Bu Lastri menyaksikan Ayya dan Ali datang ke dapur beriringan, meskipun wajah Ayya masih terlihat kesal tapi ini merupakan sebuah kemajuan karena baru kali ini mereka terlihat datang bersamaan.
“Perhatikanlah mereka, Bik Nur! Kira-kira menurutmu mereka berbaikan atau masih bertengkar?” ucap Bu Lastri sambil melirik sekilas ke arah pembantunya.
“Entahlah, Bu. Tadi Bibik dengar mereka adu mulut di halaman belakang, sepertinya Non Ayya benar-benar marah tadi, Bu.”
“Tapi sepertinya Ali benar-benar menyesali perbuatannya kali ini Bik,” ucap Bu Lastri sambil berbisik karena orang yang sedang dibicarakan sudah mendekat.
Sebelum masuk ke dapur, Ali kembali menarik ujung jilbab Ayya sambil berbicara sangat pelan.
“Ayy! senyum, Ayy,” bisik Ali karena dia takut Ibunya ngamuk lagi. Namun Ayya tidak menghiraukan. Ia hanya fokus pada Bik Nur dan Bu Lastri.
“Ibu sama Bibik lagi ngomongin apa?” Tanya Ayya sambil duduk di kursi makan, “Wahh, Bibik masak apa nih? Kayanya enak,” sambung Ayya.
Enak dari mananya? Dari pedalaman Amazon? batin Ali saat mendengar ucapan Aya yang memuji masakan Bik Nur.
Bik Nur memang tidak pandai memasak, hanya dengan melihatnya saja, Ali pasti kehilangan selera makan, tapi kalau dia tidak ikut makan, Ibunya pasti ngasih kuliah tujuh menit. Tanpa banyak bicara Ali pun duduk di sebelah Ayya.
“Enggak, Non. Bibik gak bisa masak yang lain, tiap hari menunya itu-itu aja Kok.”
“Coba besok Bibik ganti menu yang lain, Bik. Bikin bakwan sayuran misalnya, untuk menu pelengkap. Atau apa aja kek, biar gak bosen,” ucap Ali. Spontan Ayya menyikut tangan Ali karena ucapannya dirasa kurang sopan.
“Baik, Den. Besok Bibik coba ganti menunya,” ucap Bik Nur sambil mikir karena dia gak punya resep masakan yang lain. Ayya mengerti kalau Bik Nur sedang dalam masalah, karena itu mulai besok Ayya mau bangun pagi-pagi untuk membantu Bik Nur.
“Ayy, apakah Ali sudah minta maaf?” tanya Bu Lastri.
“Sudah dong Bu, iya kan Ayy?” dengan cepat Ali menjawab pertanyaan Ibunya sambil menginjak kaki Ayya sebagai kode.
Ayya pun menoleh sambil mengerutkan wajahnya dengan kesal.
“Ibu bertanya pada Ayya, bukan kamu Al.”
Ali pun langsung menutup mulutnya.
“Untunglah kamu ketemu Ibra di jalan Ayy, kalau tidak, Ibu gak tahu harus nyari kamu kemana?”
“Iya, itu sangat kebetulan. Ayya juga gak tahu kalau ternyata Ibu kenal sama Ibrahim, maaf Ayya manggil dia Mas Baim, Bu.”
“Ayy, dia itu kan sepupunya Ali.”
“Wahh, ternyata dia ponakan Ibu ya? Ayya baru tahu karena selama ini Ayya kenal dia sebagai anak dari pemilik Asrama tempat Ayya ngajar, Bu.”
“Iya, orang tua Ibra memang membangun sebuah yayasan di kampung, jadi mereka pasti sering datang kesana.”
“Kapan Ibra pulang dari luar negeri Bu?” tanya Ali yang sedari tadi menyimak.
“Kemarin. Waktu mendengar Om kamu sakit, Ibra langsung pulang ke Indonesia. Kapan-kapan kamu juga harus menyempatkan waktu untuk menengok Om kamu, Al.”
“Baik, Bu.”
Selesai makan Ayya dan Ali, keluar dari dapur berbarengan.
“Kenapa masuk ke kamar Mas? Keluarlah!”
“Inikan kamarku, aku mau tidur sebentar di sini. Oh ya, Ayy, sejauh mana kamu mengenal Ibra?” tanya Ali sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
“Ayya kan sudah bilang. Dia anak pemilik yayasan, Ayya bawahan dan dia atasan, hematnya begitu,” ucap Ayya sambil menarik handuk dari raknya lalu dia berkata, “Mas, tolong keluarlah sebentar, selesai aku mandi baru masuk lagi.”
“Ya ampun, Ayy. Aku tidak akan tertarik dengan tubuh kamu, jadi jangan berlebihan seperti itu.”
“Ayya juga tidak tertarik dengan tubuhmu, Mas. Tapi kamu selalu mengusirku ketika kamu mandi.”
“Jadi kamu balas dendam, Ayy? Oke, mulai sekarang aku gak akan mengusirmu lagi kalau aku mandi, kamu bisa diam di kamar menyaksikan aku berganti baju bahkan kamu bisa ikut aku ke kamar mandi, aku tidak akan keberatan.”
“Ish, dasar Gila! Ngapain aku melakukan hal bodoh seperti itu?” ucap Ayya sambil bergidik lalu masuk ke kamar mandi.
Untunglah Ali sudah terlelap saat Ayya keluar dari kamar mandi. Ayya membiarkannya tidur sementara dia kembali ke dapur untuk membuka barang-barang belanjaannya.
“Non Ayya belanja sebanyak ini, padahal uang belanjanya ketinggalan. Maafin Bibik ya Non.” Ucap Bik Nur sambil ikut membereskan belanjaannya.
“Gak apa-apa, Bik. Kebetulan tadi Ayya bawa uang sendiri,” jawab Ayya. “Oh ya, Bik, di rumah ini ada mesin jahit, gak?” tanyanya iseng
“Kalau gak salah ada di gudang karena sudah lama sekali tidak di gunakan dan itu mesin model lama Non, mungkin sudah ketinggalan zaman”
“Gak apa-apa, nanti Ayya lihat siapa tahu masih bisa di gunakan”
“Memangnya untuk apa Non?”
“Ayya hanya sedang mencari kesibukan saja, Bik. Di rumah cuma duduk, tidur dan makan, bisa stres kalau gak ada kegiatan,” ucap Ayya lalu ia menghela napas. “Belakangan ini Ayya sangat merindukan rumah dan juga orang tua Ayya, Bik. Kalau Ayya cuma duduk-duduk sendiri, ujung-ujungnya pasti ingin pulang ke kampung.”
“Sabar ya, Non. Non Ayya pasti jengkel dengan kelakuan Den Ali, ulahnya pasti bikin Non Ayya gak betah tinggal di sini.”
Ayya hanya tersenyum miring menanggapi perkataan Bik Nur.
“Tenang aja, Bik. Ayya tahu ko kelemahan Mas Ali.”
“Apa itu, Non? Ko Bibik ga tahu kelemahan den Ali?”
Ayya mendekatkan bibirnya ke telinga Bik Nur, lalu berbisik, “Mas Ali paling takut sama Ibuk,” ucap Ayya sambil cekikikan.
“Ahh iya bener, Non. Den Ali itu akan menuruti semua perkataan Ibu, hihihi,” Bik Nur ikut cekikikan.
“Lihat aja sekarang, dia baik-baikin Ayya, karena dia takut banget dimarahi sama Ibuk.”
“Ehh, tapi, Non, sebenarnya Den Ali itu orangnya baik banget Kok, Non Ayya jangan terlalu dendam ya sama dia.”
“Ayya gak dendam bik, tapi Ayya semakin tahu, kalau memang dia orang yang baik, berarti ketahuan banget kan kalau dia sangat tidak menyukai Ayya. Karena dia selalu baik pada orang lain sementara dia jahat sama Ayya. Ayya adalah seorang istri yang tidak pernah diharapkan oleh suami,” ucap Ayya sambil mengerutkan bibirnya.
“Bukan gitu, Non. Nanti Non pasti tahu alasan di balik sikap jahatnya itu.”
“Semoga saja Ayya bisa memahami Mas Ali. Ayya ingat pesan Umi, Ayya harus belajar memahami karakter suami Ayya, karena hubungan kami ini dimulai dari perjodohan jadi kami tidak pernah saling mengenal sebelumnya.”
“Semangat ya, Non. Bibik dukung Non Ayya supaya jangan cepat menyerah menghadapi Den Ali,” ucap Bik Nur sambil tersenyum lebar.
BERSAMBUNG ...
pertama tekan like 👍, terus tekan love ❤️ supaya dpt notif kalau eps baru sudah up, selanjutnya boleh komen positif, kasih bintang 5 dan vote juga, makasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Devi Triandani
rasain...kata2mu dibalikin 😜
2022-10-15
0
Olla Tulandi Jom
berarti ayta istei kedua dong
secara ali belum cerai dengan istri pertama,,, ayya pelakor dong kasian ayya
lagian kelakuan Ali begitu kejam
2022-09-10
0
Mariane Dima
semangat
2022-05-05
0