Jam istirahat, Ali sengaja pulang karena ingin makan siang di rumah. Dia berharap Ayya akan masak untuknya namun ternyata Ayya masih marah dan belum mau menuruti kemauan suaminya.
“Ayya gak masak ya, bik?” tanya Ali.
“Non Ayya belum keluar dari kamarnya, den,” tutur bik Nur. Ali pun segera pergi ke kamarnya untuk menemui Ayya yang sedang asik memainkan ponselnya.
“Kenapa tidak masak untuk makan siang?” tanya Ali ketus.
Ayya terkejut lalu menoleh, “Kenapa aku harus masak untukmu? Aku dengar sendiri kamu bilang pada bik Nur kalau kamu tidak suka apapun yang aku lakukan, aku hanya akan masak untuk ayah sama ibu, tapi sekarang mereka belum pulang dari toko.”
“Baiklah. Kali ini aku maafkan, tapi saat makan malam nanti jika aku tidak melihat sayur asem dan bakwan goreng di meja makan, maka aku akan memberimu hukuman.” Ali meninggalkan kamar dan kembali ke tempat kerjanya.
“Sshhh, dasar pemaksa,” pungkas Ayya.
Sore hari sepulang kerja, seperti biasa Ali mengisi waktunya dengan latihan di halaman belakang. Namun dia tidak jauh dari ponselnya karena dia merasa perlu untuk menelpon Ayya supaya memasak untuk makan malamnya. Sebentar-sebentar dia menelpon Ayya hanya untuk mengingatkan pekerjaannya di dapur.
“Ayy, kamu di mana? Cepat ke dapur!”
“Ayy, jangan lupa masak!”
“Ayy, sayur asem sama bakwan buat makan malam!”
“Ya ampun, kenapa dia harus se-rewel ini hanya untuk menyuruhku masak?” gumam Ayya setelah menutup telpon dari suaminya.
Benar saja, wajah Ali begitu bersemangat saat melihat masakan Ayya tersaji di meja makannya. Dia makan lumayan karena telah melewatkannya sejak kemarin malam.
“Mas, kamu baca doa gak, sebelum makan?” sela Ayya di tengah-tengah makan malam.
Ali mendongak ternyata semua orang sedang memperhatikannya.
“Tentu saja aku baca doa, tapi aku sedang lapar, Maaf.” Dia melanjutkan makan tanpa menghiraukan orang di sekelilingnya.”
“Ya sudah, makanlah yang banyak,” sahut Bu Lastri.
Setelah makan malam, Ali bercakap-cakap bersama ayah dan ibunya di ruang keluarga, sambil menunggu Ayya yang membereskan meja makan di dapur.
Dan setelah selsai pekerjaannya di dapur, Ayya ikut duduk di ruang keluarga bersama mertua dan suaminya.
“Duduk sini, Ayy. Kita ngobrol santai sebelum tidur, kamu belum ngantuk kan?” Ajak Bu Lastri sambil menggeser tempat duduknya dan mempersilahkan Ayya duduk di sebelahnya.
“Baik, bu,” balas Ayya.
Tak berapa lama, Bu Lastri mempersilahkan Ayya untuk pergi tidur karena dilihatnya dia sudah sangat mengantuk. Ayya pun bergegas pergi ke kamarnya yang di susul Ali beberapa saat kemudian.
Ali berdiri di samping tempat tidur memandangi Ayya yang sedang tidur membelakanginya, Ayya yang menyadari suaminya berdiri di belakangnya langsung menoleh.
“Kenapa, mas? apakah aku harus tidur di sofa lagi malam ini?” tanya Ayya sambil bangun lalu menarik bantalnya.
“Jangan! tetaplah di situ. mulai sekarang kita tidur di ranjang yang sama.” Ali mematikan lampu duduk di samping tempat tidurnya.
lalu dengan pelan-pelan Ayya kembali membaringkan tubuhnya, membelakangi suaminya. Ayya kaget karena tiba-tiba Ali melingkarkan tangannya di pinggang Ayya, telapak tangan Ali hingga menyentuh kedua buah di dadanya. Sontak Ayya bangun menepiskan tangan suaminya.
“Kenapa, Ayy? kita ini suami-istri yang sah, kamu jangan lupa itu,” tutur Ali datar.
“Aku tahu itu mas, tapi situasi kita berbeda. Aku merasa ... aku harus melindungi diriku, supaya ketika suatu hari nanti saat kamu kembali pada istrimu, aku bisa pergi tanpa penyesalan,” ucap Ayya.
“Apa kamu masih berpikir untuk pergi dariku? ohh, aku tahu. Kamu pasti akan pergi kepelukan Ibra, 'kan? ternyata kamu sama saja dengan Vina,” cetus Ali sambil membaringkan kembali tubuhnya.
Ayya membawa beberapa bantal dari dalam lemari dan meletakannya di tengah-tengah tempat tidur sebagai pembatas antara dirinya dengan Ali.
“Aku tidak akan pergi ke pelukan siapa pun, aku hanya tidak ingin menjadi orang yang terlalu menyedihkan saat aku dicampakan nanti, karena aku sadar pernikahan aku tidak bisa melindungiku secara hukum, kita hanya menikah siri dan hatimu pun tidak pernah menjadi miliku.” Tutur Ayya Sambil kembali tidur membelakangi Ali.
“Apa ini? kenapa ada pembatas diantara kita?” Ucap Ali sambil menjatuhkan bantal satu persatu.
“Mas! kenapa kamu menyingkirkan bantal-bantalku?”
“Tidak perlu ada bantal diantara kita, apa pun namanya, pernikahan kita tetap sah secara Agama.” Ucap Ali sambil mendekap tubuh Ayya dari belakang.
Ahh, sepertinya Ayya tak mampu lagi melepaskan pelukan suaminya, tak dapat di pungkiri dia merasakan kenyamanan pada tubuh suaminya yang hangat itu.
“Baiklah, malam ini tidur seperti ini saja,” batin Ayya sambil memejamkan matanya.
Tidur dengan cara baru seperti itu ternyata membuat mereka terlalu nyaman hingga bangun kesiangan.
“Ayy, bangun. kamu harus masak untukku,” bisik Ali di telinga Ayya lalu mencium pipinya.
Mendapat ciuman di pipi secara tiba-tiba membuat Ayya kaget lalu membalikan tubuhnya menghadap suaminya. saat membuka matanya, Ayya mendapati wajah suaminya begitu dekat dengan tatapan mata yang lekat dihiasi senyumnya yang manis tersungging di bibirnya yang tipis. Satu kecupan lagi mendarat di bibir Ayya yang mungil.
Ayya tersipu lalu menunduk sambil mengerutkan wajahnya karena malu.
“Kamu tidak ingin membalas ciumanku, Ayy? karena aku akan segera bangun, kita sudah kesiangan.”
Spontan Ayya bangun meraih dan menatap jam di layar ponselnya.
“Ya ampun, kenapa mas Ali tidak membangunkanku sedari tadi?” ucap Ayya sambil menyibak selimutnya.
“Kamu tidur sangat nyenyak di pelukanku, Ayy. mana mungkin aku membangunkanmu.” tutur Ali sambil menyusul Ayya ke kamar mandi.
“Pagi ini aku tidak usah masak aja ya, Mas?” cetus Ayya sambil berdiri menggosok giginya di samping Ali.
“Tapi aku lapar, Ayy.” balas Ali sambil mengamati wajahnya sendiri di depan cermin besar di dalam kamar mandi.
Ayya menatap sekilas wajah suaminya dari pantulan cermin yang ada di depannya.
“Apa yang sedang kamu lakukan, Mas? seperti kurang kerjaan saja,” cetus Ayya.
“Aku hanya sedang berpikir, pagi ini aku malas mandi dan aku lihat di usiaku yang semakin dewasa wajahku tetap manis sekalipun aku tidak mandi.”
“Usiamu ini bukan semakin dewasa, Mas, tapi semakin tua, sudahlah! masih banyak waktu untuk mandi dan solat subuh, buruan!!” desak Ayya.
“Baiklah, Aku akan mandi.” Ali membuka pakaiannya di depan Ayya. dan Ayya melihat jelas dari pantulan cermin.
“Stop!! jangan buka di sini,” seru Ayya sambil memalingkan wajahnya lalu berlari keluar dari kamar mandi.
****
“Ayya gak ngerti, kenapa mas Ali selalu minta di buatkan sayur Asem tiap hari, bik.”
“Mungkin karena Sayur Asem buatan non Ayya itu enak, Non.” tukas bik Nur.
“Tapi apa dia gak bosan gitu? Ayya aja yang masak sudah bosan.”
“Kenapa gak tanya langsung padaku, Ayy?” Sahut Ali yang datang tiba-tiba lengkap dengan seragam dinasnya menghampiri Ayya yang sedang menata meja makan.
“Bagaimana kalau aku bikin menu baru untuk makan siang dan malam nanti, Mas?”
“Sebenarnya apa pun yang kamu masak, aku tetap suka dan akan menghabiskannya, tapi untuk sayur asem harus selalu ada di meja, untukku.”
BERSAMBUNG ...
pertama tekan like 👍, terus tekan love ❤️ supaya dpt notif kalau eps baru sudah up, selanjut nya boleh komen positif, kasih bintang 5 dan vote juga, makasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Windarti08
itu Ali minta dimasakin terus tiap hari, ngasih nafkah bulanan gak?
2023-02-02
0
Wati Putri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-20
0
Devi Triandani
betul banget...jgn mau disentuh klo statusmu tdk jelas. Enak didia, tp tdk rugi dikm nay
2022-10-15
0