Ali tampak geram saat melihat Ayya malah mengajak Vina makan di meja yang sama. Entah apa yang dipikirkan istrinya saat ini.
Vina merasakan bahwa saat ini Ali sangat muak dengan dirinya, karena tak sedikit pun Ali menatap wajah Vina yang sedang duduk di hadapannya. Sementara Ayya sangat sibuk menyiapkan semuanya.
“Silahkan, mbak. makan seadanya saja, karena saya tidak begitu pandai memasak,” ucap Ayya.
“Terima kasih, ini sudah lebih dari cukup buat saya. Oh ya, maaf ... dari tadi saya belum tahu siapa namamu?” tanya Vina.
“Panggil Ayya saja, mbak,” jawab Ayya sambil duduk di sebelah Ali.
“Al, makanlah! kenapa dari tadi hanya diam saja, kamu tidak usah khawatir setelah ini, saya akan pergi,” ucap Vina.
“Maaf, mbak. Tangan kanan mas Ali ini sedang terluka, jadi dia tidak bisa makan sendiri, Ayya akan menyuapinya makan,” tutur Ayya.
Vina melontarkan pertanyaan singkat dengan wajah penasaran, “Terluka? kenapa?”
“Iya, mbak. Luka tembak, tapi sudah hampir sembuh, ko,” jelas Ayya sambil menyuapkan makanan ke mulut Ali.
“Kamu masih sama seperti dulu, Al. selalu mengambil resiko dalam pekerjaanmu. Dan ... sepertinya, sayur asem itu masih menjadi makanan kesukaanmu ya sampai saat ini?” ucap Vina sambil tersenyum tipis.
“Mbak Vina ini, ternyata tahu banyak tentang mas Ali,” tutur Ayya.
“Karena aku mengenal Ali sejak SMP, Ayy. sisi baik dan buruk kami sudah saling mengetahui satu sama lain,”
“Begitu ya, Mbak,” ucap Ayya.
“Iya, Ayy. karena sejak SMP, aku tidak punya teman lain selain Ali, hanya Ali yang selalu membela dan melindungiku dari bully-an teman-temanku, bahkan dari kekejaman ayah tiriku” tutur Vina sambil menerawang ke masa lalunya.
“Karena tidak tahan dengan perlakuan ayah tiriku, aku pernah kabur dari rumah dan pergi ke suatu tempat selama satu hari satu malam bersama Ali,”
“Pergi berdua? sehari semalam?” tanya Ayya sambil mengerutkan dahinya.
“He-em, dan saat itulah, Ali mengungkapkan perasaannya,” jawab Vina sambil melirik ke arah Ali.
Wajah Ayya tampak menyesal karena telah mendengar cerita seperti ini dari mulut Vina, dan rasanya tak ingin mendengar lebih jauh lagi, apa pun itu.
Sementara Ali, tak sedikit pun merespon ucapan Vina yang semakin lama semakin mengungkit masa lalu.
“Baiklah, setelah lama tak bertemu, kalian pasti butuh waktu untuk bicara, karena diantara kalian mungkin ada banyak hal yang harus diselsaikan, jadi Ayya akan tinggalkan kalian berdua di sini. Panggil Ayya atau bik Nur jika membutuhkan sesuatu,” ucapnya sambil meninggalkan Ali dan Vina berdua di meja makan. Ali sempat menarik tangan Ayya tapi Ayya melepaskannya dengan pelan. Ayya pergi ke kamarnya dan mengunci pintu lalu duduk di ujung tempat tidurnya sambil mengusap wajah dengan telapak tangannya.
“Pantas saja Mas Ali tidak bisa melupakan Vina, mungkin masih banyak kenangan indah yang tidak bisa mereka lupakan dan aku tidak akan mampu menghapusnya dari ingatan mas Ali.”
Ayya pernah membayangkan situasi seperti ini, di mana Vina akan kembali hadir diantara dirinya dan Ali. Akan tetapi dia tidak pernah berpikir akan sesakit ini rasanya. Dengan langkah gontai Ayya menuju lemari pakaiannya, dia memasukan baju-bajunya ke dalam tas besar miliknya, tapi ke mana dia harus pergi saat ini? karena jika pulang ke kampung, Ayya tak sanggup menghadapi wajah-wajah kecewa orang tuanya.
Ayya seperti terjebak di dalam sebuah lingkaran saat ini.
***
Di meja makan, Ali belum bergerak sedikit pun, hingga Vina memulai pembicaraan dengan sebuah pertanyaan.
“Al, Apakah Ayya itu, istrimu?” tanya Vina yang tak kunjung mendapat respon dari Ali.
“Ayya sangat manis, dan dia masih sangat muda, dia juga sangat baik.” sambungnya.
“Vin, aku harap kamu cepat pergi dari rumah ini, sebelum Ayah dan ibuku pulang,”
“Al ... aku tahu semua orang sangat marah dan membenciku, tapi aku hanya ingin mengatakan bahwa sejak aku pergi darimu 5 tahun yang lalu, tidak pernah sedetik pun aku melupakanmu,”
“Tidak perlu lagi kamu katakan hal itu, karena diantara kita sudah tidak ada hubungan apapun, aku hanya ingin kamu angkat kaki dari rumah ini secepatnya,”
“Kamu jangan khawatir, Al, aku sudah menelpon Ibra supaya dia menjemputku di sini,”
“Baguslah kalau begitu, jika sudah selesai dengan makanmu, silahkan tunggu Ibra di ruang tamu,” ucap Ali sambil meninggalkan Vina sendiri di meja makan.
Ali mencari keberadaan Ayya karena dia harus kembali ke tempat kerja, akan tetapi dia menemukan pintu kamarnya terkunci.
“Ayy, kamu di dalam? buka pintunya, kalau tidak, aku akan membukanya dengan paksa!” ancam Ali.
Tak lama kemudian Ayya membuka pintu kamarnya dengan wajah yang sangat kusut.
“Kenapa,Mas?”
“Harusnya aku yang bertanya, karena tidak seharusnya kamu meninggalkanku sebelum aku selesai makan, dan kenapa harus mengunci pintu kamar?”
“Ayya hanya ingin istirahat saja, Mas. Hari ini sangat melelahkan,”
“Kalau begitu, aku tidak usah kembali ke tempat kerja hari ini,” ucap Ali sambil menerobos masuk ke kamarnya.
“Ayya bisa panggilkan pa Karman di rumahnya,mas. kalau mau berangkat kerja sekarang,”
“Tidak perlu, karena aku juga merasa lelah dan ingin istirahat, sepertinya aku juga butuh sedikit pijatan,” ucapnya sambil meregangkan semua bagian tubuhnya.
“Kalau begitu, sholat duhur dulu mas, baru Ayya pijat.”
“Aku mau ganti baju dulu, Ayy.” ucap Ali sambil membuka kancing baju dengan tangan kirinya. Ayya mengambil satu stel kemeja dari dalam lemari lalu memakaikannya pada Ali. Ayya mengerutkan dahinya ketika melihat suaminya mengendus-enduskan hidung pada baju yang sedang dipakainya.
“Kenapa hidungmu kembang kempis begitu, Mas?” tanya Ayya.
“Baju ini pasti kamu lagi yang mencucinya 'kan?”
“Siapa bilang?” sanggah Ayya.
“Aku tahu dari wanginya yang khas, karena bik Nur tidak pernah memakai pewangi seperti ini.”
“Ini wangi campuran aroma theraphy, kalau mas tidak suka, aku tidak akan memakainya lagi,” cetusnya.
“Aku suka, apalagi seprei, selimut, gordeng menebarkan wangi yang sama. Keharumannya membuatku rileks, aku jadi betah di kamar sekarang,” tutur Ali.
Ayya menatap wajah suaminya lalu bertanya, “Mas ... apa kamu sudah bicara baik-baik dengan mbak Vina?”
“Aku bahkan tidak ingin melihat wajahnya, kenapa kamu memaksaku untuk bicara dengannya?”
“Jangan sembunyikan perasaanmu yang sebenarnya, Mas, karena aku tetap bisa melihatnya dari matamu,”
“Memangnya apa yang bisa kamu lihat dari mataku!” Bentak Ali dengan nada suara yang mulai naik.
“Ayya lihat, Mas belum bisa melupakannya. Penolakan dan kekecewaan yang Mas tunjukan pada Mbak Vina itu terlihat seperti tameng untuk menutupi rasa cinta Mas Ali terhadapnya.”
“Cinta! Cinta! Cinta! Memangnya apa yang kamu tahu tentang cinta? Kita lakukan saja tugas dan kewajiban kita, jangan berbicara panjang lebar tentang cinta, dan kamu tidak perlu merasa paling tahu tentang perasaanku,” bentaknya lagi.
Ayya tersentak dan tidak menyangka bahwa suaminya akan semarah itu.
“Tapi ini penting buatku, Mas! Ayya akan memperjuangkan apa yang menjadi milikku, tetapi aku pantang merebut hak milik orang lain!” balas Ayya dengan berapi-api. “Ayya juga tau sejak awal jika di antara kita memang tidak ada cinta, oleh karena itu, silakan Mas berpikir lalu membuat keputusan, selagi aku akan dengan senang hati melepaskan diri.”
“Ngawur!”
BERSAMBUNG ...
Pertama tekan like 👍, terus tekan love ❤️ supaya dpt notif kalau eps baru sudah up, selanjutnya boleh komen positif, kasih bintang 5 dan vote juga, makasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Windarti08
kalo status Ali masih lajang, berarti dlu Ali sama Vina juga nikah siri, dan kalo Ali udah gak mau sama Vina tinggal talak aja, mudah kan... knapa gak Ali lakukan?🤔
2023-02-02
0
Devi Triandani
bego' banget sih jadi perempuan...knp membiarkan suami berduaan dgn istri yg Sdh tak dianggap
2022-10-15
0
Lisabrginting
ayya lebayyyyy
2022-09-21
0