Sasaran kemarahan

Sudah jelas sekali, Ali sangat berniat melakukan ini pada Ayya. Sejak awal dia ingin sekali memberi pelajaran pada istri yang tidak pernah dia impikan dalam hidupnya.

Sampai di rumah, Ali malah pergi ke halaman belakang, tempat dia latihan fisik dan latihan menembak. Sedikit pun dia tidak memperlihatkan kekhawatiran pada Ayya.

Hingga hari menjelang siang, sejak Bu Lastri pulang dia merasa belum melihat keberadaan menantunya di rumah.

“Bik, di mana Ayya?” tanya Bu Lastri.

Bik Nur pun baru menyadari sejak Ali pulang kenapa Ayya tidak terlihat sama sekali. Bik Nur segera berlari menemui Ali di halaman belakang. Tak lama dia kembali dengan napas sedikit tersengal.

“Bu! … anu,” ucap Bik Nur sambil mengatur napasnya.

“Anu apa bik Nur? Ngomongnya yang jelas!”

“Non Ayya belum pulang sejak pagi, Bu. Den Ali meninggalkannya di pasar.”

“Apa!” Ucap Bu Lastri lalu segera mencari keberadaan anaknya.

“Al!” seru Bu Lastri dari kejauhan, Ali menoleh dan menyadari ibunya sedang marah.

“Iya, Bu.” jawab Ali sambil menunduk.

“Kamu sudah gila atau apa? Kenapa kamu tinggalkan istrimu di pasar?” ucap Bu Lastri dengan tatapan yang sangat tajam.

“Bu, Ali cuma memberi dia waktu supaya dia leluasa berbelanja, kalau sudah selesai paling dia menelepon minta dijemput,” ucap Ali santai.

“Menelepon bagaimana maksud kamu? Handphone Ayya tergeletak di meja makan, dan lagi bik Nur lupa memberikan uang belanjanya. Bagaimana kalau dia tidak membawa uang sepeser pun?”

Ali hanya diam dan terus menunduk sambil memainkan lilitan hand wrap di tangannya.

“Tunggu apa lagi? Cepat cari dia sekarang juga!” teriakan Bu Lastri membuat Ali segera lari menuju mobilnya, dan pergi mencari Ayya.

Ali kembali ke supermarket.

Namun, dia seperti sedang mencari jarum dalam jerami. Sepertinya mencari Ayya di dalam supermarket yang sangat besar ini sangat mustahil, dia bahkan mendatangi bagian informasi tapi tetap tak menemukannya.

Masalahnya, Ayya pasti sudah keluar dari gedung ini dan ke arah mana dia pergi tidak ada yang tahu.

Pulang ke rumah dengan tangan kosong seperti ini, Ali yakin akan kena damprat Ibunya lagi, memang Ali sangat keterlaluan kali ini.

Sadar karena telah mengecewakan Ibunya, Ali tidak berani mengatakan sepatah kata pun selain menunduk.

“Masuk ke kamarmu dan minta maaf pada Ayya,” ucap Bu Lastri. “Jangan menunjukan sifat Arogan mu lagi di depannya,” ucapnya lalu pergi ke dalam.

Ada perasaan sedikit lega di hati Ali, kala mendengar Ayya yang dicarinya sudah ada di dalam kamar.

Perlahan dia membuka pintu kamarnya, lalu menghampiri Ayya yang sedang melipat baju-baju yang baru saja dia angkat dari jemuran.

“Ay, maaf! Tolong maafkan saya!” Akhirnya Ali merendahkan dirinya dan meminta maaf pada wanita yang tidak disukainya itu.

Namun Ayya tidak menghiraukan ucapan Ali sedikit pun. Dia hanya sibuk dengan pakaian yang akan dia bawa ke ruang setrika, hingga berbunyilah ponsel di sakunya. Ayya kaget mendapat panggilan dari ibunya di kampung, karena kebetulan ia sedang sangat merindukan sang Ibu.

“Assalamualaikum, Umi.”

“Waalaikum salam. Bagaimana kabarmu Ayy?” tanya Bu Aisyah di balik telepon.

“Ayya ....” ucapannya terpotong karena tiba-tiba ia merasa kasihan pada Ibunya jika harus tahu kalau anaknya tidak bahagia.

“Kenapa, Ayy?”

“Ayya baik-baik saja, Umi. Ayya hanya sedang kangen Umi dan Abi juga rumah kita.”

“Jika kamu merindukan rumah, lakukan apa pun yang biasa kamu lakukan di sini, maka di mana pun kamu berada kamu akan selalu merasa berada di rumahmu.”

“Iya, Umi.”

“Rawat dan peliharalah rumah suamimu seperti rumahmu sendiri, karena kamu adalah bagian dari rumah itu.”

“Baik, Umi,” ucap Ayya. Tak lama kemudian ia menutup teleponnya.

Ayya menghela napas, lalu mengusap wajahnya, terpaksa dia mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung.

Ali masih berdiri di belakang Ayya, karena permintaan maafnya belum diterima. Ayya bangun dari duduknya bergegas keluar kamar akan tetapi Ali menghalangi langkahnya.

“Minggirlah!” ucap Aya dengan malas.

“Ayy, tunggu! dengarkan aku dulu,” ucap Ali yang mencoba menahannya.

“Gak mau!” Ayya menggelengkan kepalanya lalu menggeser tubuh kekar suaminya yang menghalangi. Ia berlari ke halaman belakang rumah mencari tempat untuk menumpahkan emosi yang dipendamnya.

Aya duduk di ujung kolam untuk menenangkan pikirannya sebentar, lalu matanya tertuju pada samsak gantung yang biasa digunakan Ali untuk latihan.

Ayya tersenyum miring menatap samsak itu, dia terlihat mengumpulkan kekuatannya tapi entah apa yang dipikirkannya.

Tiba-tiba dia menyerang samsak itu sekuat tenaganya, dan mulutnya tidak berhenti mengomel seperti emak-emak yang kurang setoran.

"Dasar jahat!"

"Tidak punya perasaan!"

“Gila! Gila! Gila!” teriaknya sekuat tenaga.

Bak, Buuk! bunyi dari samsak yang menjadi sasaran kekesalan Ayya hari ini.

Terus memukul dengan kasar dan mengomel sambil berteriak tak henti-hentinya. Terkadang dia menendang dengan kakinya tak karuan hanya untuk sekadar melampiaskan kemarahannya. Tak peduli ia sampai jatuh bangun terkena serangan pantulan dari samsak yang dipukulnya.

Ali yang masih di kamarnya segera menoleh ke arah jendela karena mendengar suara ocehan Ayya dari halaman belakang. Menurutnya ini pemandangan yang sangat lucu yang diam-diam membuatnya cekikikan.

"Ya, Ampuun. ternyata dia bisa segila itu kalau marah," ucap Ali sambil menahan tawanya. Setelah dilihatnya Ayya mulai kelelahan, Ali turun dan menghampirnya.

"Ayo, lanjutkan! kamu pasti bisa," ucap Ali sambil berkacak pinggang di belakang Ayya.

"Jangan mendekat! kalau tidak, aku akan memukul dan menendangmu juga," ucap Ayya.

"Jadi istri seorang polisi memang harus memiliki keahlian bela diri, Ayy. Jadi, pintar saja itu tidak cukup. Aku jadi kepikiran untuk melatihmu ilmu bela diri sampai kamu layak jadi istriku.

"Memangnya kenapa kalau aku tidak layak jadi istrimu? aku tidak peduli lagi."

"Karena polisi itu mempunyai banyak musuh di luar sana. Kamu tau? para buronan dan narapidana yang aku tangkap itu adalah musuh-musuhku. Mereka bisa mengincar keluargaku untuk balas dendam."

"Tidak perlu kamu ajari, aku sudah bisa membela diriku sendiri."

"Ahh iya, aku sudah melihatnya sendiri tadi. Pukulan dan tendangan mautmu, Ayy. Kamu luar biasa Hahaha ...." ucap Ali sambil tertawa renyah.

"Jangan menertawakanku, itu tidak lucu!" ucap Ayya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ayo bangun! Ibu sedang menunggu kita di meja makan," ucap Ali sambil menarik tangan Ayya, lalu dia menarik kedua sudut bibir Ayya yang cemberut. "Pasang senyum di depan Ibu, kalau tidak dia akan memarahiku lagi."

"Tidak! aku bahkan akan menangis di depan ibu, supaya kamu di pecat jadi anak kesayangannya," ucap Aya sambil berjalan mendahului Ali.

"Hhaa! coba saja kalau berani, aku akan membuangmu lagi, kali ini ke kutub utara, kamu mau hidup dengan beruang kutub di sana?" ucap Ali sambil menarik ujung kerudung Ayya.

"Itu lebih baik, dibanding aku hidup denganmu seperti di neraka."

BERSAMBUNG ...

pertama tekan like 👍, terus tekan love ❤️ supaya dpt notif kalau eps baru sudah up, selanjutnya boleh komen positif, kasih bintang 5 dan vote juga, makasih 😘

Terpopuler

Comments

Nay

Nay

awal yang unik, terus lah bertengkar.
ntar lama² jadi cinta ♥️😅😅😅

2023-06-17

1

Suni Sunny

Suni Sunny

lanjut thor

2023-03-09

0

Windarti08

Windarti08

ceritanya bagus, karakter tokoh utamanya wanita tangguh yang gak cengeng. akan melawan kalo ditindas suami. aku suka 👍👍👍

2023-02-02

0

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan tokoh
2 Diakah Suamiku?
3 Terlantar di kota Jakarta
4 Sasaran kemarahan
5 Istri yang tidak diharapkan
6 Dia seperti angin.
7 Baim sepupu Ali
8 Masa lalu.
9 Vina
10 Sayur Asem
11 Pengabdian
12 Drama penyergapan
13 Polwan galak
14 Aku, kamu dan dia
15 Hilang dan Kembali
16 Cinta! Cinta! Cinta!
17 Menyelami perasaan
18 Terjebak cinta segitiga
19 Bertahan
20 Cinta atau Tanggung jawab?
21 Vina, Usaha terus.
22 Percikan Api
23 Disaat berbunga-bunga
24 Salah Asumsi
25 Akhirnya ketemu Umi
26 Carmuk depan mertua
27 Sales Hp
28 Komitmen
29 Korban Massa
30 ICU
31 Penyesalan
32 Penyelidikan
33 Info Akurat
34 Vina pulang, Ibra datang
35 Semburat wajah Ali
36 Ayya Pemberani
37 Teror Bom
38 Tragedi MEGAH PLAZA
39 Kecil kemungkinan
40 Titik Nol kesadaran
41 I love You
42 Berjanji untuk Berpisah
43 Sesak menahan rasa
44 PTSD Symptom
45 Telat menyadari
46 Jangan berubah.
47 Janji adalah janji
48 Kesempatan yang terlewat
49 Liburan ke pantai
50 Bulan madu
51 Wanita di malam hari
52 Nikah Resmi
53 Keracunan buah Pare
54 Ponsel yang hilang
55 Pencuri dan penipu
56 Testpack
57 Bersandiwara lagi?
58 Album kenangan
59 Janji pada Aliya
60 Hamil?
61 Gadis liar
62 Calon Ayah
63 Menggemaskan
64 Permainan piano
65 H-2
66 Prosesi pedang pora
67 Kejutan untuk readers (visual)
68 Mata Amber yang indah
69 Teori memori sel
70 Pilih A atau B?
71 Siap-sia jatuh cinta
72 Suami manja
73 Gempa
74 Bidadariku
75 Ibu ...!
76 Surga dunia
77 Psikosomatis
78 Sebelum terlambat
79 Pesta
80 Bait puisi
81 Lanjut apa enggak!
82 Bercak darah
83 Chemistry
84 Lagu untuk kakak
85 BREAKING NEWS
86 Partner
87 Endorse
88 Menantuku, Keponakanku.
89 Japanesse ice coffe
90 Tato Burung Elang
91 Rutan
92 Di tepi jurang
93 Lyra, sahabatku
94 Membuka Tabir
95 Malam pertama Aliya
96 Ibu atau Bayi?
97 Napas terakhir.
98 Sertijab dan Korps Raport
99 Ending
100 Pengumuman
101 Pengumuman 2
102 Assalamualaikum
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Pengenalan tokoh
2
Diakah Suamiku?
3
Terlantar di kota Jakarta
4
Sasaran kemarahan
5
Istri yang tidak diharapkan
6
Dia seperti angin.
7
Baim sepupu Ali
8
Masa lalu.
9
Vina
10
Sayur Asem
11
Pengabdian
12
Drama penyergapan
13
Polwan galak
14
Aku, kamu dan dia
15
Hilang dan Kembali
16
Cinta! Cinta! Cinta!
17
Menyelami perasaan
18
Terjebak cinta segitiga
19
Bertahan
20
Cinta atau Tanggung jawab?
21
Vina, Usaha terus.
22
Percikan Api
23
Disaat berbunga-bunga
24
Salah Asumsi
25
Akhirnya ketemu Umi
26
Carmuk depan mertua
27
Sales Hp
28
Komitmen
29
Korban Massa
30
ICU
31
Penyesalan
32
Penyelidikan
33
Info Akurat
34
Vina pulang, Ibra datang
35
Semburat wajah Ali
36
Ayya Pemberani
37
Teror Bom
38
Tragedi MEGAH PLAZA
39
Kecil kemungkinan
40
Titik Nol kesadaran
41
I love You
42
Berjanji untuk Berpisah
43
Sesak menahan rasa
44
PTSD Symptom
45
Telat menyadari
46
Jangan berubah.
47
Janji adalah janji
48
Kesempatan yang terlewat
49
Liburan ke pantai
50
Bulan madu
51
Wanita di malam hari
52
Nikah Resmi
53
Keracunan buah Pare
54
Ponsel yang hilang
55
Pencuri dan penipu
56
Testpack
57
Bersandiwara lagi?
58
Album kenangan
59
Janji pada Aliya
60
Hamil?
61
Gadis liar
62
Calon Ayah
63
Menggemaskan
64
Permainan piano
65
H-2
66
Prosesi pedang pora
67
Kejutan untuk readers (visual)
68
Mata Amber yang indah
69
Teori memori sel
70
Pilih A atau B?
71
Siap-sia jatuh cinta
72
Suami manja
73
Gempa
74
Bidadariku
75
Ibu ...!
76
Surga dunia
77
Psikosomatis
78
Sebelum terlambat
79
Pesta
80
Bait puisi
81
Lanjut apa enggak!
82
Bercak darah
83
Chemistry
84
Lagu untuk kakak
85
BREAKING NEWS
86
Partner
87
Endorse
88
Menantuku, Keponakanku.
89
Japanesse ice coffe
90
Tato Burung Elang
91
Rutan
92
Di tepi jurang
93
Lyra, sahabatku
94
Membuka Tabir
95
Malam pertama Aliya
96
Ibu atau Bayi?
97
Napas terakhir.
98
Sertijab dan Korps Raport
99
Ending
100
Pengumuman
101
Pengumuman 2
102
Assalamualaikum

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!