Bianca Istri CEO, Paling Bahagia

Bianca Istri CEO, Paling Bahagia

Dia Yang Pertama

8 wanita berdiri berjajar, mereka terlihat begitu cantik dan menawan, dengan pakaian mahal dan makeup yang membuat mereka semakin rupawan.

"Oh, ada apa ini, apa yang sedang kamu lakukan disini?"

MC itu berjalan menghampiri salah satu wanita diantara 8 wanita itu, ia meneliti penampilan wanita tersebut.

"Ada apa, apa ada yang salah?"

MC itu mengernyit, datar sekali wanita tersebut berbicara, apa ia tidak mengerti ucapannya sendiri.

"Kenapa diam, ayo mulai acaranya."

"Kamu tidak mau mengganti penampilan mu?"

"Tidak, ini aku, memang seperti ini aku."

7 wanita lainnya menahan tawa mendengar jawaban wanita tersebut.

"Siapa nama mu?"

"Bianca, namanku Bianca."

"Hey, apa kamu tidak tahu, lelaki yang akan melihat mu adalah pengusaha besar, kamu fikir kamu akan masuk kriteria mereka?"

Bianca tersenyum mendengar kalimat wanita di sampingnya, Bianca lantas melihat dirinya sendiri, ia memang hanya memakai kaos putih biasa dengan bawahan rok jeans selutut, makeupnya pun biasa saja, begitu juga dengan rambutnya yang hanya diikat setengah.

"Ah sudahlah lupakan, semoga kamu mendapatkan jodoh mu disini," ucap MC.

Bianca mengangguk, ia melirik wanita itu bergantian, biarkan saja memangnya kenapa dengan penampilan Bianca, itu tetap sopan kok dibanding mereka semua yang berpakaian seksi.

"Baiklah, kita mulai saja acaranya, malam ini adalah malam pencarian jodoh bagi pengusaha muda sukses yang tentunya cukup sulit mendapatkan pasangan."

Bianca memainkan jemarinya sembari mendengarkan setiap kata dari MC di depannya, Bianca sengaja mengikuti acara tersebut, berharap bisa mendapatkan kebahagiaannya bersama sang pangeran.

"Kita persilahkan untuk CEO sukses yang pertama, silahkan untuk menunjukan diri dan segera menentukan pilihannya."

Dengan diiringi musik romantis tirai di dekat MC itu terbuka, di sana terlihat seorang lelaki berperawakan pendek dan sedikit gemuk, namun tetap terlihat menarik.

"Dan inilah pangeran pertama kita malam ini, dia sulit mendapatkan pasangan, dan berharap malam ini bisa mendapatkan pasangan."

Para wanita itu memperhatikan lelaki di depannya, mereka tersenyum, kecuali Bianca, lelaki itu tidak masuk dalam bayang pangerannya.

"Baiklah, tidak perlu banyak bicara, silahkan kamu perhatikan para bidadari di sana, dan kamu pilih salah satunya."

Ditengah kesibukan mereka merapikan diri, Bianca segera berpaling, biarkan2 saja lelaki itu memilih wanita lainnya.

"Pangeran kedua," ucap MC.

Bianca kembali menoleh, lagi-lagi Bianca tidak suka dengan lelaki itu, ia berpaling menghindar untuk melihatnya.

Kepercayaan diri Bianca sepertinya sudah melebihi wanita cantik lainnya, ia selalu berpaling setiap kali para lelaki itu terlihat.

"Pangeran kelima," ucap MC.

Bianca menghembuskan nafasnya kesal, kenapa tidak ada satu pun lelaki yang cocok dengannya, semuanya tampak terlalu angkuh.

"Mana, ayo segera keluar,"

Bianca menoleh, benar juga, mana lelaki itu kenapa belum ada yang keluar, apa mungkin sudah habis dan Bianca tidak bisa mendapatkan jodohnya malam ini.

"Oke, mungkin masih bersiap, kita tunggu sesaat lagi saja."

"Apa aku boleh bertanya?"

Mereka saling lirik satu sama lain, mendengar suara dibalik tirai itu membuat mereka merasa penasaran.

"Oh itu dia suaranya, bagus sekali, oke silahkan mau bertanya apa?" tanya MC.

"Disebelah mana wanita itu?"

"Wanita itu?"

"Mungkin saja mereka sudah ada di tempat khusus?"

"Oh tidak, sama sekali tidak, mereka berdiri di depan mu sekarang, 4 wanita cantik ini siap untuk menjadi pilihan mu?"

"Aku akan memilih dia yang pertama aku lihat saja."

MC melirik wanita yang berdiri tepat di depan tirainya, ia tersenyum, pasti dia yang akan dipilihnya.

"Tolong jangan berganti posisi."

"Tidak, tenang saja, aku awasi mereka semua, tidak akan ada yang berpindah."

Tak ada lagi suara, Bianca merapatkan bibirnya, suaranya mampu membuat perasaannya hangat, apa mungkin dia jodohnya, tapi Bianca berdiri cukup jauh dari tirai tersebut.

"Oke siap, inilah pangeran kelima kita."

Tirai itu terbuka, semua mata tertuju pada lelaki dibaliknya, lelaki itu tinggi berisi, tidak terlalu putih, sayangnya ia menunduk.

"Inilah dia, silahkan pilih wanita mu."

Perlahan tapi pasti lelaki itu mengangkat kepalanya, mengarahkan pandangannya ke sebelah kiri, tepat sekali pandangannya bertemu dengan Bianca.

"Ya Tuhan," ucap Bianca pelan.

Tubuhnya seketika dingin dan sedikit bergetar, jantungnya mendadak bergemuruh hebat, rupawan sekali, hidung mancung, alis tebal.

"Ya, kita perhatikan, mungkin saja dia akan merubah arah pandangnya saat ini."

Bianca menelan ludahnya dengan susah payah ketika lelaki itu berjalan menghampirinya.

"Apakah benar pilihannya itu?" tanya MC.

Wanita yang lainnya menggeleng tak percaya melihatnya, bagaimana bisa lelaki itu tertarik pada wanita seperti Bianca.

"my eyes are never wrong to see, my eyes always point me in the right direction, you are so beautiful with your simple appearance, do you want to know me closer, God will give us the best destiny."

"Woow," sahut MC tak percaya.

Mereka semakin menggeleng dibuatnya, apa benar yang mereka dengar itu, wanita yang tak menarik itu berhasil memikat lelaki tampan itu.

"How, do you want to try?"

Bianca kembali menelan ludahnya, habis sudah ludahnya saat ini, gersang sekali, apa yang harus dikatakannya.

"Ayo jawab, kamu mau atau tidak menerimanya?" tanya MC.

Bianca hanya mengangguk saja, anggukan yang tanpa ragu meski sedikit pun juga.

"Siapa nama mu?" tanyanya seraya mengulurkan tangan.

Bianca melirik tangan itu sekilas, ia memejamkan matanya sesaat dan menjabatnya.

"Bianca."

"Melvin Shyam Mahendra, kamu bebas memanggil ku apa dari tiga rangkai nama itu."

Bianca mengangguk, jabatan tangan itu dilepas, Melvin melirik MC di sana.

"Apa aku bisa membawanya?"

"Tentu saja, silahkan."

Melvin kembali melirik Bianca, keduanya sama-sama tersenyum, Melvin kembali mengulurkan tangannya.

"Boleh aku menggandeng mu?"

Senyuman Bianca semakin lebar, ia lantas menyimpan tangannya di telapak tangan Melvin, seketika itu Melvin menggenggamnya dan membawanya pergi.

"Ah apaan-apaan ini, kenapa harus dia yang mendapatkannya, apa bagusnya wanita itu?"

"Mungkin saja memang seleranya yang rendah."

Bianca menoleh, ocehan para wanita itu mampu didengarnya dengan baik, ia tersenyum seraya mengangkat kedua alisnya, terbukti jika penampilannya yang biasa saja, mampu membuatnya mendapatkan Melvin.

"Tidak perlu perdulikan itu," ucap Melvin.

Bianca menoleh, ia terdiam menatap wajah itu dari samping, entahlah, mungkin Tuhan telah mewujudkan mimpinya untuk mendapatkan seorang pangeran malam ini.

"Jika terus seperti itu, kamu akan cepat bosan."

Bianca berpaling, apa yang dilakukannya, bisa sekali Bianca menatap Melvin sampai seperti itu, langkah keduanya terhenti saat Melvin menekan tombol lift.

"Kamu bisa naik lift?" tanya Melvin.

"Tentu saja."

Melvin mengangguk, ketika pintu lift terbuka, ternyata sudah banyak orang di dalamnya, keduanya saling lirik.

"Kita bisa menunggu, kamu pasti tidak suka berdesakan," ucap Bianca.

"Aku hanya khawatir para lelaki itu akan berusaha menyentuh mu."

Bianca mengernyit, Melvin menariknya masuk, ia berjalan mundur dengan menahan Bianca di depannya.

"Tidak perlu lirik kiri kanan," bisik Melvin.

Bianca mengangguk, ia menunduk seraya tersenyum, sungguh hatinya begitu bahagia saat ini, semoga saja Melvin memang pangeran yang diciptakan untuk mewujudkan mimpi indahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!