Istri Kecil Sang Dosen Killer
"Kami mohon, Tuan. Jangan ambil rumah dan tanah kami," isak Somad memohon pada 2 pria bertubuh kekar yang ada di hadapan mereka.
"Kalian harus membayar hutang-hutang kalian. Kalian sudah bertahun-tahun tak membayar hutang kalian pada kami," ujar salah satu pria bertubuh kekar itu
2 pria bertubuh kekar itu datang ke rumah Somad atas perintah dari majikannya, si pemilik lahan perkebunan yang luas yang ada di daerah Ranah Batahan, Kabupaten Pasaman Barat.
Tuan Adhitama mengutus 2 pria itu untuk menagih hutang Somad dan yang sudah bertahun-tahun tak pernah mereka bayar.
Hutang mereka saat ini sudah melebihi 100 juta, sehingga suami istri itu tidak sanggup membayarnya lagi.
Sepasang suami istri itu hanya bekerja sebagai buruh di kebun sawit milik Tuan Adhitama.
"Kami mohon, Tuan. Beri kami waktu untuk melunasi hutang kami," Pak Somad terus memohon pada 2 orang pria itu.
Saat 2 pria bertubuh kekar itu berdebat dengan sepasang suami istri, datanglah seorang gadis yang cantik dan anggun.
"Pak, Buk, apa yang sedang terjadi?" tanya Ayunda pada Ayah dan ibu tirinya.
Pak Somad dan istrinya tidak bisa menjawab pertanyaan dari putri mereka.
Mereka hanya bisa menangis dan menangis.
Beberapa tetangga mulai menyaksikan apa yang telah terjadi di rumah itu.
"Pak, beritahu saya apa sebenarnya yang telah terjadi?" tanya Ayunda pada kedua pria yang memaksa Pak Somad dan istrinya keluar dari rumah yang sudah bertahun-tahun mereka tempati.
"Bapak dan ibumu berhutang banyak pada majikan kami, mereka harus membayar dengan rumah dan tanah yang mereka miliki," jawab salah satu pria kekar itu.
"Apa? Jadi, kalian ingin mengusir kami dari sini, lalu kami akan tinggal di mana?" tanya Ayunda ikut menangis.
"Itu bukan urusan kami," sahut si pria bertubuh kekar.
"Saya mohon, beri kami wqaktu hingga kami memiliki rumah kontrakan," ujar Ayunda berharap dapat mengulur waktu.
"Tidak, bisa!" bentak si pria bertubuh kekar itu.
Drrrttt drrrttt drrrttt.
Saat itu juga terdengar bunyi ponsel salah satu pria kekar.
"Bagaimana?" tanya Tuan Adhitama pada anak buahnya.
"Mereka tidak mau keluar dari rumah itu," jawab si pria kekar itu.
"Tuan," panggil Ayunda.
"Tuan, aku mohon jangan usir kami," pinta Ayunda.
"Tuan, hiks hiks." Ayunda pun mulai menangis.
"Aku akan datang ke sana," ujar Tuan Adhitama.
"Baiklah." Si pria itu memutuskan panggilan dari majikannya.
Tak berselang 10 menit sebuah mobil HRV berwarna merah berhenti tepat di halaman rumah itu.
Seorang pria tua yang bisa ditebak umurnya sekitar 70 tahunan turun dari mobil itu.
Melihat si pria tua itu, Ayunda langsung berlari menghampiri si pria.
Gadis cantik yang masih mengenakan seragam sekolah itu langsung bersimpuh di kakinya.
Ayunda yakin bahwa pria itulah majikan 2 pria kekar itu.
"Tuan, saya mohon jangan usir kami. Hanya ini satu-satunya tempat tinggal kami." Ayunda terus memohon maaf pada pria tua itu.
Si pria tua itu meminta Ayunda untuk berdiri, dia menatap Ayunda dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan sebuah tatapan yang sulit diartikan.
Ibu tiri Ayunda melihat gerak mata si Pria tua yang menatap Putri tirinya dengan tatapan yang sulit diartikan, dia yakin si pria tua itu menginginkan Putri tirinya.
"Tuan, jika Tuan menyukai putri kami. Bawalah dia," ujar Siti, si ibu tiri yang tidak memiliki perasaan.
Somad menatap tajam ke arah istrinya.
"Apa maksud perkataanmu?" tanya Somad tidak mengerti dengan perkataan sang istri.
"Pak, bagaimana kalau kita jual saja si Ayunda untuk melunasi hutang-hutang kita," usul Siti bersemangat.
Dia yakin si pria tua itu menyukai anak tirinya itu.
"Apa? Tidak bisa, kasihan Ayunda," bantah Somad pada istrinya.
"Lalu kamu mau bayar hutang kita dengan apa? kamu mau mereka mengambil rumah dan tanah kita?" bentak Siti tidak terima.
Somad hanya bisa terdiam, di sisi lain dia tidak tega menjual putrinya. Di sisi lain dia terjepit tidak tahu harus bagaimana.
"Apa benar kalian ingin menebus hutang kalian dengan gadis cantik ini?" tanya Tuan Adhitama dengan mata mengagumi kecantikan gadis belia yang kini berada di hadapannya.
"Benar," jawab Siti cepat.
Somad tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menatap sendu ke arah putrinya.
Dia meras bersalah pada sang putri.
"Kalian bisa melunasi hutang kalian dengan memberikan gadis cantik ini, tapi kalian tidak boleh lagi bertemu dengannya. Jika, kalian memberikan gadis ini padaku maka kalian harus bisa menganggap gadis cantik ini sudah tiada," ujar Tuan Adhitama.
Dia tertarik pada Ayunda, dan ingin membawa Ayunda, tapi dia tidak mau gadis cantik itu berurusan lagi dengan kedua orang tua yang tidak punya hati itu.
"Baiklah, mulai hari ini kami akan mengganggap Ayunda sudah tiada," ujar Siti dengan senang hati.
Dia merasa tidak ada lagi beban hidup yang harus dipikirkannya. Dia tidak perlu lagi berbagi penghasilan suaminya demi uang saku dan biaya sekolah anak tirinya itu.
Somad hanya diam, sedangkan Ayunda sejak tadi hanya menatap pada ayahnya, dia berharap ayahnya mencegah niat jahat ibu tirinya.
Hati Ayunda terluka melihat ayahnya tak bisa berbuat apa-apa.
Dia benar-benar kecewa, hatinya hancur berkeping-keping.
Hanya buliran bening yang jatuh ke pipinya, sebagai tanda kesedihan yang dirasakannya saat ini.
"Baiklah, jika begitu." Tuan Adhitama menoleh ke arah anak buahnya.
"Anton, siapkan surat perjanjiannya," perintah Tuan Adhitama.
Salah satu anak buah Tuan Adhitama pun mengangguk, lalu dia pun menaiki sepeda motor miliknya meninggalkan kediaman Pak Somad.
Tak menunggu lama Anton pun datang dengan membawa map di tangannya.
"Saya akan bawa gadis ini sekarang juga, Setelah kalian menandatangani surat perjanjian ini maka hubungan kalian dengan gadis cantik ini putus. Dan jangan pernah berharap untuk bertemu lagi dengan gadis cantik ini saat ini dia sudah menjadi milikku," ujar Tuan Adhitama tegas.
"Cepat tanda tangani surat ini," ujar Anton mendesak sepasang suami istri itu.
Siti bergegas menandatangani surat yang disodorkan Anton kepadanya, setelah itu dia pun meminta Somad untuk menandatangani surat perjanjian tersebut.
"Sudahlah, Pak. Saat ini yang paling penting adalah hutang kita lunas," ujar Siti membujuk suaminya agar mau menandatangani surat perjanjian tersebut.
Mau tak mau akhirnya Somad pun menandatangani surat perjanjian itu, dia tak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Pak, begitu tega kamu menjual diriku. ternyata kamu sama saja dengan ibu, kalian berdua tak jauh berbeda, hiks," tangis Ayunda pecah.
"Waktu kecil ibu meninggalkan aku demi ikut dengan pria lain, sekarang bapak pun menjual diriku, hiks." Ayunda teru menangis.
Dia meluapkan apa yang kini dirasakannya.
"Baiklah, Pak. Mulai hari ini jangan pernah anggap aku ada, aku tak sudi menjadi putrimu lagi," ujar Ayunda.
"Ayo, ikut kami!" ujar Tuan Adhitama.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-02-23
1
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤ🍀⃟ꮓ𑜼ꭼ
ibu tiri jahat banget sih tega jual anak demi bayar hutang
2023-02-10
1
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️
kenapa ibu tiri itu selalu jahat sih.. kasian banget ayunda
2023-02-10
1