Ayunda menautkan alisnya saat mendengar Erika memanggil pria tampan itu dengan kata 'tuan muda'.
"Tuan muda, siapa pria ini sebenarnya?" gumam Ayunda di dalam hati.
"Kamu kenal pria itu?" tanya Ayunda pada Erika.
"Iya, abaikan saja. Kamu enggak apa-apa?" tanya Erika khawatir dengan keadaan Ayunda.
"Aku baik-baik saja, kok," jawab Ayunda.
"Syukurlah kalau begitu," ujar Erika.
"Lu udah jadi ke toilet?" tanya Erika.
Ayunda menjalankan kepalanya, seketika hasratnya ingin membuang hajat pun hilang begitu saja.
"Ya, udah ayo gue temanin," ajak Erika.
"Enggak jadi," ujar Ayunda.
"Ya udah, kalau gitu kita pulang. Mungkin udah cukup barang yang lu butuhin buat besok," ujar Erika.
Lagi-lagi Erika menarik tangan Ayunda dan mengajaknya keluar dari pusat perbelanjaan tersebut, tak terasa mereka telah menghabiskan seharian untuk bersenang-senang menurut Erika bukan menurut Ayunda karena hari ini dia masih memiliki banyak pertanyaan di dalam banyaknya.
Setelah berbelanja Erika mengantarkan Ayunda ke kediaman tuan Adhitama, dia juga membantu Anda membawa masuk barang-barang yang sudah mereka beli ke dalam kamar Ayunda.
"Besok gue akan datang setelah subuh, lu harus bangun lebih awal," pesan Erika sebelum meninggalkan Ayunda di dalam kamarnya.
Ayunda hanya menganggukkan kepalanya, dia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah memastikan Erika keluar dari kamarnya.
Ayunda menatap langit-langit kamarnya, dia masih memikirkan apa yang tengah direncanakan oleh tuan Adhitama, dan apa yang akan terjadi esok hari.
"Ya Allah, semoga apa yang dikatakan Erika benar, tuan Adhitama merupakan seorang pria yang baik hati," gumam Ayunda.
****
Semua orang yang ada di ruang kerja tuan Adhitama terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Saat ini tuan Adhitama tengah mendiskusikan suatu masalah besar di dalam keluarga.
Nyonya Lidya dan Nyonya Laura kini tengah mendesak tuan Adhitama untuk memberikan separuh harta tuan Adhitama pada mereka.
Saat ini mereka tengah berdiskusi dengan seorang pengacara mengenai hak milik harta yang ditinggalkan tuan Wira.
Lidya dan Laura menuntut hak mereka sebagai putri tiri tuan Wira.
"Berhubung kalian tidak memiliki keturunan, maka harta tuan Wira akan jatuh ke tangan Rakha seluruhnya," ujar si pengacara.
"Apa?" pekik Laura dan Lidya tak percaya.
Mereka tidak menerima keputusan Tuan Wira yang disampaikan oleh pengacaranya.
"Seluruh harta Tuan Wira akan diserahkan ke tangan Rakha dengan satu syarat, yaitu neraka harus menikah terlebih dahulu," ujar pengacara menambahkan.
"Jadi, harta papa akan menjadi hak penuh Rakha, jika Rakha sudah menikah?" tanya Tuan Adhitama pada si pengacara.
"Ini tidak adil," lirih Lidya.
"Ini benar-benar tidak adil, bagaimana bisa semua harta papa jatuh ke tangan Rakha, kita harus menggagalkan pernikahan Rakha, supaya kita masih bisa menikmati harta papa sesuka hati kita." Laura berbisik di telinga adiknya.
"Benar, Kak. Satu-satunya cara agar kita masih bisa menikmati harta Tuan Wira hanya dengan menggagalkan pernikahan Rakha," bisik Lidya lagi.
Laura menganggukkan kepala, lalu dia berdiri dan mengajak Lidya keluar dari ruang kerja Tuan Adhitama.
Mereka pun langsung pulang meninggalkan kediaman Tuan Adhitama, mereka benar-benar kesal dengan keputusan yang baru saja dibacakan oleh si pengacara.
"Kalau begitu, saya pamit dulu, Tuan," ujar si pengacara.
Tuhan Aditama mengangguk, diam mengantar pengacara keluar dari ruang kerjanya setelah itu dia kembali duduk di meja kerjanya, kini Dia terlihat melamun merenungkan apa rencana yang harus dilakukannya.
"Aku harus menyuruh mereka menikah secepatnya, lagi pula anak itu usianya sudah cukup dewasa," gua mantan Adhitama merancang sebuah rencana.
"Aku harus membicarakan hal ini dengannya," gumam Tuan Adhitama lagi.
Pria itu mengambil ponselnya lalu menekan nomor kontak putranya.
"Rakha, paa tunggu kamu di ruang kerja papa sekarang juga," perintah Tuan Adhitama tanpa memberi peluang pada Rakha membantah.
Rakha menghela napasnya, lalu dia keluar dari kamarnya, dia melangkah menuju ruang kerja papanya.
"Ada apa, Pa?" tanya Rakha saat dia telah berada di dalam ruang kerja papanya.
"Rakha, papa sudah mengambil keputusan. Kamu harus menikah secepatnya," ujar Tuan Adhitama dengan tegas.
"Apa? Menikah?" tanya Rakha.
Dia kaget mendengar pernyataan dari papanya, selama ini papanya tidak pernah membahas tentang pernikahan sama sekali.
"Menurut Papa usia kamu sudah cukup dewasa untuk menikah, maka sudah waktunya kamu untuk mencari pasangan hidupmu," ujar Tuan Adhitama kepada putranya.
"Papa akan memberimu waktu dua minggu untuk menunjukkan wanita yang sudah menjadi pilihanmu," ujar Tuan Adhitama mengambil keputusan sepihak.
"Tapi, Pa. saat ini aku belum memikirkan tentang sebuah pernikahan," ujar Rakha.
"Keputusan papa kali ini tidak bisa diganggu gugat lagi, ini semua demi kebaikanmu," ujar tuan Adhitama.
Tuan Adhitama harus bertindak lebih cepat karena dia tidak mau seluruh harta papanya habis dibuang-buang oleh kedua Kakak tirinya.
Rakha hanya diam, dia tidak bisa lagi berbuat apa-apa.
"Ya sudah, Kalau begitu Apakah aku sudah bisa keluar dari ruangan papa?" tanya Rakha.
Tuan Adhitama mengangguk, setelah itu Rakha pun keluar dari ruangan kerja papanya. Dia melangkah kembali menuju kamarnya.
Sebenarnya Rakha sama sekali belum berniat untuk menikah, karena dia masih menginginkan wanita yang dulu pernah dicintainya.
"Apakah aku harus menikah dengan Dona?" gumam Rakha di dalam hati.
Saat ini hanya Dona satu-satunya wanita yang dekat dengannya.
Sepanjang malam, Rakha terus memikirkan wanita yang pantas untuk menjadi pendamping dalam hidupnya, sementara itu hatinya masih belum lepas dari Natasya.
Keesokan harinya, Rakha bergegas berangkat kerja karena ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.
Saat Rakha hendak masuk ke dalam o, dia heran melihat Erika sudah berada di rumahnya.
"Erika," panggil Rakha menghentikan langkah gadis itu.
Erika menghadap Ke arah Rakha dengan takut.
"Apa yang kamu lakukan pagi-pagi sekali di sini?" tanya Rakha penasaran.
Rakha juga ingin mengetahui tentang sosok yang bersama Erika kemarin di pusat perbelanjaan kota.
"Aku di suruh tuan besar untuk datang," jawab Erika.
"Erika," panggil Rakha lagi.
"Maaf, Tuan. Saya harus cepat-cepat," ujar Erika.
Dengan sekejap Erika tak lagi berada di teras rumah meninggalkan Rakha yang masih penasaran.
Tok tok tok.
Erika mengetuk pintu kamar Ayunda sebelum dia masuk ke dalam kamar itu.
Erika mendapati Ayunda baru saja selesai menunaikan ibadah shalat subuh, dia kini tengah melipat mukena yang baru saja dipakainya.
Dia kaget melihat Erika sudah berada di kamarnya.
"Mandilah, setelah itu kenakan pakaian yang ada di dalam paper bag itu!" ujar Erika memerintah Ayunda.
"Pakaian apa itu?" tanya Ayunda penasaran.
"Lekaslah, nanti terlambat," ujar Erika meminta Ayunda untuk bersiap-siap.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ghina Fithri
serunya jadi Ayunda...
keberuntungan si gadis desa itu namanya....
2023-01-09
2
@Risa Virgo Always Beautiful
Senangnya jadi Ayunda di belikan pakaian gratis
2023-01-07
2
CICI AJACH
mhm...semakin seru nih ceritanya....
lanjut lagi dong kak Gin 💪💪💪
2023-01-07
3