Ayunda menarik selimut tebal yang ada di dalam kamar itu.
Dia pun mencoba memejamkan matanya, dia berharap kenyamanan hidup yang kini dirasakannya menjadi awal kehidupan barunya.
Berjam-jam.Ayunda berbalik- balik di atas kasur, tapi matanya tak urung mengantuk.
Semua pikiran negatifnya membuat dirinya merasa takut untuk menikmati nyamannya kehidupan yang kini dijalaninya.
Dia pun merindukan kehidupan sederhana yang biasa dirasakannya.
Bahkan Ayunda rela setiap hari dimaki oleh ibu tirinya asalkan dia tinggal bersama kedua orang tuanya.
"Biarlah aku tidak dapat merasakan keindahan hidup seperti ini asalkan aku bisa kembali ke desa. Biarlah mereka tidak menginginkan aku, setidaknya aku bisa hidup tenang dan tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan apa yang akan terjadi besok," gumam Ayunda sambil menatap kosong ke langit-langit kamar.
Gadis itu baru bisa tertidur saat azan subuh berkumandang, dia memaksakan dirinya untuk berwudhu terlebih dahulu, dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Setelah shalat subuh, dia pun kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Tak menunggu lama dia pun mulai tertidur pulas.
****
Mentari bersinar begitu terang, hangatnya mentari mulai menyengat di pagi menjelang siang ini.
Panasnya mentari membuat para pekerja di perkebunan sawit merasa kehausan, sehingga mereka pun memilih beristirahat sejenak di bawah pohon sawit itu.
"Hei, Siti," ujar salah satu temannya yang sama-sama bekerja di perkebunan itu.
Siti menoleh ke arah temannya yang memanggilnya sambil menyimpan botol minum miliknya.
"Ayunda ke mana, ya? Kenapa dia tidak terlihat beberapa hari ini?" tanya Rosmawati pada ibu tiri Ayunda.
Dia mulai penasaran keberadaan Ayunda, karena putrinya yang satu kelas dengan Ayunda mengatakan bahwa sudah 2 hari Ayunda tidak masuk sekolah.
Putri Rosmawati juga sempat melihat Ayunda yang dibawa paksa oleh Tuan Adhitama.
Siti bingung harus menjawab apa, dia tidak mungkin mengatakan apa sebenarnya yang telah terjadi pada Ayunda.
"Mhm, i-itu katanya dia mau merantau ke kota," jawab Siti berbohong.
"Tapi kan dia masih sekolah, apakah kalian memberi izin begitu saja?" tanya Fatma teman Siti yang lainnya.
"Mhm, kami sudah melarangnya, tapi dia tetap saja ngotot, ya akhirnya kami pun membiarkan gadis nakal itu pergi," ujar Siti berkilah.
Dia tidak mau orang-orang desa berpikiran buruk padanya, semua orang di desa itu pasti marah padanya jika mereka tahu bahwa Siti dan Somad telah menjadikan putri mereka sebagai gadis pembayar hutang.
"Oh, begitu. Jadi, dia berhenti sekolah?" tanya Rosmawati lagi.
"Iya," jawab Siti singkat.
Ibu-ibu di sana hanya bisa mengiyakan cerita Siti, meskipun ada beberapa gosip yang simpang siur di desa tentang kepergian Ayunda dari desa itu.
"Eh, tapi ada yang bilang kalau Ayunda itu dibawa paksa sama Tuan Adhitama, pemilik kebun ini," ujar Renni.
Renni sempat melihat Ayunda berada di dalam mobil milik tuan Adhitama dengan air mata terus membasahi pipinya.
"Hah?" Siti kaget mendengar ucapan Renni.
"Iya, jangan-jangan ada sesuatu yang kamu rahasiakan, Siti?" tanya Fatma terang-terangan.
Fatma juga curiga dengan kepergian Ayunda.
Selama ini gadis belia Ayunda, selalu menjadi gadis yang ceria, dia terkenal dengan keramahannya pada semua orang yang ada di desa itu.
"Ah, sudahlah, jangan bahas anak nakal itu lagi," ujar Siti.
Siti pun memilih untuk mengabaikan pertanyaan-pertanyaan kepo dari teman-temannya.
Siti berdiri dan dia pun kembali melanjutkan pekerjaannya.
Di desa itu terdapat beberapa orang yang bekerja sebagai buruh di perkebunan sawit milik tuan Adhitama.
Tuan Adhitama terkenal dengan kekayaannya, selama ini dia selalu menjadi tempat mengadu bagi para warga desa yang membutuhkan uang.
Para penduduk desa lebih memilih menjual tanah mereka pada tuan Adhitama, karena Tuan Adhitama akan membeli tanah tersebut dengan harga yang tinggi, dia juga mengizinkan para penjual tanah bekerja di perkebunan miliknya nantinya.
Tuan Adhitama juga menyediakan beberapa lapangan kerja untuk para penduduk yang ada di desa itu.
Meskipun seperti itu, Tuan Adhitama terkenal dengan sikap tegasnya.
"Lihatlah sikap Si Siti itu, dia seperti menyimpan sesuatu, dengar kabar kemarin ada yang datang menagih hutang sama Siti dan Somad,--" Fatma mulai menceritakan apa yang dia tahu, kebetulan saat itu Fatma sedang berada di rumah yang tak jauh dari rumah milik Somad.
"Aku juga curiga sama dia," timpal Rosmawati.
Mereka pun mulai menggosipkan keluarga Somad dan Siti.
Warga desa banyak yang tahu sifat buruk Siti dan Somad yang suka meminjam uang dan sulit dalam membayar hutangnya.
Mereka pun berasumsi, Ayunda dipaksa bekerja dengan tuan Adhitama untuk membayar hutang-hutang mereka.
"Dasar ibu-ibu tukang gosip!" umpat Siti kesal saat masuk ke dalam rumah.
Dia baru saja sampai di rumah, setelah bekerja seharian di perkebunan.
Dia menghempaskan caping miliknya ke atas lantai. Somad kaget, dia juga baru pulang dari melangsir sawit dari kebun ke timbangan sawit.
Dia baru saja meluruskan punggungnya di lantai melepas lelah bekerja seharian.
"Ada apa kamu ini, Buk? Baru sampai rumah sudah ribut begini?" tanya Somad kesal mendengarkan omelan istrinya.
"Asal kamu tahu, Pak. Itu si Fatma, dia nanya-nanya aku tentang Ayunda. Aku kan jadi kesal," curhat Siti pada suaminya.
Somad terdiam saat istrinya menyebut nama putrinya.
Dia berdiri lalu melangkah ke arah dapur, dia pergi dari rumah melalui pintu belakang.
Somad kini menyesal telah menjual putrinya, saat ini dia merasa dia adalah ayah yang paling kejam di dunia.
Dia pun melangkah menuju pinggir sungai, dia pun duduk di atas sebuah batu besar, karena kelelahan, dia merebahkan tubuhnya di atas batu besar itu.
Tanpa disadarinya, Somad pun terlelap di batu besar pinggir sungai itu.
"Bang," panggil Siti pada suaminya yang sejak tadi sore tak terlihat.
Petang pun tiba, awan pun berganti gelap pertanda malam sudah tiba.
Siti kini tengah mencari suaminya, yang dia tahu tadi keluar rumah melewati pintu belakang.
Awalnya Siti merasa kesal pada suaminya yang meninggalkan dirinya seorang diri di saat dirinya mencurahkan kekesalannya pada teman-temannya di tempat bekerjanya.
Namun, dia kini merasa khawatir karena suaminya yang tidak kunjung pulang.
Siti menyusuri jalan setapak menuju warung kopi yang ada tidak jauh dari rumahnya, dia mengira sang suami enggan pulang ke rumah karena kesal.
Dia semakin khawatir saat berada di warung kopi itu tak mendapati sang suami di sana.
"Tadi sore aku lihat dia sedang duduk di batu besar yang ada di pinggir sungai," ujar salah satu teman Somad.
"Bang, maukah Abang menemaniku ke pinggir sungai?" tanya Siti memohon pada teman suaminya itu.
"Ya sudah, ayolah," ajak teman Somad itu.
Mereka pun melangkah menuju pinggir sungai.
Sesampai di pinggir sungai mereka kaget melihat Somad.
"Ya ampun," pekik Siti cemas.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤ🍀⃟ꮓ𑜼ꭼ
ayunda dah dijual sama siti si ibu tiri jahat bu..
2023-02-10
1
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️
andai semua org tau ayunda sudah dijual sma siti ibu tiri jahat itu
2023-02-10
0
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
ya ampun itu ibu tiri tega banget yah udah jual Ayunda demi membayar hutang kini malah menjelekannya pula
2023-02-10
1