Somad Sakit

Siti langsung berlari menghampiri suaminya yang kini tengah terbaring di atas batu besar yang ada di pinggir sungai, dia terlihat menggigil kedinginan.

"Bang, bangun!" teriak Siti sambil menggoyangkan tubuh suaminya.

"Ampun, ampun, jangan sakiti aku," lirih Somad sambil gemetar.

Siti menoleh ke arah teman suaminya.

"Mad, Somad! Bangun!" ujar Parman sambil menarik lengan temannya.

"Mhm," gumam Somad.

Akhirnya Somad pun terbangun dari tidurnya.

"Apa yang sudah terjadi? Di mana aku sekarang?" tanya Somad kaget saat menyadari bahwa dirinya berada di pinggir sungai.

"Bang, Kamu ngapain tidur di sini? sampai malam belum juga pulang?" omel Siti kepada suaminya.

Siti kesal terhadap sang suami yang sudah melakukan hal yang aneh-aneh.

"Aku juga tidak tahu bisa tertidur di sini," ujar Somad membela diri.

"Ya, sudah kalau begitu, ayo pulang sudah malam nih," ajak Parman.

"Iya." Somad menganggukkan kepalanya.

Dia pun turun dari batu besar tersebut, baru saja dia melangkah beberapa langkah menjauh dari batu besar itu. tiba-tiba Dia merasakan angin berhembus kencang di tubuhnya.

Somad menghentikan langkahnya, dia memperhatikan keadaan sekeliling.

"Ada apa lagi Bang ayo kita pergi," desak Siti.

"Dek, aku kedinginan," lirih Somad.

"Ya, wajarlah dingin, Bang. Ini kan di pinggir sungai, makanya, ayo kita cepetan pulang biar dinginnya hilang," ujar Siti.

Setelah itu mereka pun melangkah dengan cepat.

setelah melangkah beberapa meter dari sungai, akhirnya mereka pun sampai di rumah.

"Terima kasih, Bang," ucap Siti pada Parman, teman suaminya.

"Terima kasih, Man," seru Somad ikut berterima kasih kepada temannya yang sudah menemani istrinya mencari dirinya.

"Sama-sama, lain kali jangan tidur di sana lagi, ya," ledek Parman pada temannya itu.

"Ya, sudah kalau gitu, gue pamit dulu ya," ujar Parman lalu meninggalkan mereka.

"Sejak tadi aku menunggumu, aku juga sudah mencarimu di beberapa warung di desa ini, tapi aku tidak menemukanmu. Untung saja Abang Parman mau menemaniku mencarimu, jika tidak malam ini mungkin kamu sudah tidur di sana sampai pagi." Siti mau ngomelin suaminya.

Dia meluapkan segala kekesalannya terhadap sang suami yang pergi begitu saja tanpa izin padanya.

Somad tidak bisa mencerna apa yang dikatakan oleh sang istri karena saat ini dia pun sudah tak sadarkan diri.

Tubuhnya tergeletak di lantai ruang tamu, sementara itu Siti masih mengomel sambil menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

Siti kembali ke ruang tamu untuk memanggil sang suami, tapi dia malah melihat suaminya kini sudah terbaring di atas lantai.

"Bang, Ayo kita makan dulu, jangan tidur di sini dong," ujar Siti kesal pada sang suami.

Dia merasa dicuekin, sejak tadi dia mengomeli sang suami tapi justru suaminya malah memilih tidur.

"Bang," panggil Siti lagi.

Kali ini Siti pun mengguncang tubuh Sang suami, saat itu dia dapat merasakan suhu tubuh Sang suami yang sangat tinggi.

"Bang, kamu sakit?" tanya Siti.

Meskipun Siti terus banyak bicara, Somad tidak menggubris sama sekali apa yang dikatakan oleh sang istri karena saat ini dia setengah pingsan.

"Bang," teriak Siti semakin cemas saat melihat tidak ada balasan dari sang suami atas panggilannya.

"Bang, bangun!" teriak Siti lagi.

"Tolong! Tolong!" teriak Siti.

Siti pun berlari keluar rumah, dia berusaha mencari bantuan dari para tetangga.

Parman yang belum jauh dari sana juga mendengar teriakan Siti yang meminta tolong.

"Tolong! Tolong!" Siti terus berteriak hingga akhirnya beberapa orang tetangga pun datang ke rumah mereka.

"Ada apa, Ti?" tanya salah satu tetangga Siti.

"Kak Santy, tolongin aku. Bang Somad, bang Somad tidak sadarkan diri," ujar Siti cemas dan panik.

Yanti mendekati Somad, dia mencoba mengecek denyut nadi Somad.

"Bang, tolong panggilin bidan desa." Yanti meminta tolong kepada suaminya.

suami Yanti mengangguk lalu dia pun langsung melangkah meninggalkan rumah Somad menuju rumah bidan desa.

Tak berapa lama bidan desa pun datang membawa beberapa peralatan medisnya, si bidan pun mulai memeriksa keadaan Somad yang sudah dipindahkan ke atas di depan yang ada di kamarnya.

Beberapa orang warga membantu untuk memindahkannya yang tadinya terbaring di lantai.

"Sepertinya Pak Somad ini mengalami demam tinggi, tolong selalu dipantau suhu tubuhnya dan jangan lupa dikompres, saya akan meninggalkan beberapa obat untuk diminumnya agar demamnya turun," ujar si bidan desa.

Siti hanya bisa menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka musibah ini akan datang begitu saja pada keluarganya, padahal tadi siang Somad masih sehat dan masih bisa bekerja.

"Baiklah, Bu bidan, Saya akan melakukan apa yang dikatakan oleh bidan," ujar Siti.

Setelah itu semua warga yang tadinya datang ke rumah Somad pun kembali pulang ke rumah masing-masing, karena keadaan Somad sudah ditangani oleh pihak medis.

Siti pun mengambil makanan yang sudah disiapkannya tadi, lalu membawanya ke dalam kamar.

Saat ini Somad sudah sadarkan diri, Siti pun merawat sang suami. Dia menyuapi makanan kepada sang suami agar bisa setelah itu meminum obat.

Siti pun makan setelah memberikan obat kepada sang suami, dia berharap suaminya bisa sembuh lebih cepat, dan kembali melaksanakan aktivitas seperti biasanya.

****

Di pagi hari yang cerah, Ayunda masih berbaring di atas tempat tidur.

Dia merasa malas bergerak, karena seharian kemarin dia hanya berada di dalam kamar itu tidak pergi kemana-mana.

Hati dan pikirannya masih risau memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini.

Dia tidak bisa tenang karena dia tidak tahu apa yang sebentar lagi akan terjadi pada dirinya.

Lebih 2 hari dia berada di kediaman tuan Adhitama, tapi dia tidak melakukan apapun di rumah itu.

Tuan Adhitama hanya memerintahkan pelayan untuk menyuruhnya makan di setiap waktu makan tiba, setelah itu Ayunda disuruh kembali ke dalam kamar, pria tua itu tidak membiarkan dirinya keluar dari kamar kecuali saat makan. hal ini membuat Ayunda semakin penasaran apa yang akan dilakukan Tuan Adhitama terhadap dirinya.

Tok tok tok tok.

Terdengar suara pintu kamar Ayunda diketuk oleh seseorang, tanpa menunggu perintah seorang pelayan pun sudah berada di dalam kamarnya.

"Nona, Tuan Adhitama sudah menunggu anda di ruang makan," ujar si Bi Nur pada Ayunda.

Ayunda melepaskan selimut yang masih membalut tubuhnya, dia pun bangun dari posisi berbaring nya lalu melangkah malas keluar dari kamar tersebut.

Sesaat Ayunda merasakan hidupnya bagaikan dikurung di sebuah sangkar emas, hidup dengan kemewahan tapi dia tidak memiliki hak untuk berbuat apapun disangkar emas tersebut.

Sesampai di ruang makan, Ayunda melihat sosok seorang wanita menggunakan pakaian yang rapi duduk tepat di samping Tuan Adhitama.

Ayunda pun merasa penasaran dengan keberadaan si wanita yang kini duduk tepat di hadapannya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ☠ᵏᵋᶜᶟ印尼🇮🇩小姐ᗯ𝐢DYᗩ 𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩ☠ᵏᵋᶜᶟ印尼🇮🇩小姐ᗯ𝐢DYᗩ 𝐙⃝🦜

sangking capeknya itu suamimu, Siti.

2023-02-10

1

🍭ͪ ͩ☠ᵏᵋᶜᶟ印尼🇮🇩小姐ᗯ𝐢DYᗩ 𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩ☠ᵏᵋᶜᶟ印尼🇮🇩小姐ᗯ𝐢DYᗩ 𝐙⃝🦜

sampe kebawa mimpi

2023-02-10

1

mama ayra

mama ayra

pak somad mulai menyesali perbuatannya telah menjual ank sendiri...
penyesalan itu akan selalu menyiksamu pak somad

2023-02-09

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis Pembayar Hutang
2 Sebuah Rumah Mewah
3 Pria Tampan.
4 Berusaha Kabur
5 Gosip Ayunda
6 Somad Sakit
7 Teman untuk Ayunda
8 Si Cantik Ayunda
9 Tuan Adhitama
10 Keputusan Tuan Adhitama
11 Hati Pertama Sekolah lagi
12 Calon istri Rakha
13 Ayunda diangkat sebagai Putri oleh Tuan Adhitama
14 Tangisan Somad
15 Bersenang-senang
16 Dasar gadis ceroboh
17 Dona melabrak Ayunda.
18 Pernyataan Cinta Baim
19 Jati Diri Dona
20 Keputusan Ayunda
21 Akad Nikah
22 Istri untuk Rakha
23 Bagaimana dengan Baim?
24 Tidur di atas Sajadah
25 Bertemu Baim di Sekolah.
26 Ayunda Menghindar.
27 Ayunda sakit.
28 Ayunda pingsan lagi.
29 Kasih Sayang Ibu dan Ayah.
30 Dona menemui Rakha.
31 Nasehat Bi Nur
32 Makan malam bersama
33 Baim mulai mempertanyakan sosok Ayunda
34 Pangkuan Sang Suami
35 Sampai di Rumah Somad
36 Ayah Ayunda Meninggal Dunia
37 Amarah Rakha
38 Rakha di mata Erika.
39 Ancaman Rakha
40 Pertanyaan Ayunda
41 Awal masa kuliah
42 Hukuman
43 Ponsel Baru
44 Nasehat Tuan Adhitama
45 Ayunda Kabur.
46 Pencarian Ayunda.
47 Siapakah wanita itu?
48 Jadi Kambing Hitam.
49 Tuduhan Ratih.
50 Luka di dalam Hati
51 Ayunda kembali.
52 Memulai Awal Pernikahan.
53 Makan malam.
54 Rumah Baru Untuk Ayunda
55 Malam pertama Ayunda.
56 Rakha Minta Izin Tinggal Berdua Dengan Sang Istri.
57 Menggoda Ayunda
58 Tuduhan Ratih
59 Sosok Erika.
60 Kejujuran Rakha.
61 Kepercayaan Ayunda.
62 Mencari Tahu Tentang Sosok Ratih
63 Hadiah Untuk Ayunda
64 Kehadiran Ratih
65 Mengantarkan Ratih Pulang.
66 Foto dan Video hilang begitu Saja
67 Ayunda Diculik
68 Ayunda Disekap di Rumah Kosong.
69 Masih mencari Ayunda
70 Ayunda Kabur dari Sekapan Penculik
71 Ayunda ditemukan.
72 Hasil Pemeriksaan Dokter
73 Patricia
74 Reaksi Rakha
75 Dalang Penculikan Ayunda
76 Santoso pergi
77 Rakha marah pada Ayunda
78 Bab 78
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Gadis Pembayar Hutang
2
Sebuah Rumah Mewah
3
Pria Tampan.
4
Berusaha Kabur
5
Gosip Ayunda
6
Somad Sakit
7
Teman untuk Ayunda
8
Si Cantik Ayunda
9
Tuan Adhitama
10
Keputusan Tuan Adhitama
11
Hati Pertama Sekolah lagi
12
Calon istri Rakha
13
Ayunda diangkat sebagai Putri oleh Tuan Adhitama
14
Tangisan Somad
15
Bersenang-senang
16
Dasar gadis ceroboh
17
Dona melabrak Ayunda.
18
Pernyataan Cinta Baim
19
Jati Diri Dona
20
Keputusan Ayunda
21
Akad Nikah
22
Istri untuk Rakha
23
Bagaimana dengan Baim?
24
Tidur di atas Sajadah
25
Bertemu Baim di Sekolah.
26
Ayunda Menghindar.
27
Ayunda sakit.
28
Ayunda pingsan lagi.
29
Kasih Sayang Ibu dan Ayah.
30
Dona menemui Rakha.
31
Nasehat Bi Nur
32
Makan malam bersama
33
Baim mulai mempertanyakan sosok Ayunda
34
Pangkuan Sang Suami
35
Sampai di Rumah Somad
36
Ayah Ayunda Meninggal Dunia
37
Amarah Rakha
38
Rakha di mata Erika.
39
Ancaman Rakha
40
Pertanyaan Ayunda
41
Awal masa kuliah
42
Hukuman
43
Ponsel Baru
44
Nasehat Tuan Adhitama
45
Ayunda Kabur.
46
Pencarian Ayunda.
47
Siapakah wanita itu?
48
Jadi Kambing Hitam.
49
Tuduhan Ratih.
50
Luka di dalam Hati
51
Ayunda kembali.
52
Memulai Awal Pernikahan.
53
Makan malam.
54
Rumah Baru Untuk Ayunda
55
Malam pertama Ayunda.
56
Rakha Minta Izin Tinggal Berdua Dengan Sang Istri.
57
Menggoda Ayunda
58
Tuduhan Ratih
59
Sosok Erika.
60
Kejujuran Rakha.
61
Kepercayaan Ayunda.
62
Mencari Tahu Tentang Sosok Ratih
63
Hadiah Untuk Ayunda
64
Kehadiran Ratih
65
Mengantarkan Ratih Pulang.
66
Foto dan Video hilang begitu Saja
67
Ayunda Diculik
68
Ayunda Disekap di Rumah Kosong.
69
Masih mencari Ayunda
70
Ayunda Kabur dari Sekapan Penculik
71
Ayunda ditemukan.
72
Hasil Pemeriksaan Dokter
73
Patricia
74
Reaksi Rakha
75
Dalang Penculikan Ayunda
76
Santoso pergi
77
Rakha marah pada Ayunda
78
Bab 78

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!