Terjebak Cinta Polisi (Terjebak Nikah Online)
Hay ... selamat datang di karya recehanku yang ke-2.
Novel ini sudah tamat, ya. Jadi, mulailah cari posisi yang nyaman buat marathon. Mau rebahan, selonjoran, tengkureb, nungging, pokoknya senyaman mungkin biar enak bacanya. Temukan beberapa twist di bab-bab terakhir dan jangan lupa follow akun Author receh ini sebelum baca.
Oh iya, novel ini sudah terbit cetak juga di Novelindo.
Oke, happy reading, ya, gais ... 😘 jangan lupa like dan komennya. See you.
👇
Namanya Ali Arfan Maulana. Dia seorang polisi yang sangat berprestasi dan loyal terhadap profesinya, meskipun menjadi polisi bukanlah cita-cita yang ingin dia kejar pada awalnya.
Pria tampan dengan usia yang cukup matang ini memiliki kepribadian yang tegas, bertanggung jawab dan berjiwa pelindung bagi orang-orang di sekitarnya.
Namun, siapa yang menyangka. Kisah cintanya yang gagal di masa lalu, membuat dia berubah menjadi pribadi yang tertutup dan sangat menyebalkan.
Sebagai anak satu-satunya di keluarga tentu saja dia menjadi harapan terbesar bagi kedua orang tuanya.
Bu Lastri - Ibu dari Ali berharap di usia Ali yang sudah lebih dari 35 tahun ini bisa segera mengakhiri masa-masa kesendiriannya. Namun, setiap usaha untuk menjodohkannya selalu gagal total.
Pada suatu hari Bu Lastri dan suaminya - Pak Maulana, pergi mengunjungi saudara di kampung halamannya - kota Semarang. Sebelum pulang mereka selalu menyempatkan mampir ke rumah sahabatnya untuk memesan sayuran segar yang biasa mereka bawa pulang ke Jakarta.
“Mbak Lastri, kita tunggu di rumah saja. Biarkan kang Mas yang pergi memetik sayuran di kebun,” ajak Bu Aisyah - istri dari pak Ramlan yang tak lain adalah sahabat dari orang tua Ali.
“Yo, Mbak yuk.” Bu Lastri duduk di sofa sambil memandang ke semua arah. “Iki rumah sampeyan, kok sepi tenan.”
“Lha iya, wong saya cuma tinggal berdua sama suami, Mbak,” jawab Bu Aisyah yang sedang menuangkan air minum ke dalam gelas.
“Anak-anak sampeyan sudah nikah semua, toh?”
“Anak sulungku, dia sudah berkeluarga. Malah sekarang sudah punya anak. Dan anak bungsuku yang perempuan, dia ngajar di asrama. Dia jarang pulang, Mbak. Entah harus dengan cara apa lagi membujuk dia supaya tinggal di rumah.” Bu Aisyah menggelengkan kepalanya sambil berdecak.
“Ayya-anak bungsumu belum bersuami, Mbak?”
“Jangankan suami, calon aja dia ndak punya. Malu aku tuh, Mbak. Tetangga bilang anak gadisku itu perawan tua.”
“Anak gadismu cantik begini, kenapa belum punya calon?” tanya Bu Lastri seraya mengambil bingkai foto di atas meja sudut.
“Yo ik, Mbak. Aku ra ngerti sama anak itu.”
Tiba-tiba ponsel jadul Bu Aisyah berbunyi. Dengan cepat Bu Aisyah mengangkatnya karena yang menelepon adalah anak gadis yang sedang dirindukannya.
“Assalamualaikum Ayy …,” sapa Bu Aisyah di balik telepon.
“Waalaikum salam, Mi. Umi sama Abi gimana kabarnya, sehat 'kan?” tanya Ayya.
“Umi sama Abi sudah terlalu tua Ayy, wajar saja kalau sering sakit-sakitan. Ditambah lagi harus mendengar ocehan para tetangga, telinga Umi sakit banget Ayy,” tuturnya.
“Kenapa mereka selalu bergunjing? memangnya apa yang mereka gunjingkan tentang kita?” tanya Ayya.
“Tentu saja tentang penolakanmu pada setiap lelaki yang datang untuk melamar," terang Ibunya Ayya sedikit menggebu-gebu. “Ayy, kita ini hidup di kampung yang hubungan sosialnya sangat tinggi. Kita ndak bisa menutup mata dan telinga kita begitu saja.”
Ayya mulai menghela napasnya lalu dia beranikan diri untuk bicara.
“Baiklah Mi, Ayya tidak akan menolak lagi jika ada lelaki yang melamar, Ayya minta maaf karena sudah membuat Umi dan Abi menjadi bahan gunjingan para tetangga,” ucap Ayya seraya mencoba membulatkan niatnya.
“Kamu yakin Ayy, tidak akan menolak lagi?” tegas Ibunya.
“InsyaaAllah, demi Umi sama Abi,” jawab Ayya.
“Lakukanlah demi dirimu sendiri, karena kebahagiaanmu lebih penting buat Abi sama Umi,” ucap wanita paruh baya itu.
“Baik Mi, Ayya yakin bahwa Umi sama Abi akan melakukan yang terbaik buat Ayya.”
“Syukurlah kalau kamu mengerti Ayy,” pungkas Bu Aisyah mengakhiri obrolannya, dan tak lama kemudian telepon pun ditutup.
Bu Aisyah tersenyum karena tiba-tiba anaknya berjanji tidak akan menolak lagi jika ada lelaki yang melamar.
Bagaimana tidak gelisah, perasaan Bu Aisyah selama ini. Anak gadis bernama Nayna Noor Rayya yang lebih akrab disapa Ayya ini, di usianya yang sudah beranjak 25 tahun masih belum menemukan tambatan hatinya. Kalau dihitung-hitung Ayya sudah enam kali menolak lamaran lelaki yang ingin meminangnya. Bukan tanpa alasan mungkin dalam hatinya, Ayya memiliki seseorang yang sedang ia tunggu-tunggu kedatangannya. Entahlah. Yang pasti kali ini Ayya sudah menyerah pada Ibunya.
Mendengar cerita Bu Aisyah tentang anak bungsunya, tiba-tiba tebersit di pikiran Bu Lastri untuk menjodohkan dengan anaknya. Ia tak peduli lagi jika ada yang menilai bahwa rencananya ini terlalu kolot dan kuno. Yang dia tahu saat ini dia memiliki harapan yang sama dengan sahabatnya yaitu ingin melihat anaknya segera menikah.
Tanpa diduga, rencananya ini disambut dengan baik oleh sang suami dan juga orang tua Ayya. Maka terjadilah perjodohan yang terkesan dipaksa dan serba mendadak ini.
Orang tua Ali menunda kepulangannya ke Jakarta karena harus mengatur pernikahan anaknya sebelum pulang. Hingga Ali menelepon untuk memastikan kapan dia harus menjemputnya ke Semarang.
“Assalamualaikum Bu, Ibu masih di Semarang?” sapa Ali di balik telepon.
“Waalaikum salam. Iya Al, Ibu masih di kampung. Apa kamu ada waktu untuk datang ke sini Al?” tanya Bu Lastri.
“Iya, tentu saja. Ali akan segera datang untuk menjemput Ayah sama Ibu,” ucap Ali yang akan bergegas menutup teleponnya.
“Tunggu Al! Ibu belum selesai bicara,” sela Bu Lastri.
“Kenapa Bu?”
“Ibu … sudah menemukan calon istri untukmu, kamu harus menikahinya saat datang kesini,” ucap Bu Lastri sekaligus perintah buat anaknya.
“Ya ampun, Bu!” jawab Ali kaget. “Sudah berapa kali Ali katakan pada Ibu kalau Ali tidak membutuhkan seorang istri.”
“Kamu butuh Al, mau sampai kapan kamu hidup sendiri? ingat usiamu sudah tidak muda lagi.”
“Iya, tapi jangan sekarang Bu.” Ali berusaha menolak.
“Sekarang atau nanti apa bedanya? lebih cepat akan lebih baik. Jadi, segeralah datang kesini!”
“Ibu kan tahu, Ali tidak bisa menikah sembarangan. Untuk menikah lagi Ali harus mendapatkan izin dari atasan, kalau tidak Ali akan dikenai sanksi tindakan indisipliner.” Ali berkilah hanya untuk mencari alasan saja.
“Ibu tidak mau mendengar alasan apa pun lagi, Al. sekarang kamu bisa nikah secara siri dulu, setelah kamu urus perceraianmu dengan Vina baru kamu nikah lagi secara resmi dengan Ayya!”
“Aduh! ini apa lagi, Bu? nikah siri juga tidak akan diperkenankan.” Ali mulai gusar karena kehabisan kata-kata. Bu Lastri seakan tidak mau tahu posisi anaknya sebagai seorang polisi.
“Dari dulu kamu selalu banyak alasan, kali ini kalau kamu tidak segera datang, Ibu sama Ayah tidak mau pulang ke Jakarta!” ancam Bu Lastri sambil menutup teleponnya.
“Hhhh … Ibu selalu saja memaksa dan mengancamku,” guman Ali. Terpaksa Ali segera menyusul orang tuanya ke kampung saat itu juga. Dan seperti perintah Ibunya, Ali langsung menuju rumah orang tua Ayya.
“Ibu, Ali gak bisa lama, karena masih ada tugas di Jakarta,” tukas Ali menahan rasa jengkelnya.
“Kalau begitu, kita siapkan pernikahannya sekarang juga. Karena keadaan darurat, jadi kita lakukan sambil menunggu pengantin wanita. Ingat, Al! Nikah itu yang penting sah, tidak perlu 'Wah' kamu setuju, 'kan?” ucap Bu Lastri terkesan terburu-buru karena takut kalau anaknya akan berubah pikiran.
Ali hanya menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, melihat sikap Ibunya yang terlihat seperti kebelet ingin punya menantu.
Pernikahan pun akan segera berlangsung.
Selain pengantin laki-laki, di sana sudah hadir seorang penghulu, wali dan juga saksi. Bu Lastri meminjamkan handphone canggihnya pada Bu Aisyah supaya bisa melakukan penggilan Vidio dengan Ayya.
Note :
-Yo \= Ya
-Iki \= Ini
-Tenan \= sangat/ banget
-Ik/Iku \= Itu
-Ra/Ora \= Tidak
-Wong \= Orang
-Ndak \= Enggak
-Sampeyan \= Kamu (sopan)
Readers yang Budiman, cerita ini hanya fiktif belaka. Tak ada maksud untuk mengeksploitasi satu karakter, profesi dan juga instansi mana pun. Ini hanya sebuah kisah anak manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya, semoga ada sedikit hikmah yang bisa kita ambil dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Saya tahu akan ada banyak pertanyaan dalam benak kalian yang tidak bisa saya jawab di bab-bab awal. Jadi, mohon bersabar untuk membaca setiap bab dengan teliti jika ingin mendapatkan jawabannya. Kalian adalah readers yang cerdas dengan komentar yang selalu berkualitas.
Maafkan Author receh ini jika tulisannya masih banyak salah. Oke! 😘
Next 👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Mau di bilang duda tapi belom resmi bercerai,di kata suami orang tapi udah gak satu atap..
2024-04-04
0
yhoenietha_njus🌴
mampir kak next maraton klo ga cape maratonnya😉😉
2024-02-03
0
Ida
ok💪 Thor 👍
2023-09-14
1