Multiworld Merchant
Adam memandangi rumah tua satu lantai di depannya. Dahulu, rumah ini terlihat sangat megah jika dibandingkan dengan rumah-rumah yang lainnya. Namun, sekarang rumah ini tidak jauh berbeda dengan rumah hantu, terbengkalai.
Rumput di halaman depan rumah ini sudah sangat tinggi, mencapai pundak orang dewasa. Lumut juga terlihat di tembok luar rumah. Tidak hanya itu saja, Adam juga melihat lubang di beberapa jendela. Adam bahkan yakin rumah ini mengalami kebocoran di sana sini.
Kesimpulannya, rumah yang terbengkalai ini sangat tidak layak untuk dihuni. Kalau pun akan di huni, banyak bagian rumah yang perlu diperbaiki. Itu jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Jadi ini rumah barumu?” tanya Airani yang berada di samping Adam.
Airani sudah berteman dengan Adam semenjak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Mereka terus berada di sekolah dan kelas yang sama. Hal itu membuat hubungan keduanya sangat dekat. Beberapa orang menyebut bahwa keduanya tengah menjalin hungan asmara sekarang.
“Ya. Aku akan tinggal di sini setelah ini,” jawab Adam.
”Apa Kamu yakin, Dam? Tempat ini cukup jauh dari kota. Kamu akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan jika menetap di pinggiran kota seperti ini. Untuk bisa sampai di kota, Kamu perlu menempuh waktu dua jam. Akan cukup banyak waktu yang Kamu buang jika Kamu tinggal di sini,” jelas Airani.
“Tapi Rani, nggak bisa ngelakuin banyak hal di kota. Emang lapangan pekerjaan di kota cukup banyak. Gajinya juga lebih gede daripada di sini, tapi aku nggak akan bebas. Seperempat dari kota kita sekarang ini dikuasai oleh Om dan Tanteku. Mereka nggak akan ngebiarin aku kerja dengan tenang,” jelas Adam.
“Sudah sangat benar aku menerima warisan rumah ini dari Kakek. Aku nggak akan lagi di gangu oleh mereka. Aku di sini bisa bertani, memenuhi kebutuhan hidupku. Selain itu, aku masih bisa mencari pekerjaan yang dikerjakan secara online. Itu sangat mungkin di jaman modern seperti ini. Ini bukanlah akhir segalanya, Rani,” lanju Adam.
“Om dan Tantemu emang jahat banget. Mereka udah ngerampas harta milik anak yatim piatu sepertimu. Padahal Kamu ini keponakan mereka, tetapi mereka sama sekali nggak punya rasa iba,” ucap Airani yang tidak bisa menutupi kekesalannya.
Adam adalah seorang yatim piatu semenjak dia berusia sepuluh tahun. Semenjak saat itu, Adam diasuh oleh salah satu pamannya. Setiap bulannya, kakek Adam memberikan sejumlah uang untuk kebutuhan Adam sehari-hari. Namun, semua uang itu diambil alih oleh Marcel, pamannya, tanpa menyisahkan sedikit pun untuk Adam.
Tidak hanya itu saja, Adam juga sering disuruh mengerjakan pekerjaan rumah meski Marcel sudah memiliki asisten rumah tangga. Lebih parahnya lagi, terkadang Marcel akan memukuli Adam jika suasana hatinya buruk.
Ketika Adam SMA, Adam mengambil inisiatif untuk tinggal sendiri. Ia tidak mau lagi mendapatkan siksaan dari keluarga Marcel. Namun, Marcel tidak melepaskan Adam begitu saja. Uang bulanan milik Adam tetap saja diambil oleh Marcel. Itu membuat Adam hanya memiliki uang untuk makan selama dua minggu saja. Sisanya, dia perlu bekerja paruh waktu untuk menyambung hidup.
Jika saja kakek Adam tidak terlalu sibuk dan memperhatikan tumbuh kembang Adam lebih dekat, maka semua ini tidak akan terjadi. Sayangnya kakek Adam baru mengetahui semua ini ketika dia berada di ujung maut.
Oleh karena alasan itu pula, Adam tidak mendapatkan warisan yang besar dari kakeknya. Ketika yang lain mendapatkan saham perusahaan, tanah perkebunan yang luas, aset lain yang nilainya fantastis, Adam hanya mendapatkan rumah tua yang hampir roboh ini.
Adam ingat pesan terakhir kakeknya ketika menyerahkan rumah ini kepadanya. Rumah ini sangat tua dan tidak memiliki nilai jual tinggi. Dengan harta warisan yang tidak terlalu bernilai ini, tidak akan ada yang merebut warisan ini.
Tidak hanya itu saja, kakek Adam juga berpesan meski rumah ini tidak terlihat memiliki nilai, dan sangat rendah jika dibanding dengan warisan kakeknya yang lain, rumah yang Adam terima ini adalah sebuah berlian yang belum diasah.
Adam sendiri tidak memahami ucapan kakeknya yang itu. Apa yang membuat rumah ini dianggap sebagai berlian yang belum diasah? Apakah karena rumah ini dahulu terlihat sangat bagus? Jadi, jika Adam memperbaikinya dengan benar, rumah ini akan menjadi sangat indah? Apa itu maksud Kakeknya?
Adam sendiri tidak terlalu mempedulikannya juga. Bagi Adam, ia tidak terlalu suka terlibat masalah. Jika kakeknya memutuskan hanya memberikan rumah ini, maka Adam akan menerimanya dengan baik. Ini justru Adam sukai karena lingkungan rumah ini bisa dibilang sangat tenang.
“Mereka pasti akan mendapatkan balasannya suatu hari nanti. Tapi, untuk sekarang aku nggak mau mikirin soal mereka. Aku perlu membetulkan rumah ini supaya layak huni,” ucap Adam.
“Kamu terlalu menerima semuanya, Dam. Seenggaknya Kamu perlu merjuangin hak Kamu. Seharusnya Kamu bisa dapet lebih dari ini. Kakek Kamu nggak adil banget ngasih Kamu rumah reot kayak gini sementara sepupumu yang lain mendapatkan rumah mewah dan apartemen,” ucap Airani.
“Sudahlah, Rani. Jangan ngomongin orang yang udah meninggal. Nggak baik. Aku tahu ini emang kerasa sangat nggak adil. Tapi, aku emang nggak bisa berbuat banyak. Aku nggak punya kekuaasaan besar kayak paman dan bibiku. Jadi, aku hanya bisa menerima semua ini,” jawab Adam.
Sekilas Adam terlihat menerima semua ini dan tidak ada niatan untuk membela diri. Namun, semua itu salah. Di lubuk hatinya yang paling dalam, Adam ingin sekali membalaskan semua sakit hati yang ia rasakan. Ia ingin semua orang yang telah menyakitinya, terutama keluarga Marcel, mendapatkan balasan setimpal atas apa yang sudah perbuat.
Sayangnya, sampai saat ini tidak banyak yang bisa Adam perbuat. Dirinya hanya anak sebatang kara yang tidak memiliki kedudukan dan kekuatan untuk bisa membalaskan semua rasa sakit hatinya. Dalam hati Adam berjanji pada dirinya sendiri jika suatu hari ia memiliki kesempatan, maka Adam akan membalaskan semua rasa sakit hati yang sudah ia terima selama sembilan tahun ini.
“Sekarang, bantu aku membersihkan rumput-rumput ini. Masih banyak pekerjaan yang perlu kita lakukan setelah ini,” ucap Adam, menutup pembahasan mengenai warisan yang ia terima. Ia tidak mau terus menerus membicarakan mengenai hal ini dengan Airani.
Dengan dibantu Airani, Adam pun mulai membersihkan rumah tersebut. Mulai dari memangkas habis rumput yang ada di halaman rumah, menarik semua sulur-sulur yang terlihat merambat di dinding rumah. Semua itu mereka kerjakan berdua.
Untung saja Adam sudah membawa peralatan untuk membersihkan ini. Dengan mesin pemotong rumput yang ia sewa, pekerjaan yang membutuhkan waktu lama itu bisa diselesaikan dengan cepat. Ketika hari menjelang sore, Adam dan Airani sudah menyelesaikan bersih-bersih di area luar rumah.
“Sebaiknya Kamu pulang sekarang, Rani. Kalo Kamu nggak pulang sekarang, Kamu nggak akan dapet bus buat balik ke kota,” ucap Adam sembari melihat ke arah langit sore.
Langit di rumah barunya ini terlihat jauh lebih indah daripada langit di kota. Mungkin karena rumah ini berada di dekat pegunungan hutan, sehingga tidak banyak polusi yang ada.
“Eh, Kamu nggak ikut balik ke kota?” tanya Airani.
Adam menggeleng pelan. “Nggak. Aku mau ngeberesin bagian dalam rumah ini secepatnya. Aku nggak mau nunda terlalu lama. Ini udah mau akhir bulan. Kalau bisa, sebelum berganti bulan, aku ingin tinggal di sini,” jelas Adam.
Adam tidak mau membayar kosan untuk bulan depan. Ia perlu lebih berhemat karena sekarang ini ia memiliki banyak kebutuhan lain yang perlu ia penuhi.
“Kalau gitu, aku ikut nginep di sini aja. Kebetulan besok aku libur. Nggak masalah kalo aku nginep di sini, bukan?”
“Nggak. Nggak bisa. Kamu itu cewek, nggak mungkin aku ngebiarin Kamu tidur di tempat sekotor ini. Lalu, kalo Kamu nginep di sini, itu malah akan nimbulin gosip yang nggak perlu. Aku nggak mau sampai citramu tercoreng karena hal ini. Aku sendiri bisa membersihkan tempat ini,” jelas Adam.
“Baiklah, baiklah. Aku akan pulang. Aku nggak akan nginep di sini. Tapi Kamu jangan terlalu maksain diri buat ngebersihin semuanya langsung. Kamu perlu nyicil dikit-dikit aja biar nggak terlalu capek,” ucap Airani.
“Tentu. Aku tahu itu, Rani.”
…
Sepeninggal Airani, Adam melanjutkan kembali acara bersih-bersihnya. Kali ini ia tidak berniat membersihkan semuanya secara langsung, sama seperti yang disarankan oleh Airani. Adam berniat membersihkansatu ruangan terlebih dahulu, untuk tempatnya tidur.
Namun, ketika Adam memperhatikan semua ruangan yang ada, tidak ada ruangan yang cocok untuk ia jadikan sebagai kamar. Mulai dari jendela yang rusak, plafon dan genting yang jatuh sehingga memperlihatkan langit.
Dengan semua itu, Adam tidak bisa memakai ruangan tersebut sebagai tempat tidur. Rumah ini yang dekat dengan hutan jelas bisa saja dimasuki oleh hewan liar. Adam ingin ruangan yang akan ia pakai untuk tidur, cukup tertutup.
“Eh, apa ini?” tanya Adam pada dirinya sendiri ketika mengetahui hal yang cukup aneh di bawah ranjang yang ada di kamar utama.
Adam bisa merasakan adanya udara dingin dari bawah ranjang ketika ia membersihkan ruangan tersebut. Padahal, tidak ada angin yang berhembus. Kalau pun ada angin, seharusnya Adam merasakannya dari arah belakang tubuhnya yang langsung menghadap ke jendela.
Tanpa berpikir panjang, Adam langsung menyingkirkan ranjang di kamar utama. Di bawah ranjang tersebut, Adam bisa melihat adanya sebuah karpet yang menutupi sesuatu yang tidak rata. Adam langsung menyibak karpet tersebut.
“Eh, pintu rahasia? Kenapa ada pintu rahasia di sini?”
Di bawah karpet tersebut Adam menemukan sebuah pintu yang menuju ke bawah. Adam sendiri tidak menyangka kakeknya menyembunyikan ruangan rahasia di bawah ranjang. Apakah ini bunker untuk berlindung semasa perang?
Rasa penasarannya yang cukup besar membuat Adam memutuskan untuk melihat langsung apa yang ada di ruang rahasia itu. Dengan bermodalkan cahaya lampu ponselnya, Adam pun menuruni tangga yang ada dibalik pintu tersebut.
Tangga tersebut terbuat dari batu alam yang disusun menjadi tangga melingkar. Adam tidak tahu seberapa dalam ruang rahasia ini. Ia merasa sudah berjalan sangat lama, tetapi tangga ini tidak juga sampai di ujung.
“Ini ruangan seperti apa sih sebenarnya? Kenapa dari tadi kok nggak keliatan ujungnya. Apakah tangga ini bakal ngebawa aku masuk ke dalam perut bumi?” gumam Adam.
Adam hampir saja berpikir untuk kembali ke atas dan tidak lagi melanjutkan ekspedisi kecilnya ini. Laki-laki itu sadar semakin ia turun ke bawah, semakin kecil pula tingkat oksigen yang ada. Adam tidak mau tiba-tiba jatuh pingsan karena kekurangan oksigen.
Namun, Adam sudah melihat ujung dari tangga yang teramat panjang ini. Adam mengira akan ada ruangan di ujung tangga. Ternyata laki-laki itu salah. Tepat di dekat ujung tangga ada sebuah pintu yang ukurannya sangat besar. Pintu tersebut terbuat dari logam yang dilapisi emas. Adam bisa melihat ukiran-ukiran di pintu tersebut.
“Ternyta ada pintu di bawah sini. Apakah di balik pintu ini ada ruangan lain? Namun, gimana cara buka pintu ini? Nggak ada gagang pintu ataupun lubang kunci. Bagaimana cara membukanya?”
Adam mencoba membuka pintu tersebut dengan medorongnya. Laki-laki itu bisa melihat garis lurus di tengah-tengah dua pintu besar ini. Namun, sekuat apa pun ia mencoba mendorongnya, pintu tersebut tidak bergerak sama sekali.
“Jadi, gimana cara buka pintu ini?” tanya Adam pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Gabutdramon
isekai de cheat skill ability
2023-05-14
1
Min sua
author i am camback
2023-02-07
2
Jimmy Avolution
Hadir...
2023-01-30
0