Tuan Adhitama pun mengajak Anda masuk ke dalam mobil miliknya. Diikuti langkah dua orang pria bertubuh kekar itu.
Mau tak mau Ayunda terpaksa ikut naik ke dalam mobil itu, gadis belia itu meninggalkan desanya dengan uraian air mata.
"Ya Allah, tak satu pun dari orang tuaku yang menginginkan aku," gumam Ayunda di dalam hati.
Dia menahan perih kehidupan yang harus dijalaninya. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya.
Tuan Adhitama yang duduk di samping supirnya melirik Ayunda dari kaca spion, dia merasa kasihan pada Ayunda.
"Sudahlah, jangan menangis lagi! Menangis pun kau tak ada gunanya, orang tuamu tidak pantas menjadi orang tua bagimu," ujar si pria yang bernama Anton pada Ayunda.
Ayunda menoleh pada Anton, dia tak percaya pria yang tadi sempat berkata kasar pada kedua orang tuanya bisa berbicara seperti itu.
Meskipun Ayunda berusaha untuk tidak menangis, tapi air matanya terus jatuh membasahi pipinya.
Saat ini gadis belia itu tidak tahu akan dibawa ke mana oleh para pria bersamanya.
Pikiran Ayunda kini telah melayang ke mana-mana. Dia berpikir pria tua itu akan menjualnya pada germo dan disuruh untuk menjual diri.
Bahkan Ayunda juga berpikir, pria tua itu akan menjual semua organ tubuhnya, dan pria tua itu akan kaya raya dengan hasil penjualan organ tubuhnya.
7 jam perjalanan mereka pun sampai di kota Padang.
Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah megah dengan ornamen klasik menandakan rumah itu milik orang berada dan terpandang di kota itu.
"Hei, bangun!" ujar si Anton pada Ayunda sambil mengguncang tubuh gadis itu.
"Mhm," gumam Ayunda berusaha keras untuk membuka matanya.
Dia merasa kelopak matinya seperti ada lem di sanna karena sejak tadi dia menangis dan membuat kepalanya terasa pusing.
"Bangun! Kita sudah sampai," ujar Anton dengan nada tinggi.
"Hah?" Ayunda mengangkat paksa kepalanya yang masih pusing.
Ayunda mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, dia tak percaya kini telah berada di depan rumah megah dan mewah.
"Ayo, turun!" bentak Anton kesal karena Ayunda masih saja celingak-celinguk tak menentu.
Ayunda yang masih mengenakan seragam sekolah itu turun dari mobil.
Dia memperhatikan rumah besar itu, dia menatap rumah itu dengan tatapan kagum.
Seumur hidupnya baru kali ini dia melihat rumah megah dan mewah berada di depan matanya.
"Ayo, masuk! Tuan Adhitama sudah menunggumu di dalam," ujar Anton lagi.
Anton melangkah masuk ke dalam rumah, Ayunda mengikuti pria bertubuh kekar itu dari belakang.
Mata Ayunda menatap kagum pada setiap sudut rumah besar yang ada di hadapannya saat ini.
"Wah, rumah ini benar-benar besar dan mewah sekali, pasti pemilik Rumah ini orang yang kaya dan kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan," gumam Ayunda di dalam hati.
"Anton!" panggil Tuan Adhitama.
Pria tua itu kini sedang duduk di sebuah sofa yang ada di tengah-tengah ruangan di rumah itu.
Anton langsung menghampiri Tuan Aditama lalu menundukkan kepalanya tepat di hadapan pria tua itu.
"Antarkan gadis itu ke kamar yang ada di lantai 2, lalu sediakan segala kebutuhannya sore ini juga," perintah si pria tua pada bawahannya.
"Baik, Tuan," sahut Anton.
Anton pun menghampiri Ayunda.
"Mari, Nona. ikuti saya," ujar Anton pada Ayunda.
Anton pun melangkah menaiki anak tangga menuju lantai 2 rumah megah itu.
Ayunda hanya bisa mengikuti langkah pria yang ada di hadapannya kini.
Dia tidak tahu kemana pria itu akan membawanya.
"Silakan masuk, Nona. Sekarang ini adalah kamarmu," ujar Anton pada Ayunda.
Ayunda membulatkan kedua bola matanya melihat apa yang kini berada di hadapannya.
Dia tidak menyangka akan memiliki sebuah kamar yang luas melebihi luas rumah yang dimiliki oleh kedua orang tuanya di desa.
"I-ini kamarku?" tanya Ayunda tak percaya.
"Iya, Tuan Adhitama menyuruhmu tinggal di kamar ini," ujar Anton lagi.
Ayunda menatap setiap sudut kamar yang ada di hadapannya saat ini, di dalam kamar itu terdapat tempat tidur berukuran besar dengan kasur yang sangat empuk yang ada tepat di tengah-tengah ruangan itu.
Tak lupa di bagian kanan kamar itu terdapat sofa yang menghadap ke sebuah TV besar.
Di dalam kamar itu juga terdapat kamar mandi.
"Beristirahatlah terlebih dahulu saya akan menyiapkan segala kebutuhan untuk Nona," ujar Anton sebelum dia keluar dari kamar itu.
Anton meninggalkan Ayunda seorang diri di kamar yang luas itu.
"Ya Allah, Apakah aku saat ini tengah bermimpi bisa berada di rumah mewah seperti ini," gumam Ayunda di dalam hati.
Ayunda pun menghentaskan tubuhnya di atas tempat tidur yang sangat empuk, dia tidak bisa membayangkan harga tempat tidur yang saat ini di tempatinya.
"Sampai kapan aku akan tinggal di rumah ini?" lirih Ayunda.
Ayunda mulai memikirkan apa yang akan terjadi padanya untuk hari esok. Dia mulai membayangkan hal-hal negatif yang akan terjadi pada dirinya.
Lagi-lagi buliran bening kini mulai jatuh membasahi pipinya. Dia kembali mengingat perlakuan dari kedua orang tuanya.
Tok tok tok.
Tak berapa lama Anton meninggalkan kamar itu, seseorang mengetuk pintu kamar.
Ayunda mengusap air matanya, Dia turun dari tempat tidur lalu melangkah menuju pintu kamar dan dia pun membuka pintu tersebut.
"Maaf, Nona. Saya mengganggu," ujar seorang pelayan wanita saat Ayunda membukakan pintu kamar untuknya.
"Eh, iya." Ayunda tersenyum pada wanita itu.
Wanita yang kira-kira umurnya hampir sama dengan ibu tiri Ayunda.
"Nona, saya disuruh Tuan Aditama untuk membawakan segala keperluan yang Nona butuhkan," ujar wanita itu lalu membawa beberapa paper bag yang ada di tangannya masuk ke dalam kamar tersebut.
Ayunda hanya diam lalu terus memandangi apa yang dilakukan oleh wanita tersebut.
Wanita itu terlihat sedang menyusun beberapa pakaian di dalam lemari.
"Nona, pakaian Nona sudah saya susun di dalam lemari, Nona bisa memakai yang mana yang Nona inginkan," ujar si pelayan setelah menyelesaikan tugasnya.
Ayunda menautkan kedua alisnya, dia heran melihat sikap pelayan itu terhadap dirinya yang hanya seorang gadis desa.
Dia diperlakukan baik oleh wanita tersebut.
"Te-terima ka-kasih," ucap Ayunda gugup.
"Jika Nona membutuhkan bantuan saya Nona bisa menggunakan telepon yang ada di samping tempat tidur dengan menekan angka 1," pesan si pelayan sebelum keluar dari kamar.
Pelayan itu melakukan apa yang telah diperintahkan oleh Tuan Adhitama kepadanya.
"Mhm, Bu." Ayunda menahan tangan si pelayan itu yang hendak keluar dari kamar tersebut.
Pelayan itu pun membalikkan tubuhnya lalu menatap tersenyum kepada Ayunda.
"Bu, saya harus panggi ibu apa?" tanya Ayunda.
"Terserah, Nona. Nama saya Nur Jannah, Nona bisa memanggil saya dengan No Nur, atau Bu Nur," jawab wanita itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤ🍀⃟ꮓ𑜼ꭼ
sabar ya ayunda, mereka semua tega sama kamu
2023-02-10
1
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️
semoga kebahagianmu akan segera datang ayunda, punya emak tiri jahat banget macam siti
2023-02-10
1
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
betul itu yg dikatakan Anton gk usah menangisi orang tuamu yg gk peduli sama kamu ayunda
2023-02-10
1