Malam menyeruak, senja membenamkan dirinya di upuk barat, sinar mentari yang memudar perlahan berganti cahaya rembulan, mengisahkan perjalanan berjuta bintang di langit yang membentang.
Di bawah cahaya bulan Ali berdiri di balik jendela kamarnya, menengadahkan wajahnya dengan mata terpejam merasakan semilir angin menerpa wajahnya yang memucat.
Kedatangan Ayya dengan dua cangkir teh hangat di tangannya, cukup mengagetkan.
“Ayy, kamu mengagetkanku,” ucap Ali segera menoleh ke arah istrinya.
“Teh-nya, Mas.” Ayya menyodorkan sala satu cangkir yang dibawanya.
“Teh apa ini namanya, Ayy? kamu memberikannya padaku setiap malam, rasanya sangat aneh tapi wanginya ... cukup menenangkan.” Ali menghirup aroma teh dalam cangkir yang masih terasa panas.
“Ini teh Chamomile, Mas. untuk membantu tidurmu supaya lebih nyenyak,”
“Pantas saja aku selalu bangun kesiangan.”
“Hhh, jam tidur tidak harus se-lama itu, mas. biar sebentar tapi berkualitas, itu baru menyehatkan.”
“Baiklah. Aku mulai menyukai teh ini, asal jangan kamu tuangkan racun di dalamnya.”
“Hhahh ... racun? lihat saja sendiri, Ayya meminumnya setiap hari. Karena ini banyak khasiatnya terutama sangat baik untuk kulit,” ujarnya sambil menyeruput teh di cangkirnya.
Ali menurunkan wajahnya seraya mengamati wajah Ayya dan meraba kulit tangannya.
“Aahh iya, sekarang aku tahu kenapa kulitmu sangat cantik, kenapa kamu tidak jadi model iklan sabun mandi saja, Ayy.” gurau Ali.
“Isshhh, ternyata kamu benar, mas. Mas Ali terlihat Lebay kalau sedang berbicara manis seperti tadi, sangat berlawanan dengan karaktermu,”
“Benarkah? padahal aku sedang berusaha menjadi suami yang manis untukmu lho, Ayy.”
“Mas, sepertinya handphone-mu bunyi tuh,” sela Ayya.
“Oh, ya? sebentar aku angkat dulu,” ucapnya sambil masuk dan mengambil handphone di meja.
Tampak di layar handphone panggilan dari Ibra. Ali mengangkatnya namun sangat risih karena Ayya sedang berada di sana.
“Hallo, mas Ali ... ”
“Iya, Ibra. bicaralah.”
“Mengenai apa yang aku lihat tadi siang, aku harap kamu tidak melewati batas, Mas,”
Ali melirik ke arah Ayya lalu dia keluar dari kamarnya.
“Ibra, apa maksud ucapanmu?” jawab Ali setelah dia keluar dari kamarnya.
“Aku sudah memperingatkanmu waktu itu, mas. Jika kamu belum yakin dengan perasaanmu sendiri, jangan coba-coba menyentuh Ayya, dan jangan menodainya!”
“Apa hakmu berbicara seperti itu? dia istriku, kenapa kamu harus ikut campur?”
“Pikirkan masa depan Ayya, mas. Aku tahu kamu tidak mencintainya karena kamu mencintai Vina, jika kamu mau melepaskannya, aku akan menerimanya karena aku mencintai Ayya jauh sebelum kamu menikahinya, Mas. Aku tidak main-main.”
“Berhenti mengharapkan cinta dari istri orang lain, meskipun kamu mencintai Ayya, tapi aku-lah suaminya, aku yang akan membahagiakannya.”
“Apa kamu yakin, bisa membahagiakannya, mas? setelah Vina hadir kembali dalam hidupmu?”
“Vina sudah pergi, kamu sendiri yang membawanya, jika kamu peduli pada Ayya, kamu cukup membawa Vina pergi jauh dari hidupku dan jangan membiarkanya muncul di depanku”
“Dia tidak pergi, Mas. dia masih di sana.”
“Apa maksud ucapanmu? di mana Vina sekarang?”
“Dia berada di rumah pribadimu yang ada di ujung jalan,” terang Ibra.
“Akhh ... sial*n! kenapa kamu membawanya kesana?” seru Ali sambil menutup telepon, kembali ke kamar mengambil jaket lalu pergi dengan mobilnya menuju rumah pribadinya di ujung jalan.
Ali langsung masuk ke dalam rumahnya dan mencari keberadaan Vina di dalam, ia menemukan Vina sedang berbaring di tempat tidur sambil memeluk foto pernikahannya dengan Ali.
Vina kaget dan langsung bangun ketika Ali masuk dengan tiba-tiba.
“Apa hakmu masuk ke dalam rumahku, Vin?” bentak Ali yang kesal dengan kelakuan Vina
“Al, maafkan aku, Al,” ucap Vina, berdiri dan menunduk di depan Ali.
“Pergilah, Vin! jangan muncul di hadapanku lagi.”
“Kenapa, Al? kamu mati-matian menyuruhku pergi, apa karena kamu tidak sanggup melupakanku, Hhaahhh?”
“Jangan ngawur, kamu! aku hanya muak melihat wajahmu, kamu seperti kotoran yang busuk di mataku.” tandas Ali.
“Al, aku tahu aku salah dan kamu marah, tapi kamu jangan membohongi perasaanmu sendiri, karena aku tahu kamu masih mencintaiku, pernikahanmu dengan Ayya tidak didasari cinta 'kan, Al?”
“Percaya diri sekali kamu, Vin! setelah kamu pergi sesukamu, tiba-tiba kamu datang berharap aku akan memaafkanmu dengan mudah?”
“Aku tahu aku tidak pantas untuk dimaafkan, tapi setidaknya dengarkanlah penjelasanku.” pinta Vina pada Ali.
“Penjelasan macam apa yang ingin kamu katakan? aku sudah tahu semuanya, bahkan aku tahu kamu sudah menikah lebih dulu dengan produser kaya raya itu, sebelum kamu menikah denganku, wanita macam apa kamu hingga menikah dengan 2 orang lelaki sekaligus sangat tidak bermoral, kamu bukan lagi Vina yang aku kenal dulu,” ucap Ali dengan raut muka yang memancarkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.
Dan sekarang kamu harus tahu, Al. kenapa aku melakukan semua itu. ucap Vina sambil tiba-tiba melepas satu persatu baju tidurnya.
“Apa yang kamu lakukan? kenapa kau lepas bajumu,” ucap Ali yang kaget melihat tubuh telanjang Vina di hadapannya. Ali segera mengambil kembali baju Vina dan coba memakaikannya namun Vina kembali melepaskannya.
“Lihatlah baik-baik, Al. lihat dengan mata kepalamu sendiri!” Vina memaksa Ali untuk melihat tubuhnya yang penuh luka dan memar.
Ali yang sedari tadi memalingkan wajahnya, perlahan menoleh ke arah Vina. Dia bisa melihat dengan jelas luka-luka di sekujur tubuh Vina.
“Apa yang sebenarnya terjadi, Vin? kenapa tubuhmu penuh dengan luka?”
“Jika aku kembali padamu 5 tahun yang lalu, mungkin mereka akan membunuhku, Al. Aku menahan cinta dan kerinduanku terhadapmu selama 5 tahun ini karena tidak ada pilihan lain buatku,”
“Siapa mereka yang menyiksamu seperti ini?” tanya Ali
“Ayah tiriku yang telah menjualku pada produser ******** itu, sebelum aku menikah denganmu. Mereka hanya memanfaatkanku, seperti mesin pencetak uang. Dan sejak itu hidupku seperti di neraka.” tutur Vina disusul deraian air mata.
“Kenapa kamu diam saja? padahal kamu bisa melaporkan perbuatan mereka pada polisi?”
“Jika aku bisa, aku pasti sudah melakukannya sejak dulu tapi aku tidak berdaya, Al.”
Vina menumpahkan tangisannya sambil memeluk tubuh Ali yang masih berdiri mematung.
“Al, maukah kamu memaafkanku? tolong jangan usir aku dari sini, karena mereka tidak akan berhenti mengejarku,” Vina mendongak dan menatap mata Ali dan terus memohon, “Al, tataplah mataku, aku tahu kamu merindukanku sama sepertiku merindukanmu, sekarang aku ada di sini, Al. Di depanmu, aku tidak akan pergi lagi darimu, aku janji.” ucap Vina memelas.
***
Sungguh Ayya datang di waktu yang tidak tepat, sehingga dia harus menyaksikan adegan Vina tanpa busana yang tengah memeluk suaminya di dalam sebuah kamar. dan Ayya harus mendengar percakapan mereka sedang berlangsung dari balik pintu yang terbuka. Ayya menjatuhkan tubuhnya di lantai karena tiba-tiba menjadi lemas tak ada kekuatan untuk berdiri. dunia tiba-tiba menjadi gelap dalam penglihatannya, penyesalan tengah menggelayutinya, pasalnya beberapa waktu yang lalu dia merasa aneh dengan tingkah suaminya yang pergi tiba-tiba setelah menerima telepon dari Ibra, karena rasa penasarannya itu, Ayya menghubungi dan bertanya pada Ibra tentang apa yang terjadi? lalu dia mengikuti suaminya ke rumah ini, namun Ayya tidak menyangka dia harus menyaksikan adegan seperti ini, tak terasa air matanya jatuh membasahi pipinya.
BERSAMBUNG ...
pertama tekan like 👍, terus tekan love ❤️ supaya dpt notif kalau eps baru sudah up, selanjutnya boleh komen positif, kasih bintang 5 dan vote juga, makasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
"WANITA YG BAIK DIA TIDAK AKAN MEREBUT SUAMI ORANG"🙄🙄🙄😡😡
2024-04-04
0
Halimatussakdiah Matondang
klu aku jd ayya,aku pastikan untuk pergi meninggalkan polisi yg tidak punya pendirian
2023-05-21
0
Marhaban ya Nur17
apa vina jg sengaja tuh buka baju krn tau ada ayya
2023-02-01
0