"Terserah kamu," ujar Ayunda.
Ayunda pun melangkah meninggalkan Baim, tapi Baim bergegas menarik lengan Ayunda sehingga Ayunda berbalik dan bersandar di dinding.
"Ayun, percayalah padaku," lirih Baim.
Siswa tampan yang sudah menyukai Ayunda ini berusaha meyakinkan Ayunda.
Baim tidak mau Ayunda menilai negatif pada dirinya.
"Ayun, tataplah mataku. Aku tidak berbohong padamu," ujar Baim terus meyakinkan Ayunda.
Ayunda menatap dalam pada bola mata Baim, dia melihat kejujuran di balik mata itu.
"Hei," bentak Erika.
Erika terpaksa minta izin keluar kelas, dia takut terjadi apa-apa pada Ayunda, karena Ayunda masih baru di sekolah ini.
Erika melangkah menghampiri Ayunda dan Baim.
"Im, gue udah ingetin lu, ya. Jangan macam-macam sama Ayunda!" bentak Erika pada Baim.
Baim melepaskan tangan Ayunda. Dia pun membiarkan dua gadis itu meninggalkan dirinya.
Ayunda dan Erika pun masuk ke dalam kelas. Mereka mulai mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
Tak berapa lama setelah itu, Baim pun masuk ke dalam kelas dia mulai mengikuti pelajaran.
Saat belajar, sesekali Baim melirik ke arah Ayunda. Dia sangat berharap Ayunda percaya dengan apa yang dikatakannya.
Setelah beberapa jam belajar, bel pulang pun dibunyikan oleh guru piket.
Semua siswa pun berhamburan keluar dari kelas, bagaikan burung-burung yang keluar dari sangkarnya.
Ayunda dan Erika pun melangkah keluar kelas, Baim ingin berbicara dengan Ayunda, tapi Erika selalu berada di samping Ayunda. Hal ini membuat Baim tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ayun, lain kali kalau ketemu Baim, lu harus menghindar." Erika memperingatkan sahabatnya.
"Memangnya Baim kenapa?" tanya Ayunda pada Erika penasaran.
Sebagai siswa baru dia belum mengenal kepribadian beberapa teman yang ada di kelasnya.
"Sudahlah, tidak perlu dibahas lagi," ujar Erika.
Erika hanya tidak suka Ayunda dekat dengan Baim. Dia tidak bisa menjelaskan apa alasan dirinya melarang Ayunda berteman dengan Baim.
Sesampai di kediaman tuan Adhitama, seperti biasa Erika langsung pulang ke rumahnya.
Selama mereka kenal, Ayunda belum pernah tahu di mana rumah Erika. Dia juga belum tahu siapa sebenarnya Erika. Yang dia tahu saat ini Erika seperti asisten baginya yang selalu ada diana pun dia berada kecuali saat di kediaman tuan Adhitama.
"Assalamu'alaikum," ucap Ayunda saat masuk ke dalam rumah megah itu.
"Udah pulang, Nak?" tanya tuan Adhitama yang duduk di ruang tamu.
"Iya, Pa." Ayunda menghampiri tuan Adhitama lalu menyalami pria tua yang sudah berumur 70 tahunan.
"Bagaimana sekolahmu, apakah kamu senang?" tanya Tuan Adhitama pada Ayunda.
"Alhamdulillah, senang, Pa. Aku bersyukur bisa bertemu dengan papa," jawab Ayunda senang.
Ayunda ikut duduk di samping tuan Adhitama.
"Mhm, baguslah kalau begitu, papa ikut senang mendengarnya." Tuan Adhitama mengelus lembut kepala Ayunda.
"Kamu sudah makan siang?" tanya Tuan Adhitama pada Ayunda lagi.
"Tadi waktu istirahat, Erika mengajakku makan bakso," jawab Ayunda jujur.
"Oh, begitu. Papa mau mengajakmu jalan, kamu mau ikut?" tawar Tian Adhitama.
"Ke mana, Pa?" tanya Ayunda pada Tuan Adhitama.
"Mhm, kamu mau ikut, Gak?" tanya tuan Adhitama lagi.
Dia tak menjawab pertanyaan dari Ayunda.
"Baiklah, aku ikut," ujar Ayunda.
Sejak Ayunda mulai sekolah dia tidak pernah keluar dari rumah kecuali sekolah dengan Erika, kali ini dia tidak mau melewatkan kesempatan yang telah diberikan oleh tuan Adhitama.
"Ya sudah, siap-siaplah, papa tunggu kamu di sini," ujar Tuan Adhitama.
Ayunda mengangguk, lalu dia melangkah menuju kamarnya yang ada di lantai 2.
Ayunda langsung mengganti pakaiannya, dia juga tidak lupa untuk melaksanakan ibadah shalat dzuhur. Sebagai seorang muslimah, Ayunda tidak pernah melupakan kewajibannya pada sang maha pencipta, karena hanya pada Allah tempat Ayunda berserah diri.
Tak sampai satu jam tuan Adhitama menunggu, Ayunda pun turun dari lantai 2, dia sudah mengenakan pakaian santai style anak SMA masa kini.
"Sudah siap?" tanya tuan Adhitama.
"Iya," sahut Ayunda.
Mereka pun melangkah keluar dari rumah.
Di depan rumah telah terparkir sebuah mobil yang akan membawa mereka.
Tuan Adhitama duduk di bangku depan, sedangkan Ayunda duduk di bangku belakang.
Tak berapa lama, sopir pun memarkirkan mobilnya di basemant sebuah mall yang ada di kota.
"Kita ngapain ke sini, Pa?" tanya Ayunda pada Tuan Adhitama.
"Papa sengaja bawa kamu ke sini untuk bersenang-senang," jawab tuan Adhitama.
Ayunda hanya tersenyum, dia sangat senang mendengar jawaban tuan Adhitama.
Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari kedua orang tuanya.
"Ayo, masuk," ajak tuan Adhitama.
Tuan Adhitama melangkah di samping Ayunda. Mereka bagaikan ayah dan anak, Ayunda terlihat seperti seorang putri yang sangat disayangi oleh papanya.
Saat mereka melewati sebuah counter hp,. Tuan Adhitama berhenti sejenak.
Dia teringat untuk membelikan Ayunda ponsel, agar dia bisa mengontrol Ayunda secara langsung.
Entah mengapa tuan Adhitama sangat menyayangi Ayunda, dia sudah menganggap gadis belia itu sebagai putrinya.
"Ayun, ikut papa dulu," ujar Tuan Adhitama.
Tuan Adhitama pun masuk ke dalam counter hp tersebut.
"Papa mau beli hp?" tanya Ayunda penasaran.
"Pilihlah mana ponsel yang kamu suka," ujar tuan Adhitama.
Dia menyuruh Ayunda untuk memilih ponsel yang disukai oleh Ayunda.
"A-apa? Ponsel untuk aku, Pa?" tanya Ayunda tak percaya.
"Iya, jika papa ingin berbicara denganmu, papa bisa langsung menghubungimu," ujar Tuan Adhitama.
"Mhm," gumam Ayunda bingung.
Ayunda tidak tahu bagaimana memilih hp yang bagus, karena selama ini dia tidak pernah memiliki ponsel.
"Aku tidak tahu mau pilih yang mana, Pa," lirih Ayunda.
"Ya udah, kalau begitu. Ambilkan ponsel terkini dan fitur yang lengkap," ujar tuan Adhitama pada penjaga counter itu.
Penjaga counter itu pun mengambil ponsel terbaru dan fitur yang paling lengkap.
"Ini, Tuan," ujar si penjaga counter.
Dia menunjukkan ponsel yang terbaru pada Ayunda, gadis belia itu merasa kagum melihat ponsel yang bagus dan berkelas di hadapannya.
"Kamu suka?" tanya tuan Adhitama.
"Mhm, sepertinya ini terlalu mahal untuk aku, Pa," jawab Ayunda.
"Ya sudah, tolong bungkus ponsel ini, sekalian tolong bantu settingannya ya," ujar tuan Adhitama.
"Baiklah, Tuan " Si penjaga toko itu pun langsung mengaktifkan ponsel itu lalu menyetel segala fitur yang ada di ponsel itu.
Tak berapa lama, pengaturan ponsel itu pun selesai.
Ayunda tinggal menggunakan ponsel itu. Setelah itu, tuan Adhitama pun membayar ponsel tersebut.
Ayunda kaget saat mendengar harga ponsel yang dibeli tuan Adhitama untuknya.
Ayunda semakin merasa berhutang budi pada tuan Adhitama.
"Setelah ini kita makan siang duku, ya. Papa sudah janji dengan seseorang," ujar tuan Adhitama mengajak Ayunda masuk ke sebuah food court yang ada di mall itu.
Ayunda dan tuan Adhitama kini telah berada di food court, terlihat tuan Adhitama tengah menunggu seseorang.
"Papa tunggu siapa?" tanya Ayunda penasaran.
"Nah, itu mereka datang," ujar tuan Adhitama sambil menunjuk ke arah sepasang kekasih yang melangkah mendekati posisi mereka.
Mata Ayunda memutar saat melihat 2 orang yang semakin dekat dengan mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments