Perlahan Ayya mengumpulkan kekuatan untuk bangun dan berjalan kembali pulang ke rumah mertuanya yang berjarak kurang lebih 300 meter dari sana. Berjalan menembus keheningan malam dengan air mata yang sulit dia hentikannya, diam-diam dia menyelinap masuk ke dalam kamarnya tanpa sepengetahuan seisi rumah. Ayya membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, kali ini dia tidak perlu menunggu suaminya pulang karena Ali akan tidur bersama Vina di rumah pribadinya.
Ali merasa terbawa suasana malam ini, dia membalas pelukan Vina dengan erat, dia bahkan hampir mencium bibir Vina untuk melepas kerinduannya, namun Ali segera tersadar karena dia seperti melihat wajah Ayya di seluruh ruangan ini, dan dia bagai mencium wewangian yang selalu Ayya tebarkan di seluruh ruang kamarnya, aroma masakan Ayya yang selalu dia rindukan dari tempat kerjanya, lalu terbayang senyum manis Ayya dan sorot matanya seolah sedang memanggilnya untuk pulang.
Ali melepaskan pelukan Vina lalu memakaikan kembali pakaiannya.
“Maafkan aku, Vin. Kita tidak bisa kembali seperti dulu lagi karena aku sudah memiliki Ayya sekarang, aku tidak akan pernah mengkhianati kesetiaannya,” ucap Ali sambil bergegas meninggalkan Vina akan tetapi Vina mengejar dan menahan langkah Ali.
“Lalu bagaimana denganku, Al? bagaimana dengan cinta kita?” Vina memelas sambil memeluk Ali dari belakang. Perlahan Ali melepaskan tangan Vina.
“Tinggallah di sini jika bisa membuatmu aman. Sebagai seorang polisi, aku memiliki kewajiban untuk melindungimu, tapi tidak lebih dari itu,” tegas Ali sambil melanjutkan langkahnya.
“Aku istri sah-mu, Al. Kenapa kamu lebih memilih Ayya yang hanya istri siri-mu!” seru Vina.
Ali berhenti lalu membalikan badannya sambil menghela nafas lalu berkata, “Kamu memang pernah menjadi istriku, Vin! tapi sayang, pernikahan kita ternyata cacat secara hukum maupun Agama. Semua berakhir sejak aku mengetahui bahwa kamu berstatus sebagai istri dari Mark Anderson kamu juga telah memalsukan identitas-mu, itu sudah cukup menjadi bukti yang kuat untuk membatalkan pernikahan kita, apa kamu lupa itu?”
“Setelah kamu tahu cerita yang sebenarnya, kamu masih menyalahkanku, Al?”
“Kesalahnmu hanya satu, Vin. Yaitu, kamu lebih memilih pergi dariku dibanding meminta perlindunganku saat itu, padahal kamu tahu aku selalu melakukan apapun untuk melindungimu.” Tanpa menoleh lagi, Ali langsung pergi meninggalkan Vina. ia tidak menghiraukan Vina yang menangis meraung-raung seraya memanggil dan meminta Ali untuk kembali.
Ali memasuki kamarnya yang hanya bercahayakan lampu duduk yang ada di samping tempat tidurnya, setelah berganti pakaian ia menghampiri Ayya yang tengah tertidur lelap, memandang wajahnya sambil tersenyum lalu mencium keningnya. Ali menyeruput secangkir teh yang belum sempat ia minum tadi, lalu dia berbaring sambil memeluk istrinya.
“Selamat tidur, Ayy. mimpi yang indah,” bisik Ali di telinga Ayya.
***
pukul 04.00 am, seperti biasa Ayya sudah bangun dari tidurnya, dia kaget karena tiba-tiba melihat Ali sudah ada di sampingnya. Dalam keadaan setengah tertidur Ali menarik Ayya kepelukannya sambil bergumam, “Teh Chamomile buatan kamu itu benar-benar membuat tidurku nyenyak, Ayy.”
“Lepaskan Ayya, mas! kenapa kamu tidur di sini?” ucap Ayya, sambil berusaha melepaskan dirinya, tiba-tiba ia merasa jijik karena mengingat adegan suaminya yang memeluk Vina dalam keadaan tanpa busana.
“Memangnya kenapa jika aku tidur di sini? bukankah ini kamarku, Ayy!” tanya Ali sambil perlahan bangun dan posisi duduk di tempat tidurnya.
“Mulai sekarang, biarkan aku tidur sendiri, dan Mas bisa tidur dengan mbak Vina di rumah pribadimu,” ucap Ayya sambil pergi ke kamar mandi. Ali mengejar dan menggedor pintu kamar mandi karena Ayya menguncinya dari dalam.
“Ayy, cepat buka pintunya! aku gak tahan mau buang air kecil!” perintah Ali. Ayya membuka pintu dan keluar dari kamar mandi setengah berlari menghindar dari suaminya lalu duduk di depan meja rias, Ali menghampiri Ayya sambil meletakan tangannya di pundak Ayya.
“Aku sudah ambil wudhu, mas. takut batal jadi jangan sentuh aku.”
“Kamu mau sholat dalam keadaan marah seperti ini, Ayy?”
Ayya mengusap wajah dengan kedua tangannya, dan dia menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya itu seakan sedang menahan dirinya supaya tidak menangis. Ali menurunkan tangan Ayya dan menatap wajahnya dari pantulan cermin meja rias. Dia meletakan dagu diatas kepala Ayya sambil melingkarkan tangan di atas dada istrinya itu, hanya saling bertatapan lewat pantulan cermin.
“Tadi malam ... kamu tidur dengannya 'kan, Mas?” lirih Ayya.
“Hmm, siapa yang bilang?” ucap Ali sambil mengerutkan dahinya.
“Aku melihatnya sendiri, Mas. Mbak Vina melepas pakaiannya di depanmu, dan kamu pasti tidak menyia-nyiakan kesempatan itu,”
“Lalu apa yang kamu lihat setelah itu?” tanya Ali santai.
“Apa aku harus sebodoh itu? menonton adegan intim kalian di tempat tidur? aku masih waras, mas.”
“Seharusnya kamu menontonnya sampai selesai, Ayy. Supaya kamu tahu alasan apa yang membuatmu cemburu.”
“Haruskah aku cemburu? aku bahkan tidak punya hak untuk cemburu, apa pun yang mas lakukan dengan mbak Vina, itu adalah hak kalian,” ucapnya dengan tatapan kosong.
“Kamu memang berhak untuk cemburu, karena kamu adalah istriku, tapi untuk apa kamu harus cemburu? karena tadi malam aku tidur nyenyak di sampingmu.”
Ali berdiri dan menarik tangan Ayya, “Ayo ambil wudhu lagi, kita siap-siap sholat subuh dulu,” ajaknya.
“Ayy, aku harus mengatakan sesuatu padamu tentang Vina, supaya tidak ada kesalah pahaman diantara kita,” ucap Ali setelah selsai sholat subuh.
“Apa, mas?”
“Untuk sementara, aku mengizinkan Vina untuk tinggal di rumahku sampai aku bisa memastikan dia tidak dalam bahaya, bagaimana menurutmu?”
“Terserah kamu saja, mas.”
“Ayy, kamu bebas mengutarakan pendapatmu, jika memang kamu tidak setuju, katakan saja. Aku hanya ingin menyelidiki kasus Vina yang sebenarnya seperti apa, karena itu tugasku sebagai seorang polisi, itu saja.”
“Aku setuju denganmu, Mas. Lakukan saja.”
Ali sudah menyangka bahwa Ayya akan mengatakan 'Iya' tanpa berpikir panjang, karena memang begitulah istrinya.
Ketika sarapan, Ali mengutarakan hal yang sama pada orang tuanya, tentu saja mereka menentang Ali, akan tetapi Ayya berhasil meyakinkan mertuanya hingga mereka setuju dengan 1 syarat yaitu, Vina tidak boleh masuk ke rumah orang tua Ali.
“Ayy, kamu yakin tidak akan menyesal dengan keputusan kamu?” tanya Bu Lastri pada Ayya setelah Ali berangkat kerja.
“Hanya sampai kasusnya mbak Vina selsai ko, Bu. Ayya kasihan melihat keadaan mbak Vina sekarang.”
“Hhhh, mudah-mudahan saja keputusanmu itu tidak salah. Dan bilang sama Ali, Ayy. supaya dia cepat-cepat mengurus pernikahan kalian secara resmi.”
“Baik, Bu. Sebenarnya kami sudah membicarakan hal itu, beberapa waktu yang lalu, hanya tinggal mencari waktu yang tepat saja, karena Ayya harus memanggil Abi sama Umi juga untuk hadir di acara sidang pranikah nanti.”
“Kalau begitu cepatlah beritahu mereka supaya datang ke sini, ibu sudah kangen sama Umi kamu, Ayy.”
“Baik, Bu. Nanti Ayya tanya kapan mereka ada waktu untuk datang kesini.”
BERSAMBUNG ...
pertama tekan like 👍, terus tekan love ❤️ supaya dpt notif kalau eps baru sudah up, selanjutnya boleh komen positif, kasih bintang 5 dan vote juga, makasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Rini Gumilang
stlah dmlm pertsma langsung pergi dn tnpa kbar slama 5 tahun,apakah masih sah hubungn nya dlm prnikahan,dn apa pantas dkata kan sbagai istri,stlah mninggalkn swami slma5 tajun.
2022-10-17
1
🏕𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄𝖍𝖘❄
waww tepuk tangan saudara saudara 👏👏👏👏
2022-04-11
0
Hany Hutagalung
Kog di kasih hati si Vina nya yy
2021-05-26
0