezan.
Tegar ke sekolah Rara menggunakan mobil kantor, dia menyimpan motornya di kantor. Takut-takut jika Rara ada di luar dan melihat dirinya.
Hasya masuk kedalam mobil, saat Tegar mengatakan ada oleh-oleh yang dia bawa untuk dirinya.
''Rel, gue tau. Lo masih ragu sama Riki yang jagain Hasya dan Dyra,'' ucap Tegar dengan sopan. Bagaimanapun, Farel adalah adik papahnya, Farel adalah om mudanya.
‘’Keraguan di hati gue tentang Riki cuman sedikit,'' jawab Farel santai. ''Bagaimanapun, Riki itu orang lain yang menjaga Hasya dan Dyra.''
Tegar mengangguk kecil.
Puluit tanda pertandingan basket di mulai, membuat Raka mendribel bola dengan hebat, agar membuat lawanya pusing.
Lion berusaha merebut bola Raka, membuat Raka tersenyum mengejek kearah Lion.
''Sial!'' gerutu Raka, saat Lion berhasil merebut bolah basket di tanganyan.
Raka mengejar Lion, jangan sampai cowok itu memasukkan bola basket kedalam ring, Raka akan menggalkan niatnya itu.
Raka menghadang Lion, agar cowok dingin itu tidak memasukkan bola basket kedalam ring.
''Kak Lion! Semangat!''
''Ayok kak Raka, semangat!''
''Rebut bolanya Kak!''
''Kak Raka!!''
''Kak Lion!!''
''Semangat!''
Teriakan itu berasal dari gadis-gadis yang memuja Raka dan Lion sih anak baru, dan suara yang paling keras tentunya suara anak cheerleader yang di pimpin oleh Dyra sih centil.
''Go! Go! Kak Lion! Kalahkan kak Raka!'' suara cempreng itu milik Dyra tentunya, dia terpesona dengan ketampanan milik Lion saat berpapasan di perpustakaan tadi.
Dyra, gadis itu sampai pusing membandingkan ketampanan milik Farel dan Lion, mereka berdua serih soal ketampanan.
Lion dan Farel mempunyai karakteristik yang berbeda, yang menjadi nilai plus untun ketampanan mereka.
Lion sih dingin yang bermata tajam, wajahnya yang dingin membuat Dyra menyandingkan wajah dingin Lion dan Riki.
Sih Farel yang humoris, tengil, badboy mampu membuat Dyra baper sejak dulu, dengan tindakan manis cowok itu kepadanya dirinya, Hasya dan Dyta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Hariyati Sadir
Tor tolong lanjutin ketua kelas pilihan, pliss
2023-01-11
0
dianelischaa94_
Ini Raka Riki adiknyaa Lea? 🤔
2023-01-10
0
Muhammad Dimas Prasetyo
Thor anaknya Rifal ga ada di sini
2023-01-08
0